Sweet Danger eps 39

344 27 0
                                    

Erick meremas seragam sekolahnya dengan tangannya. Dia gugup, jujur dia takut. Namun demi semuanya, terutama Ibunya, dia memberanikan diri.

"Bebaskan kami dari dia." pinta Erick.

Laki-laki di depannya santai saja, menatapnya dengan wajah datar lalu tersenyum kecil. "Di kasih hati minta jantung!" sinisnya, siapa lagi kalau bukan El.

Dari awal memang El sudah tahu apa tujuan Erick bersikap baik kepada Clarine. Munafik memang. Erick sebenarnya berbahaya juga, berbanding balik dengan tampangnya yang terlihat polos.

Selama ini Erick mencari tau siapa saja musuh Bara, hingga dia menemukan El sebagai musuh terberat Bara. Ditambah lagi dengan kepintarannya, Erick bisa tau kalau El adalah seorang mafia, pembunuh berdarah dingin, seorang psikopat. Erick juga tau kalau El akan datang ke kota ini untuk mencari Bara. Menghancurkan Bara, musuhnya, lewat perantara seseorang.

"Tapi kita sama-sama untung, kan?" Erick menelan ludah sebelum melanjutkan, "aku nyimpan rahasia penting kamu, dan kamu bantuin aku."

El tertawa. Erick bodoh, benar-benar bodoh! "Kalau kamu mati sekarang mungkin aku akan untung banyak,"

Erick tergelak. Gemetar di tubuhnya semakin hebat tatkala El meluruskan pandangannya dan melangkah maju mendekatinya. "El, kumohon!" teriaknya frustasi.

Lagi-lagi El tertawa puas. Setelah di rasa jarak dan sasarannya tepat, El melangkah lebih cepat dan...

Jlep

El tersenyum manis, "Oke."

***

Selesai membilas piring, Herman segera menaruh piring untuk dilap. Dia mengambil lap di atas rak piring lalu segera mengelap piring. Rencananya setelah itu dia akan ke ruang tamu membaca koran harian yang tiba pukul enam tadi.

Pyarr

Satu piring jatuh dan pecah. Tiba-tiba kepala Herman terasa pusing, nyut-nyutan seperti tadi malam. Kali ini lebih sakit hingga Herman jatuh tak sadarkan diri.

***

"Sudah Papa bilang, kamu itu ikut Papa dan Mama ke luar negeri saja. Sudah berapa lautan dosa yang kamu perbuat, hah?!"

"Papa, udah dong Pa, sabar."

"Nggak, Papa nggak bisa sabar. Pokoknya kali ini dia harus mengikuti keinginan Papa, tidak ada tolakan apapun itu titik!"

Setelah pria itu pergi, perempuan itu mendekati anak semata wayangnya dan mengelus bahunya pelan. "Bara, ikuti kemauan Papa kali ini ya, demi kebaikan dan keselamatan kamu sendiri. Mafia itu...cepat atau lambat akan membunuh kamu jika kamu tidak kami sembunyikan."

Bara hanya menatap netra Mamanya yang berwarna cokelat keemasan, sangat indah. "Terserah Mama aja,"

Jawaban dari mulutnya itu membuat wanita yang paling disayanginya tersenyum penuh kebahagiaan.

"Oiya, gimana dengan gadis itu?" tanyanya, "sudah kamu jelaskan padanya, kan. Katamu dia tidak akan berbahaya pada status aslimu?"

"Dia..." Bara terdiam sejenak, "akan ku beritahu saat waktunya tepat."

"Secepatnya!" tegas perempuan itu, Mamanya.

***

Argh sial!

Psikopat itu melukainya lagi. Dengan hati-hati dia pergi ke rumah sakit untuk mengobati lukanya sendiri.

Tadi...

Lagi-lagi El tertawa puas. Setelah di rasa jarak dan sasarannya tepat, El melangkah lebih cepat dan...

Jlep

El tersenyum manis, "Oke."

"Akh!" jerit Erick kesakitan.

El menusuk perutnya secara tiba-tiba. Belum puas, El langsung mencabut pisau itu dari perutnya tanpa ampun dan membiarkannya ambruk bersimbah darah. Dengan santainya, El menjilati darah di pisaunya dan menikmati ekspresi kesakitannya. "One shoot one kill!" kata El dengan jiwa iblisnya.

Dua detik kemudian El melangkah pergi meninggalkannya sendirian di sini, di gang yang sangat sepi dengan kondisi hampir mati.

Erick merapatkan jaketnya agar darahnya tidak merembes keluar. Sang sopir taksi melajukan taksinya dengan cepat, karena Erick bilang dia habis kerampokan dan terkena luka tusuk.

Sesampai di rumah sakit, sopir taksi itu segera memanggil perawat dan dokter agar Erick segera di tangani. Setelah beberapa waktu kemudian, akhirnya Erick selesai di obati.

"Maaf mas, ini hpnya ketinggalan." Kata sang sopir taksi.

"Oh, iya Pak makasih. Ini ongkosnya."

"Makasih mas, semoga cepat sembuh ya, saya permisi dulu."

Erick mengangguk sopan. Selepas sang sopir pergi, Erick menghela napas panjang. Dia masih hidup, syukurlah. El juga mau membantunya. Kini, dia sudah yakin bahwa masa depannya tidak akan suram. Ya, pasti.

***

Votenya jangan lupa readers yang baik hati :)

Sweet Danger ✓जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें