23

29.1K 3.6K 251
                                    

"Karena Mami bersama pria yang nggak baik, bukan berarti pria baik itu tidak ada."

Pascal menghela napas, seharusnya ia bisa lebih menahan diri dan tidak mengkonfrontasi sang ibu. Semalam, setelah kalimat itu terucap, Asoka mulai beralasan dan mengganti topik pembicaraan. Tidak lama kemudian, ibunya itu memilih pamit.

Pascal memandang wajahnya di cermin, jika pagi ini ibunya memutuskan membuat alasan dan batal mengunjungi Iris, semua itu salahnya. Iris pasti akan murung jika itu terjadi. Lebih dari dua bulan berada di rumah sakit, akhirnya Iris bisa tertawa dan benar-benar tidur nyenyak semalam.

Pascal keluar dari kamar mandi, mengambil gelas dan mengisi sedikit dengan air di wastafel. Ia mendekati pot warna-warni yang mencolok di pinggir jendela, meneteskan sedikit air pada tunas yang tumbuh. "Sebelum kamu keluar rumah sakit, tunas ini pasti sudah jadi tumbuhan."

Pascal menoleh karena tidak mendapat tanggapan, ternyata Iris masih tertidur. Pascal beralih memeriksa jam dinding, sudah hampir jam tujuh pagi. Biasanya Iris sudah bangun, menyalakan televisi dan mengomentari berita suram yang disiarkan.

Karena mendapati sang adik tampak pulas, Pascal beralih ke sofa untuk memeriksa pekerjaan. Ia memang sudah mengajukan cuti untuk hari ini, tapi tak bisa begitu saja mengabaikan laporan yang masuk.

Baru setengah jam memeriksa email, suara ketukan membuat Pascal mendongak. Zhao memasuki ruang rawat, mengangkat kardus penahan yang berisi dua cup kopi dan tas kertas. "Karena banjir, aku lewat dekat apartemenmu, aku ingat kau merekomendasikan lontong opor sebelum perempatan, aku beli dua."

Pascal menjauhkan laptop lalu membantu Zhao menempatkan kopi dan sarapan mereka. Pascal mendapati bungkusan keripik bawang. "Aku suka ini."

"Serius? aku membelinya karena berpikir baunya sangat gurih."

"Seandainya ada kamu versi perempuan," komentar Pascal membuat Zhao tertawa.

Zhao beralih menatap Iris. "Suster Aida akan terlambat, adiknya operasi usus buntu pagi ini."

"It's oke, Irisnya juga tidur," kata Pascal dan membuka bungkusan makanannya.

Zhao berlalu untuk mencuci tangan, setelah itu baru kembali untuk sarapan bersama Pascal.

"Banjirnya parah?" tanya Pascal

"Sebenarnya biasa saja, tapi aku sayang mobilku," jawab Zhao

Pascal geleng kepala, "Seharusnya mobilmu dimuseumkan."

"Papa memang sudah cerewet soal itu, tapi aku benar-benar sayang menjualnya." Zhao kembali menatap ke tempat tidur pasien. "Iris selama ini pakai mobilmu kan?"

"Ya, Volvo, kenapa?"

"Cuma tanya."

Pascal menyesap kopinya perlahan, "Iris suka bergaya... mobil, ponsel, fashion, perhiasan, kalau belanja benar-benar definisi pemborosan.

"Bukan hal yang enggak aku perhatikan."

"Dengan keadaannya sekarang, mungkin dia bisa belajar mengurangi itu."

"Memang perlu belajar bijak dalam berbelanja, tapi aku suka melihatnya tampil cantik, dan Mama sudah bertanya tentang seserahan yang harus kami siapkan."

Pascal terkesiap, "Aku harap kalian enggak berencana menanyakan soal itu pada Iris."

"Seserahan itu memang untuk Iris."

"Tapi adikku, astaga... sepatu terakhir yang diincarnya memiliki diamond strap, harganya dua puluh lima ribu dollar!" kata Pascal, wajahnya serius saat mengatakan itu.

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now