29

39.6K 3.9K 505
                                    

Asoka masih menggenggam tangan Iris saat putrinya itu benar-benar terlelap. Awalnya tadi, ia sempat khawatir mendapati Iris tertidur begitu saja. Tapi suster meyakinkannya bahwa setelah terapi, pasien cenderung merasa sangat relaks dan itu yang membuat mereka mudah tertidur. Ditambah Iris sudah merasa nyaman sehabis mandi.

Asoka melepas genggaman tangannya untuk merapikan anakan rambut Iris, sudah berbulan-bulan rambut anaknya tidak tersentuh perawatan, rambut itu juga memanjang begitu saja.

"Iris mirip sekali denganmu." kata Byakta, ia masih berdiri di samping jendela.

"Mata birunya milik Mom." kata Asoka lalu tersenyum. "Mom artis teater, aku selalu menontonnya bersama Papa dan selalu berharap bisa menjadi sepertinya."

"Kecelakaan panggung yang menimpanya sangat menghantui Damien, karena itu... dia tak ingin—"

"Aku akan punya adik laki-laki jika saja kecelakaan itu tidak menewaskannya." sela Asoka membuat Byakta terkejut. Ia tahu banyak cerita tentang Pasque, tapi tidak dengan yang satu ini. "Aku baru mengetahuinya saat usiaku lima belas, saat Papa baru senang-senangnya membicarakanmu..."

Byakta tahu sikap Damien Pasque padanya memang tergolong mengistimewakan. "Aku mengobrol dengan Zhao tadi, sejujurnya aku khawatir karena Iris sama mudanya denganmu, tapi... Zhao justru menyadarkanku terhadap kesalahan-kesalahanku."

Asoka menggeleng, "Itu kesalahanku, aku yang serakah..."

"Aku berharap, dulu aku bisa berkata bahwa impianmu adalah hal yang layak mendapatkan dukungan, aku berharap bisa meyakinkanmu bahwa keberadaan kita bukan sekadar untuk melahirkan pewaris Pasque ke dunia."

Asoka tersenyum dan menatap suaminya, "Belakangan aku menyesali banyak hal, tapi tidak tentang Pascal dan Iris... saat mulai menciptakan skandal itu... aku sangat takut berlari padamu karena itu aku selalu merepotkan Pascal, dan tentang Iris, dia mengingatkanku pada masa muda yang kulepas... karena itu aku membebaskannya, tanpa tahu itu benar-benar berakibat buruk untuknya."

Byakta menghela napas lalu tatapannya teralihkan karena kuncup bunga yang muncul dalam pot. Sejak tadi ia menyadari keberadaan pot ini tapi baru benar-benar memperhatikan tanaman di dalamnya. "Ini... bunga Iris."

"Keponakan Zhao, Jenna yang memberikannya... selama ini Iris merawatnya."

"Saat Damien berkata aku akan bertemu denganmu, saat itu terlalu mendadak dan aku baru membayarkan biaya sewa flatku... aku tak punya cukup uang membelikanmu bunga yang layak, tapi pemilik tokonya sangat baik, memberiku seikat bunga Iris."

Asoka mengingatnya, "Mas Bya adalah orang pertama yang memberiku bunga dan langsung menyuruhku memasukkannya dalam vas berisi air."

"Itu sudah hampir layu."

"Aku tahu dan itu kali pertama aku benar-benar memperhatikan bunga pemberian seseorang."

"Dengan statusku, aku selalu khawatir bagaimana akan terlihat di hadapanmu, karena itu aku senang saat Damien memintaku menjadi penggantinya... rasanya seperti kehilangan harga diri, tapi menjadi Pasque membuatku merasa layak bersamamu."

Asoka menggigit bibirnya, ia tahu bahwa selama ini ada lubang besar dalam hubungan pernikahannya dan itu karena hal satu ini. "Aku tahu... ada hal yang harus kita perbaiki, tapi saat ini aku ingin fokus pada anak-anak... Iris sebentar lagi menikah, Pascal juga sudah begitu dewasa, aku takut jika semakin terlambat, aku menjadi tidak berarti bagi mereka."

Byakta sungguh memahami perasaan itu, ia sendiri juga merasakan hal yang sama, keinginan besar untuk memahami anak-anaknya, menebus semua kesalahannya.

"Aku minta maaf karena... aku belum bisa memikirkan apapun tentang kita kembali." lanjut Asoka sembari menundukkan kepala.

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now