17

30.6K 3.8K 489
                                    


Zhao memastikan Jenna sudah terlelap tidur sebelum bergabung dengan keluarganya di ruang tengah. Liverpool bertanding hari ini dan mereka bersiap untuk menonton bersama. Elina duduk bersama Ryura di sofa panjang. Sementara Jasmine membaringkan kepala di paha Hoshi, keduanya duduk di karpet. Biasanya Zhao akan duduk bersila di samping sang kakak.

"Berapa pertanyaan kali ini?" tanya Jasmine

Zhao menyengir, "Jenna yang bercerita, besok ada cooking class membuat pizza."

"Oh iya tuh, Mama belikan apron kecil buat dia... senang banget." Jasmine mendongak untuk tersenyum pada ibu mertuanya.

"Iya dia pamer ada sulaman namanya," kata Zhao akhirnya memilih duduk terpisah, tempat ia bisa memandang keluarganya secara utuh.

"Pasti Mama yang sulam," tebak Hoshi.

Jasmine tertawa, mencubit dagu suaminya, "Aku kan memang nggak jago kerajinan tangan." katanya lalu berkedip. "Jagonya kalau ngerjain kamu..."

"Dasar usil." komentar Hoshi.

Zhao mendapati Kakaknya ganti mencubit hidung Jasmine, lalu keduanya saling tersenyum, layaknya pasangan baru yang masih sangat kasmaran. Hoshi dan Jasmine dulu menikah muda, keduanya baru genap dua puluh tahun saat memutuskan hal itu. Meski semua orang tampak terkesiap, tapi Zhao tahu pernikahan memang tidak akan terhindarkan bagi Kakaknya.

Jasmine membawa begitu banyak warna untuk Hoshi, juga untuk keluarga mereka. Zhao sudah menyadari sejak ia mengenal kakak iparnya itu. Begitu banyak tawa tercipta di rumah ini, bukan hanya karena lelucon atau sikap konyol Jasmine, tapi juga dari ketulusan, kebaikan, dan setiap perhatian yang Jasmine berikan. Dari kakak iparnya itulah Zhao belajar bahwa kebahagiaan itu sederhana, seperti tawa yang tulus pada orang yang kita sayang.

Gol pertama tercipta, Zhao justru terkesiap karena ayah dan kakaknya berseru bersama. Ia tidak fokus dengan pertandingan kali ini. Kepalanya terlalu sibuk memikirkan bagaimana ia harus mengakui perasaannya. Zhao menatap kedua orangtuanya, dan terasa sangat sulit baginya untuk mengucapkan hal yang mungkin akan membuat mereka kecewa, atau sedih.

"Ah sial, mereka menggantinya, padahal main bagus... ya kan?" kata Hoshi saat pemain favorit Zhao ditarik ke bangku cadangan.

"Zhao..." panggil Elina saat putra bungsunya masih diam saja.

"Ya, Ma?" Zhao langsung menoleh, ia sebenarnya terkesiap kaget.

"Ada sesuatu yang kamu pikirkan? ini salah satu laga krusial dan kamu tampak tidak menyimaknya." Ryura juga menyadari sikap diam putra bungsunya.

Zhao mengangguk, tidak bisa mundur dari keputusan yang dibuatnya. "Ada hal yang ingin kusampaikan." katanya lalu menatap seluruh pasang mata di keluarganya ini. "Pada kalian semua."

Jasmine menyadari nada serius dalam suara adik iparnya, seketika langsung bangun dan menegakkan tubuh di samping Hoshi.

"Ada apa?" tanya Elina, sedikit gugup menyadari sikap serius putra bungsunya.

Zhao menatap Hoshi yang tampak waspada, Kakaknya itu memang sosok yang peka.

"Aku akan melamar Iris." ucap Zhao dan seketika Hoshi mematikan siaran televisi. Terdengar suara kesiap terkejut, tarikan napas tertahan lalu keheningan.

Butuh beberapa menit hingga terdengar suara, "Iris? Adiknya Pascal?" tanya Ryura memastikan.

"Iya, Iris adiknya Pascal." jawab Zhao lalu mendapati kedua orangtuanya saling pandang. Jawaban Zhao membuat keduanya berpikir dalam diam.

Jasmine satu-satunya yang memberi respon dengan senyum, "Sudah kuduga..." katanya.

"Apa alasanmu melamarnya?" tanya Hoshi, raut wajahnya tak terbaca dan sebelum adiknya menjawab sudah lebih dulu menambahkan, "Jangan berkata kamu mencintainya, karena kamu bahkan tidak memandangnya sebagai perempuan sebelum akhir-akhir ini."

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now