21

30.1K 3.6K 348
                                    

"Mas Zhao suka anak-anak, atau hanya karena sayang sama Jenna?" tanya Iris lalu menarik tangannya. "Seperti Mas Zhao tahu, aku nggak bisa punya anak..."

Zhao sudah membahas hal itu dengan keluarganya, berbicara pada Pascal dan sempat menyinggungnya saat Iris baru mendapatkan diagnosa. Membahas itu lagi, dengan posisinya saat ini, dalam konteks masa depan bersama gadis itu, rasanya menjadi sedikit berat.

"Emm... mungkin kelihatannya keluargaku hanya ada Papa, Mama, Kak Jassy, Kak Hoshi dan Jenna, tapi sebenarnya aku punya keluarga besar dan anak-anak adalah generasi yang selalu ada dalam keluarga kami. Jadi aku menyukainya, juga terbiasa berinteraksi dengan mereka."

Iris kembali menyadari perbedaan antara dirinya dan Zhao, "Aku enggak suka anak-anak karena itu masalah aku enggak bisa punya anak, aku enggak kebera—"

"Kamu sedih tentang hal itu dan kamu boleh mengakuinya," sela Zhao membuat sepasang mata di hadapannya menajam. "Dan ini adalah garis nasib yang enggak kamu pilih, karenanya kita akan tetap bersama-sama mengatasinya."

"How?" tanya Iris lalu bersidekap. "Perempuan lain?"

Zhao menggeleng, "No, aku enggak punya niat atau pikiran seperti itu."

"Yah, well... setidaknya aku menyelamatkan gen sempurna keluargamu dari campuran genku yang tercemar," kata Iris dan lain dari biasanya saat Zhao berusaha membuat pikirannya membaik, pria itu justru menarik diri dengan wajah datar.

"Keadaanku jelas cukup melegakan, benar bukan?" Iris menambahi dan seketika mengerjapkan mata menyadari perubahan yang terjadi. Zhao juga terdiam cukup lama memandanginya.

"W... what?" tanyanya.

"Tidak peduli berapa kalipun aku berkata, aku menunjukkan bahwa kamu berhak untuk dicintai... semua itu tak berarti, karena kamu tidak mencintai dirimu sendiri."

Iris memalingkan wajah, ia tak suka dengan apa yang Zhao katakan.

"Keadaan ini memang menghilangkan banyak hal darimu... tapi tidak lantas mengurangi betapa berharga dirimu di mata kami, orang-orang yang tulus padamu." ucap Zhao lalu mendapati ekspresi wajah Iris semakin mengeras. "Love yourself, Iris... hargai setiap hal yang masih ada dalam dirimu."

"There's nothing left." ucap Iris lalu menoleh untuk menatap Zhao. "Tidak ada yang tersisa dariku, karena itu sangat bodoh bukan? karena kamu menginginkanku..."

Zhao menghela napas, ia tak bisa meneruskan ini, bukan karena tak mampu menanggapi atau lelah meyakinkan. Tapi Zhao tahu, Iris perlu menyadari sesuatu dengan sendirinya. Zhao beralih melangkah ke pintu, "Yeah, there's nothing left but yourself." katanya, menoleh sejenak ke arah tempat tidur. "And it's all that I want, just you."

== [flawsome] ==

Iris menghela napas begitu mendapati dirinya ditinggalkan sendiri, rasanya aneh karena ia merasa menyesal karena bicara sembarangan. Iris menatap pintu ruang rawatnya dan tiba-tiba air mata mengalir di pipinya.

"And it's all that I want, just you."

Kalimat itu terngiang dalam kepala Iris berikut wajah pria yang selama ini selalu serius saat menguatkannya, saat mengatakan betapa dirinya berharga dan layak dicintai. Iris semakin menangis karena menyadari kesalahannya, ia terisak-isak dan itu membuatnya tersengal hingga tanpa sadar membuat tubuhnya tergerak ke pinggir tempat tidur. Kehilangan keseimbangan, Iris jatuh begitu saja.

Rasanya sakit dan Iris tak bisa bergerak, hanya terus menangis. Ia merasa sangat bodoh, merasa sangat kacau, kesepian dan kehilangan. Iris menangis lebih keras karena sebagian hatinya menyadari kehilangan Zhao yang membuatnya merasa sangat sakit.

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now