Chapter 16 (One By One)

29.3K 1.7K 11
                                    

Aku kemarin tidak bisa tidur semalaman. Pikiranku terus tertuju pada kedua pembunuh beruntun yang mengunjungi kamarku semalam. Aku tau mereka bukan hanya khayalanku atau mimpi buruk. Aku masih merasakan dinginnya pisau yang mereka pegang menyentuh kakiku.

Untung saja sekarang aku sudah mulai libur tahun baru. Kalau belum? Aku kan pergi ke sekolah dengan bus sendirian.

"Julia, bang- lho kenapa kamu tumben udah bangun?"

"Iya ma, aku gabisa tidur"

"Over paranoid lagi?"

"Ya tuhan mama, aku gapernah over paranoid"

"Tapi saat kamu mem-"

"Aku tidak pernah over paranoiiiidd"

Aku menarik selimut dan memainkan hpku. Flappy bird tentunya. Salah satu game yang bukannya membuatku stress malah membuatku relax. Berkali kali aku kalah memainkannya atau bisa dibilang hanya dapat score 2-5 karena aku mengantuk. Aku memang lelah tetapi tidak berani untuk menutup mataku walau hanya sebentar saja.

"Baiklah, mama sudah siapkan makanan untukmu.."

"Makasih ma. Oh ya, Dimana papa?"

"Papa? Katanya sih papa lagi ke bengkel.. Katanya rem motornya gak sekuat dulu"

"Oh.. Rem motor.."

Aku bergidik ngeri. Perasaanku mulai tidak enak tentang ini. Apa aku harus cari papa? Ah tidak usahlah. Papa kan sudah besar.

*Sorenya*

Mama terus mondar mandir didepan pintu rumah karena papa belum pulang juga. Aku juga ikut menelfon papa daritadi tetapi handphonenya tidak aktif sama sekali.

Aku duduk perlahan dikasur kamarku dengan khawatir. Aku tidak tau harus minta tolong pada siapa untuk mencari papa. Kakakku tidak mungkin mencari papa karena masih di kampus. Ah aku jadi khawatir begini. Apa aku saja ya yang mencari papa?

Aku menaruh handphoneku dimeja kecil sebelah kasur dan pada saat baru saja berdiri, mataku terbuka lebar melihat secarik kertas merah disebelah lampu tidurku. Rasanya aku kan tidak pernah menyimpan kertas merah kecil seperti ini? Karena penasaran, Aku mengambil kertas tersebut dan membukanya.

'Lihatlah berita, Channel 101. (P.S : jangan kaget karena ini belum seberapa)'

Berita? Berita apa? Dengan cepat aku mengambil remote ku dan menyalakan tv lalu menyalakan channel 101. Dan ternyata kekhawatiran mama dan aku terungkap sekarang.

Papa mengalami kecelakaan..

"Mamaaaaa!"

Aku mulai menangis dan menutup mukaku. Mama berlari ke kamarku dan melihat kearah tv. Aku menoleh pada mamaku dan tiba tiba saja mamaku pingsan karena kaget. Pada saat itu juga, kak Justin datang dan membantuku mengangkat mama kekamarnya. Bagaimana orang yang menulis di kertas itu bisa tau papa mengalami kecelakaan? Jangan jangan ini ulah Jeff dan Rose karena aku menolak tawaran mereka? Aku tidak mau kehilangan seluruh keluargaku..

"Julia, apa yang terjadi?!"

"Mama pingsan karena.."

"Karena apa Jul?!"

Aku menunjuk ke TV dan melihat kak Justin. Kak Justin terbelalak kaget dan menutup mulutnya. Pasti ia tidak menduga pula. Bibir kak Justin mulai bergetar dan mengambil kunci motornya.

"Kakak bakal samperin papa dirumah sakitnya ok? Kamu jaga mama. Nanti kakak kasih kabar secepatnya"

"I.. iya kak.. Cepetan"

Kakakku berlari kembali ke motornya dengan cepat. Aku masih tak ada hentinya menangis dan memegang tangan mamaku. Ma.. Bangunlah.. Aku takut..

~Rose's P.O.V~

"Apa kita sudah cukup membuatnya stress?"

"Belum Rose, kamu harus belajar lebih jahat okay?"

"Tapi kenapa kita neror anak ini?"

"Aku membunuh karena suatu alasan, bukan?"

"Iya sih"

Aku mengangguk dan memandang tv yang ada di toko yang kami lewati. Aku hanya tersenyum melihat berita tersebut. Rasa senang bercampur takut merasuki jiwaku. Tetapi terlebih banyaknya senang.

"So kapan kita mulai lagi?"

"Bagaimana jika besok?"

"Baiklah"

Aku memutarkan pisau yang kugenggam dan memasukannya kedalam sepatu bootsku. I love my life.

~Helloooo, maaf ya chapter ini pendek.. By the way, Vote and Comment yaaaa~

A Psychopath LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang