24

27.4K 3.5K 351
                                    

Pascal melihat Hoshi berlalu, ia sendiri baru beranjak menghadang saat Byakta ikut melangkah kembali ke koridor. Byakta menghela napas karena putra sulungnya melirik ke berkas di tangannya. Pascal jelas menunggu adanya penjelasan.

"Kau pasti sudah mendengarnya, aku hanya meminta pendapat dr. Hoshi dan jelas—"

"Dan jelas itu merupakan tindakan egois, karena tidak membicarakannya dengan Iris lebih dahulu." sela Pascal lalu bersidekap. "Ruang rawatnya hanya beberapa langkah dari sini."

"Iris tidak perlu tahu, selama ini ia juga hanya menerima segalanya."

"Mungkin itu hal yang harus mulai diubah, kursi roda itu ada hubungannya dengan hidup Iris nanti, ia berhak menentukan dan memilih."

Byakta menyipitkan mata, "Aku memberikan hal-hal terbaik untuk kalian."

"Terbaik menurutmu, tidak berarti terbaik untukku atau Iris."

"Sudahlah, ini hanya perkara kursi roda dan dr. Hoshi juga keras kepala... benar-benar..." ucap Byakta lalu membelokkan langkah.

Pascal tetap berusaha menghadang, kembali menghentikan sang ayah. "Tentang permintaan yang kuajukan, aku serius dengan—"

"Ibumu tidak akan melakukannya." sela Byakta penuh keyakinan.

"She will." jawab Pascal tak kalah yakin.

Sudut bibir Byakta terangkat, pria itu merapikan kancing jasnya. "Jika kau berpikir semua skandal itu terselesaikan karena pengaruhmu, kau salah besar... Ibumu bisa melakukan semua hal yang disukainya, tidak lain karena akulah yang menjamin—"

"Pascal..." seru Asoka, wajahnya panik saat mendekat. Pascal bisa melihat raut gugup sang ibu ketika meraih lengannya, "Kenapa kalian bicara di koridor begini, kembalilah ke ruangan adikmu..."

Pascal menatap ayah dan ibunya bergantian, "Aku jadi tertarik pada hubungan kalian."

Asoka menggeleng, tetap menarik lengan putra sulungnya, "Kembalilah ke rua—"

"Ada apa dengan penampilanmu." sela Byakta begitu mengamati penampilan Asoka.

Seketika itu juga, Pascal melihat ibunya segera menurunkan lengan kemeja, kembali mengurai rambut dan merapikan diri.

"Kau yang memilih peranmu sendiri, lakukan dengan benar." kata Byakta memastikan Asoka mengangguk dan beranjak pergi.

Pascal tidak habis pikir dengan hal yang baru saja terjadi, sedingin apa selama ini hubungan orangtuanya. Sekalipun sejak masa remaja tidak pernah melihat keduanya bersama-sama kecuali untuk kebutuhan formal, Pascal tahu Ibunya berusaha tetap tinggal di rumah. Pascal tahu pernikahan itu berarti untuk Ibunya.

"Mami..." panggil Pascal.

Asoka mendongak dan tersenyum, "Ya?"

"You alright?" tanya Pascal lalu mendapati ibunya mengangguk.

Asoka menghela napas, memeluk lengan Pascal dan menundukkan kepala di sana. Pascal melepaskan tangannya, hanya untuk berganti merangkul sang ibu. "Orang-orang pasti nggak tahu, Asoka Pasque sebenarnya cengeng."

Asoka tersenyum dan berusaha menegarkan diri. "Mami selalu dapat pujian kalau adegan menangis, tampak alami katanya."

"Sudah pasti, tinggal membayangkan Papi."

Asoka tertawa, "He's not really that bad, you know that."

Sejenak Pascal terdiam, lalu memilih mengangkat bahu, "No, I don't know."

== [flawsome] ==

Iris tak tahu sejak kapan ia tertidur, tapi ketika membuka mata, ia mendapati Zhao duduk di kursi penunggu dengan sebuah buku terbuka. Tidak tampak ada Pascal atau ibunya, suster Aida duduk di kursi sofa, memisahkan lipatan handuk, sprei dan selimut. Setelah tugasnya selesai, suster Aida memasukkan barang-barang itu ke lemari dan beranjak keluar ruangan.

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now