2

45.3K 4.7K 143
                                    


"Damn..." keluh Iris saat terbangun dengan rasa sakit parah di kepalanya.

"Ini sakit banget!" keluhnya lagi, merasakan nyeri di tangan kanan. Ia mencoba mengangkatnya, menyipitkan mata saat mendapati selang infus terhubung di sana.

Iris mencoba sebisa mungkin membuka mata, berusaha mengenali sekitarnya, tapi ruangan tersebut sangat asing, satu-satunya yang ia kenali adalah sosok yang duduk dengan wajah muram di pinggiran tempat tidurnya.

"Pascal," kata Iris menyebut nama sang kakak.

Pascal menegakkan tubuh lalu berdiri untuk menyibak tirai, membiarkan serbuan cahaya matahari membuat Iris menyipitkan mata.

"Ngh! silau, tutup..." gerutu Iris.

Pascal mengabaikan gerutuan itu, bersedekap memandang sang adik yang masih berbaring di tempat tidur. "Tahu apa yang terjadi padamu?"

"Enggak," jawab Iris lalu mengamati selang infus yang meneteskan cairan. "Ini apaan sih,aku enggak merasa sakit sebelumnya."

Pascal memilih melemparkan nota tagihan bar ke sisi adiknya, Iris mengambilnya dan membaca sembari tidur.

"Sudah gila kamu, Ris?" seru Pascal, merujuk pada keterangan jumlah minuman yang tertera.

"Kata Papa bebas mau pesan apa saja," kata Iris santai, mengamati tagihan itu dan mengulas senyum lebar. "Lumayan juga hadiahku tahun ini."

"Lama-lama aku ikut malas mengurusmu."

Kalimat itu terdengar biasa di telinga Iris, bukan kali pertama Pascal mengucapkannya dan seperti biasa, ia menanggapinya dengan kuapan malas.

"Berhentilah melakukan sesuatu yang tidak berguna." Pascal menegaskan dengan tatapan tajam.

"Serba salah deh!" gerutu Iris, menatap sang kakak muram. "Dulu jadi model ada kegiatan, dapat uang, diomelin habis-habisan... ini pesta juga—"

Pascal mengeraskan wajah, "Dengarkan baik-baik kalau aku bicara!!!"

Iris ikut kesal dan mengeraskan suara, "Bukannya lebih mudah kalau aku tetap jadi anak nakal? Kamu eggak perlu khawatir ada perebutan posisi."

"Aku enggak butuh kenakalanmu untuk mengamankan posisiku!" tandas Pascal membuat Iris terdiam.

"Cause you're great and amazing? And I'm just nothing?" sebut Iris dengan mata mendelik tajam.

Merasa kesal berdebat dengan adiknya, Pascal menghela napas lalu berjalan ke pintu. "Whatever!" serunya dan mengempaskan daun pintu.

== [flawsome] ==

"Haiisshh... sial!" gerutu Iris, melemparkan salah satu bantal ke pintu yang berdebam menutup. "Nyebelin!"

Iris kemudian berusaha melepas infus dari tangan kanannya. Keterbatasan pengetahuan medisn membuat jarum yang terpasang sedikit melukai kulitnya. "Ack! Aduh! Sialan."

Iris tertatih menuruni tempat tidur, berdiri di samping ranjang dan perlahan mengamati sekitarnya. "Hotel apa sih ini?"

Ruangan tempatnya berada ini memang tidak bisa dikatakan sederhana, namun pilihan furniturenya seolah ruangan ini milik pribadi. Iris berjalan mendekati pintu geser, memasuki area kamar mandi yang ternyata terhubung dengan ruang pakaian. Iris menyipitkan mata dengan banyaknya deretan kemeja pria, berselang-seling dengan celana bahan, celana jeans, setelan jas hingga deretan jersey bola.

"Ohh! Pascal beli apartemen baru..." tebak Iris lalu membuka laci di dekat wastafel, mendapati handuk berbagai ukuran terlipat rapi, bersisihan dengan sikat gigi baru, botol shampoo dan sabun dengan wangi maskulin.

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now