Chapter 14 (Family Business)

36.2K 2.1K 84
                                    

"Aw Jeff slowly!"

"Jangan banyak komentar, aku kan sedang mengganti perbanmu dan niatku baik"

"Tetapi jangan melepasnya seperti menarik eskrim dari anak kecil!"

"Terserahlah, yang penting aku masih mau mengganti perbanmu. Orangtuamu pasti akan membiarkan lukamu ini membusuk."

Jahat sekali perkataanmu Jeff. Ia mengingatkanku pada rasa sakit hati yang kupendam pada orangtuaku selama ini. Kubiarkan mereka hidup. Setiap aku melihat kearah mata mereka yang aku lihat hanyalah flashback - flashback menyakitkan yang pernah terjadi padaku. Salah satunya merasa hidup sendirian di dunia ini.

Aku hanya diam gemetar dan langsung berdiri dengan memegang erat pisauku. Tidak tersadar, air mata sudah membanjiri pipiku lagi.

"Rose, ada apa denganmu?"

"Apa kamu tau dimana orangtuaku tinggal sekarang?"

"Ok jangan bilang kamu mau membunuh orang tuamu?"

"Aku cuma mau mengunjungi mereka"

"Let me tell you this, dulu aku membunuh orangtuaku karena mereka berbohong padaku.. Kamu cukup kuat karena kamu telah disiksa dari masih kecil dan dendammu bisa menghilang pada mereka dan malah tertumpu kepada orang lain.."

"Well.. Iya, maybe.. tetapi..."

"Ada apa Rose?"

"Aku.."

Aku melepaskan kembali pisau yang kugenggam erat. Perasaan tidak tega masih saja merasuki dadaku. Apalagi melihat kekecewaan dimata mereka berdua melihat anaknya menjadi seorang pembunuh.

"Rose, apa benar yang Jeff bilang?"

"Dia benar BEN.. Ma.. Maaf aku butuh waktu sendirian"

Aku memegang keningku dan langsung memasuki kamarku. Suara suara didalam kepalaku terus berputar putar tetapi kata hati dan otakku berbeda. Kepalaku terasa sangat berat dan tanganku secara otomatis mengambil pisau cadangan yang langsung aku masukkan kedalam sepatuku. Aku melompat dari jendela dan pergi tanpa ada tujuan arah.

Suara suara yang ada didalam kepalaku makin kuat hingga jalanpun serasa berat untukku. Aku berjalan sendirian ditengah kegelapan malam. Lampu jalanan didaerah setelah hutan inipun redup sehingga aku tidak bisa melihat dengan jangkauan yang lebih jauh.

Tak lama kemudian, aku sampai didaerah perumahan yang cukup familiar untukku. Tetapi karena kepala yang masih terasa berat, aku tidak sempat mengenali dimana aku sekarang. Kakiku serasa menyeretku ke daerah ini tanpa alasan yang kuketahui.

Setelah beberapa lama, aku terduduk di halaman rumah seseorang. Kepalaku terasa agak ringan sekarang dan saat aku berbalik ke arah pintu rumah ini, ternyata.. Ini rumah kedua orangtuaku..

Aku mencoba mengintip kedalam jendela kamarku dulu. Kamarku telah dipakai oleh adikku. Kamar yang awalnya penuh poster dan boneka sekarang berganti menjadi robot robotan yang harganya mungkin mahal. Adik perempuan tomboiku sedang tertidur manis sambil memeluk guling. Aku merindukan adikku, tetapi aku tidak mungkin memeluknya dengan keadaan seperti ini.

Aku mencoba mengintip kamar kedua orangtuaku. Mereka juga sedang tertidur dengan tenangnya. Mungkin tanpaku, mereka bertiga menjadi keluarga bahagia.

Tak tau mengapa, Aku memasuki kamar orangtuaku secara tidak sadar. Kugapai pisau didalam sepatuku dan kuarahkan pada mereka. Tanganku bergetar hebat. Dalam hatiku, aku masih belum bisa membunuh mereka walaupun aku harus melanjuti kehidupan pahitku karena mereka.

Aku meneteskan kembali air mataku dan hanya dapat membuang barang barang orangtuaku keluar jendela. Semua flashback memutari kepalaku lagi. Dan saat itu juga, ayahku terbangun dan menahanku dengan rantai yang tidak tau datangnya darimana.

A Psychopath LifeWhere stories live. Discover now