Sweet Danger eps 23

509 29 1
                                    

Cahaya yang terang membuat Clarine menggeliat-liat pertanda pagi sudah tiba. Ia harus pulang, membuat sarapan, dan berangkat sekolah. Namun ada yang aneh. Dia tidur dalam posisi duduk.

"El? " teriak Clarine dalam hati.

El masih tertidur sambil memeluknya. Pantas saja ia tak merasa kedinginan tadi malam. Dengan pelan-pelan, Clarine menyingkirkan tangan El dari pundaknya dan menjauh darinya. Clarine tersenyum. Wajah damai El sangat mengagumkan. Meski laki-laki, bulu mata El panjang dan lentik. Sebagai wanita, Clarine merasa malu akan hal itu.

Clarine mengalihkan pandangannya saat El menggeliat dan perlahan-lahan membuka matanya.

"Pagi? " suaranya serak khas orang bangun tidur.

"Eh, pagi juga El, " Clarine jadi salah tingkah sendiri.

Dengan segera Clarine mengambil barang-barangnya yang penting seperti hape dan dompet lalu memasukkannya ke dalam tas mungilnya. Ia harus pulang dengan cepat. Ia kesiangan.

El hanya mengamati pergerakannya kesana-kemari. Saat Clarine menghampirinya dengan senyum yang aneh, El mengangkat satu alisnya.

"Uhm, aku pulang duluan ya. Kamu masih mau di sini atau balik juga? Pokoknya makasih ya udah nemenin aku tadi malam. Permisi, "

El terus mengamati Clarine yang kini keluar ruangan dengan terburu-buru. Juga tadi apa dia tak salah dengar?

Aku-kamu?

Sepertinya efek baru bangun tidur. El meregangkan otot-ototnya sebentar lalu ikut pergi.

***

Masih seputar masalah waktu itu.

Mentang-mentang anak orang kaya, kasus ini masih dilanjutkan juga. Padahal sudah beberapa minggu sejak kejadian. Sudah kadaluwarsa menurutnya.

Suasana makin heboh saat kedatangan dua orang polisi ke sekolah. Banyak orang berbisik-bisik sambil bergosip. Stevy di panggil ke ruang BK untuk di mintai keterangan saksi. Clarine menggelosor malas di kelas. Ngantuk dia jika tidak ada kerjaan begini. Mau jajan, dia masih kenyang. Mau ngobrol, eh, nggak punya teman. Jika dibully kan seru, ya?

Sayangnya sudah tidak ada yang membullynya lagi sejak beberapa waktu lalu. Mungkinkah Bara melakukan ancaman kepada mereka? Entahlah, Clarine tidak tau dan tidak mau tau.

Suasana kelas sangat sunyi. Para murid keluar kelas untuk menyaksikan hal itu. Norak, pikir Clarine.

"Permisi? "

Mendengar suara orang sangat dekat dengannya, Clarine mengangkat kepalanya. Sejenak, ia menoleh kesana-kemari memastikan orang ini benar-benar sedang berbicara padanya. Kelas lengang hanya ada dirinya. Berarti benar.

"Saya? " Clarine menunjuk dirinya sendiri bingung.

"Iya. Ini, ada sesuatu buat kamu. "

Sekilas Clarine membaca name-tag laki-laki ini dan beralih menatap sesuatu yang diulurkannya.

"Nggak, ini dari siapa? "

"Dari Bara, "

"O-oh, begitu ya. " Clarine manggut-manggut. Tumben, biasanya dia langsung ke sini sendiri.

"Sampaikan ucapan makasih ya kak... " Clarine melirik lagi name-tag lelaki itu. "...Erick? "

Erick sedikit menegang saat Clarine menyebut namanya. Jika dirasa-rasa, cewek di depannya ini memiliki aura gelap juga seperti teman sebangkunya.

"Iya, sama-sama."

Erick melangkah keluar meninggalkan Clarine yang menatap bingkisan itu penasaran. Karena sepi, Clarine membukanya. Sebuah dress warna biru selutut dan sebuah surat.

'Nanti sepulang sekolah aku jemput, ya.

-Bara'

Clarine tersenyum kecil. Dengan cepat ia memasukkan dress dan surat itu ke dalam bingkisan dan menaruhnya ke dalam tas karena bel masuk sudah berbunyi.

***

Lewat pantulan cermin di kamarnya, Clarine tersenyum lebar. Dress ini sangat cocok dan pas untuknya.

Tok tok tok

Dengan sedikit berlari, Clarine akhirnya membuka pintu dan menemukan Bara di sana. Bara memakai celana jeans hitam dan hoodie warna merah. Tangannya ia kenakan jam tangan warna hitam dengan sedikit campuran warna merah. Dia melemparkan senyuman khasnya sambil menatap Clarine dari atas sampai bawah.

"Kamu cantik banget, "

Pipi Clarine merah padam seketika. Ingin sekali Clarine mengucapkan banyak terima kasih kepada El yang sudah memberikan banyak obat luka padanya sehingga luka sayatannya tidak terlihat lagi, hanya bekasnya sedikit yang masih terlihat. Jadi, jika memakai dress seperti ini dia tidak akan khawatir lagi.

"Makasih kak, aku ambil tas dulu ya? "

Setelah Bara mengangguk, Clarine segera mengambil tas mungilnya yang warnanya senada dengan dressnya. Lagi-lagi ia menyempatkan diri untuk bercermin sebelum kembali menemui Bara. Bara memperlakukannya dengan baik. Sepanjang perjalanan mereka bercanda tawa, entah apa yang dibicarakannya.

***

Sweet Danger ✓Where stories live. Discover now