Chapter 6 (Trust or Not?)

40.7K 2.2K 161
                                    

Duh, apa aku bisa mempercayai Perry dan kata katanya? Tetapi aku tidak bisa mempercayai siapapun. Aku ini pembunuh dan semua orang dapat berbuat apapun kata pikirannya.

Tetapi mungkin mempunyai 1 teman mengobrol saja bisa dipertimbangkan. Tetapi, reputasiku harus tetap aku jaga dan aku genggam erat. Jangan sampai jatuh ke tangan yang berpihak.

Seminggu setelah ia datang padaku, kami mulai agak akrab. Tetapi aku sedikit curiga karena setiap Perry mendekatiku, teman teman lainnya selalu tersenyum angkuh padaku. Apa ini salah satu cara Perry utuk menjebakku? Aku tidak boleh berpikir pendek atau aku bisa mati hari ini juga.

"Rose!"

"Perry, hi"

"So, kamu mau hang out gak siang pulang sekolah?"

"Gausah makasih"

"Ayolah, ini bakal menyenangkan"

"Engga, makasih"

Aku berpaling dari Perry dan dengan cepat pergi ke kelas. Perry sepertinya tidak senang denganku. Tetapi aku tidak bisa main percaya seperti itu saja pada orang lain. Aku masih khawatir.

~Perry's P.O.V~

Goddammit. Rose memang susah sekali untuk dibujuk. Ia masih belum saja percaya padaku. Bagaimana aku bisa menuntunnya pada rencanaku? tentu saja aku tidak akan berteman dengannya karena ia membunuh salah satu temanku.

"Perry, gimana rencanamu itu?"

"Aku belum tau George. Orang ini sangat susah ditipu"

"Kamu ingin menipu psycopath? Jelas akan sulit karena mereka menggunakan logika mereka. Kamu harus lebih hati hati, Perry."

"Aku tau, aku tau.. Menurutmu aku harus bagaimana lagi sementara satu persatu murid disekolah ini meninggal? Aku tidak mau jadi salah satu dari mereka"

"Jadilah sahabatnya! Buat dia percaya walau jangka waktu itu lama"

"Maybe.."

Aku hanya dapat mengerutkan keningku. Memang sih, sangat tipis kemungkinan untuk menipu seorang pembunuh. Demi membalas dendam temanku, apa sih yang tidak?

"Rose, aku mau main ke rumahmu ya"

"No."

"Pleaseee? Aku mau curhat"

"No, perry. Kamu gaboleh kerumahku lagi"

"Roseee?"

"Perry kalau aku bilang tidak, tidak!"

Shit aku telah dibentak olehnya. Fine, daripada aku mati sekarang lebih baik aku menjauh saja. Cih, ternyata susah juga.

~Rose's P.O.V~

I knew it, Perry. Kamu ingin menjebakku makanya kamu bersikeras untuk mendekatiku. Kamu kira kamu dapat bermain denganku? Well, not this time..

Janji saat ia terakhir aku tangkap masih aku pegang erat. Jika ada 1 orangpun mengejarku, akan kubunuh Perry.

"Olivia Rose, you're going down!"

"What?"

"Soon or later, you will die!!"

Salah satu teman Perry yaitu Merida berteriak padaku. Aku hanya tertawa geli dan menariknya ke gudang peralatan bersih bersih. Ia memberontak sekuat tenaga tetapi ia tidak bisa mengalahkan kekuatanku.

Ya mumpung hanya ada kita berdua dikoridor ini. Jadi dengan mudah aku dapat..

"ROSEEEEE!!!!"

Teriakannya terdengar jelas olehku. Karena hanya ada wipol, aku membuka tutup botol itu dan menjejalkannya kedalam mulut Merida. Ia tidak menahan wipol itu karena kedua tangannya sudah kuinjak. Kurasakan botol wipol itu makin meringan diikuti oleh ketidaksadaran Merida. Tentu dia sudah pingsan keracunan wipol itu. Dasar bodoh, sudah tau wipol beracun masih tetap diminum saja..

Aku mulai mengeluarkan pisau kecil dari balik kaus kakiku dan memotong nadi lehernya agar peredaran darahnya berhenti.

Aku mengintip keluar ruangan. Untung saja tidak ada siapa siapa. Tetapi sebelum itu, tentu saja aku memosisikan mayat Merida dengan cara menaruh benda tajam dilantai yang lalu kutaruh perlahan badannya terutama lehernya yang kupotong dibenda itu dan menumpahkan air didekat kakinya ditambah pula lap pel yang aku taruh digenggaman tangannya agar semua orang mengira Merida hanya terpeleset dan lehernya mengenai benda tajam rersebut.

Aku benar benar jenius. Aku makin yakin Perry akan semakin dendam pula padaku. Dan memang itu yang kumau. Aku ingin sedikit bermain dengannya.

A Psychopath LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang