Sweet Danger eps 12

679 35 2
                                    

Elvano menidurkan Clarine di kamarnya setelah cewek mungil itu tidur. Wajahnya masih sembab karena terlalu lama menangis.

"Lo itu... berengsek. " Elvano berkacak pinggang. "Kenapa gue jadi care sama lo, sih?! "

Elvano bermonolog sendiri. Dia mengamati Clarine dari atas sampai bawah. Ckckck, dia terlalu kasar kayaknya. Tubuh Clarine penuh luka. Salah siapa dia nakal, sih.

Gara-gara cewek ini dia bolos lagi. Bisa hancur lama-kelamaan reputasinya disekolah kalau kayak gini. Lagian cewek ini menarik juga. Suka rasa sakit, banyak yang ingin nyakitin. Enak sebenarnya hidupnya. Tapi kok dalamnya rapuh banget. Pengen rasanya dia jadi whisper lagi aja. Biar Clarine selalu bergantung sama dia.

"El... " suara Clarine serak.

"Gue belum pergi padahal, " Elvano berdecak.

"Makasih."

"Hm. " El mengangguk-angguk. "Udah gue bilang gue pengertian." katanya sok.

Clarine tersenyum kecil. Elvano seperti kakak laki-laki yang bisa melindunginya. Walau kadang-kadang sadis, sih. Tapi wajar, dia kan psikopat. Orang gila.

"Gue home schooling aja kali, ya? "

"Boros. "

"Emangnya lo yang mau biayain gue? "

"Nggaklah! "

Sebal! Padahal dulu dia bilang kalau urusan hidupnya dia yang ngurus.

"Mati aja lo sana! "

"Gue siksa lo kalau udah sembuh! "

"Wah, enak dong! "

"Edan! "

Saling beradu mulut seperti biasa. Elvano juga tidak sedingin dulu. Hanya saja sikapnya susah di tebak. Saat bercanda bisa-bisanya jadi serius. Pas lagi serius malah cekikikan kayak orang waras.

"Lo juga edan! "

Keduanya tertawa. Seolah mereka sudah melupakan kejadian tadi pagi. Clarine perlahan-lahan menutup matanya kembali, masih lelah. Setelah memastikan kondisi aman, Elvano bergegas pergi dari rumah Clarine.

Dia tidak membawa motor dan tidak ingin naik motor. Jadi dia hanya berjalan -entah kemana- sambil menendangi botol di jalanan. Disekitar rumah Clarine jalannya sepi, padahal pukul dua siang.

"Eh, ada Tante Ilma. " gumam Elvano saat melihat Ilma di Indomarket dekat rumah Clarine.

Ilma sedang berbelanja dengan tenang seperti biasanya seolah tidak punya dosa. Tangannya yang bebas sibuk mengelusi perutnya yang masih rata. Elvano bersiul. Dia ikut memasuki Indomarket pura-pura membeli minum. Didekatnya ada Ilma.

"Tante lagi hamil, ya? "

Ilma menoleh. Meskipun dia bingung, dia tetap menjawab dengan bangga. "Iya, anak saya yang pertama. "

Elvano membulatkan mulutnya.

"Semoga kalau laki-laki ganteng kayak kamu, ya. " Ilma tertawa kecil. Elvano tersenyum ramah. Ya, seperti dia agar bisa menyakiti Ibunya sendiri.

Haha.

"Jaga sikap dan kata-kata ya, Tan. Saya pernah dengar apapun yang dilakukan seorang perempuan waktu hamil maka yang dilakukannya tersebut akan berbalik padanya melalui anaknya. " Elvano meneguk minumannya sedikit. "See ya, Tan! "

Elvano melangkah menuju kasir, membayar minumannya lalu pergi. Ilma masih diam ditempatnya, berusaha mencerna kata-kata yang diucapkan Elvano.

"Siapa dia, dan apa maksudnya?"

***

Clarine turun dari mobil. Mengucapkan dengan singkat kata terima kasih --walau malas.

"Nanti gue jemput."

"Oke, gue nggak akan pulang sama siapapun kok. " Clarine mengerti. "Gue bakalan nungguin lo, janji. "

Elvano hanya mengangguk samar lalu melajukan mobilnya kembali. Clarine berbalik, berjalan menuju kelasnya. Dikoridor sekolah, dia berpapasan dengan Bara yang sedang terlihat asyik bergurau dengan Stevy di depan kelas. Tak sengaja, Bara menoleh dan mengamatinya.

Clarine mempercepat langkahnya. Bisa ribet kalau berurusan dengan Bara di sekolah. Apalagi ada Stevy si tukang bully di sana. Sesampai di kelas, Clarine meletakkan tasnya dan segera mengambil sapu. Hari ini hari piketnya.

Teman-teman sekelasnya melirik ke arahnya. Clarine tidak peduli akan hal itu, sudah biasa.

"Lo habis dianiaya, Clar? " tanya Sindi, wanita berambut sepundak. Si juara kelas.

Clarine menggeleng sambil tersenyum. Apanya yang dianiaya coba?!

Sindi mengangguk. Teman-temannya yang lain berbisik-bisik, sepertinya membicarakannya. Bahkan ada yang melihatnya sambil meringis.

Segitukah memarnya ya, lukanya?

Ahh, El terlalu ceroboh.

***

Sweet Danger ✓Where stories live. Discover now