15

29.7K 4K 274
                                    


Yang barusan itu, apa maksudnya?
Iris bertanya pada diri sendiri. Ia sempat bengong cukup lama hingga Pascal berkomentar tentang sinyal telepon dan keluar ruangan. Lalu Zhao tersenyum dan menegakkan diri untuk membuka tirai jendela.

"Langitnya mendung, jadi cahaya hari ini enggak akan terlalu menyilaukan."

Sepertinya pria ini memang ahlinya berkata hal-hal tidak masuk akal, setelah kalimat tidak masuk akal tentang mempertimbangkan, sekarang beralih pada cuaca. Iris tidak habis pikir.

"Aku lihat grafik pemeriksaanmu, semuanya membaik, terapi awalmu akan dimulai minggu depan." kata Zhao lalu tersenyum kembali.

"Terapi apa?" tanya Iris, berpikir untuk fokus pada keadaannya.

"Pertama-tama kita harus memperkuat tanganmu, memulihkan fungsinya senormal mungkin, program terapinya akan kusampaikan besok." Terdengar nada semangat dalam suara Zhao.

"Kadang tangan kananku masih nyeri dan terasa kebas."

Zhao mengangguk, "Itu normal karena hampir sebulan pakai gips, nanti terbiasa lagi."

"Aku masih bisa menulis kan?" tanya Iris, sebenarnya was-was karena kemarin sempat kesulitan menggerakkan beberapa jari.

"Tentu saja." Suara Zhao terdengar optimis.

"No false hope, please,"  pinta Iris karena ia tak ingin kecewa jika ternyata tangannya tak sembuh seperti semula.

Zhao justru menanggapi dengan senyum lembut, "There's always hope, Iris..."

== [flawsome] ==

Siang hari adalah waktu yang paling Iris benci, karena Pascal berangkat bekerja dan seharian hanya menonton televisi dengan serangkaian tayangan yang tidak menarik. Ponselnya sepi notifikasi karena setelah usiran Zhao waktu itu, teman-teman menghindarinya. Iris menghela napas lalu beralih menatap jendela, mendung sejak pagi tadi sudah berubah menjadi hujan deras.

"Mbak Iris kedinginan? mau dimatikan acnya?" tanya Suster Aida.

Iris menggeleng, "Bosan, mau keluar."

"Sebentar lagi ya? kalau sudah membaik, bisa bangun dan duduk, nanti boleh beralih ke kursi roda," ujar Suster Aida lalu obrolan mereka terjeda karena pintu ruang rawat Iris terbuka.

Iris merasa familiar saat gadis kecil yang memasuki ruangannya mendongak, di tangannya ada sebuah pot, dihias berbagai warna-warna cerah.

"Jenna..." panggil Suster Aida lalu mendekat.

"Stt... Papa mau ke sini," ucap gadis kecil itu dan benar saja, berikutnya terdengar suara ketukan.

Hoshi membuka pintu, seketika terkesiap karena Jenna langsung mengejutkannya dengan suara 'dor' pelan. Hoshi kaget tapi tidak bersuara, hanya tersenyum kecil, mengusap kepala putrinya.

"Enggak boleh masuk ruang rawat pasien sembarangan." Hoshi ganti menatap Iris yang ada di tempat tidur. "Maafkan putriku."

"It's okay ..."  kata Iris lalu tersenyum melihat cara gadis kecil itu menempeli kaki Hoshi

"Suster, tolong temani Jenna kembali ke ruangan saya," pinta Hoshi

"Baik." Suster Aida bermaksud menggandeng Jenna keluar, tapi gadis kecil itu justru teralihkan karena ada Zhao di depan pintu, membawa beberapa lembar pemeriksaan.

Jenna langsung menabrakkan diri. "Uncle Zah!"

"Aduh kaget, ditabrak anak cantik," kata Zhao saat membungkuk untuk menggendong Jenna, membiarkan keponakannya itu mencium pipinya. "Kangen Uncle Zah ya?"

FLAWSOME #PasqueSeries IWhere stories live. Discover now