Chapter 13 (Save Me Jeff)

35.4K 1.9K 52
                                    

~Rose's P.O.V~

"Apa?! Membunuh polisi?! Ok kamu sudah gila Jeff!"

"Dia bukan hanya polisi biasa! Pokoknya apa yang aku suruh, kau harus turuti jika kamu masih ingin tinggal dirumahku!"

"Jeff polisi mempunyai persediaan pistol di rumah mereka!"

"Kau bilang kau pintar, bukan? Pikirkanlah caranya! Aku tidak mau tau, sekalinya kau tertangkap aku juga ikut terseret bersamamu! Malam ini aku tidak bisa ikut denganmu karena BEN mengajakku membunuh seseorang"

"Aku melakukan ini sendirian?!"

"Iya, kau harus belajar mandiri"

"Kenapa kamu malah meninggalkan aku?! Aku akan membunuh polisi bukan sebuah boneka!"

"Aku tidak meninggalkanmu! Aku hanya ingin kanu membunuh polisi itu, titik!"

Jeff berteriak padaku dan membanting pintu kamar tempatku tidur. Aku agak bergidik ngeri dan mengambil bantal tempat tidur ini. Polisi? Membunuh polisi? Resiko yang aku tanggung akan lebih berat dibanding membunuh orang lainnya. Habislah aku..

Bagaimanapun juga, Jeff pasti akan menyelamatkanku kan jika aku sedang kesulitan? Dia kan sama sepertiku? Apa aku bisa mempercayainya? Aku tidak ingin salah mengambil keputusan lagi seperti masa laluku.

"Jeff? Aku bisa mempercayaimu kan?"

Tidak ada jawaban darinya. Mungkin ia sudah benar benar kesal padaku. Hah sudahlah, tidak apa apa. Aku pasti bisa mengikuti apa yang ia mau. Demi keselamatan dan persembunyianku satu satunya.

Malamnya, aku dapat melihat Jeff yang pergi bersama cowok yang lebih pendek darinya, bermata hitam dengan pupil merah juga banyak darah mengalir dari matanya, berambut blonde dan memakai baju hijau seperti leprechaun. Mungkin dia yang namanya BEN. Seperti tokoh yang ada di game the legend of Zelda ya?

"Ok aku harus bisa membunuh seorang polisi.. Oh my god.. Wish me luck.."

Baru kali ini aku ketakutan untuk membunuh seseorang. Biasanya aku cuek saja untuk menusukkan pisau ku kesana kemari seperti menusuk nusuk daging sapi dengan tusuk untuk sate. Tetapi sekarang aku agak ketakutan tidak tau mengapa.

"I want a revenge. I want to live happily.."

Aku terus mengatakan kata kata itu untuk menambahkan percaya diriku. Tetapi dengan itu aku malah merasa makin gugup. Ah aku pasti bisa. Aku tidak bisa menjadi lemah begitu saja.

Aku mulai menaiki pagar besi rumah tersebut perlahan dan melihat ada anjing penjaga tepat disamping jendela yang sedang terlelap. Kalau sampai ia menggonggong, tamatlah nasibku.

Aku mengendap endap memutari rumah itu untuk mencari jendela lain. Setelah kutemukan, ternyata jendela itu terlihat seperti kamar anak anak. Kamar anak perempuan karena dindingnya berwarna pink dan sedikit terlihat olehku boneka boneka disamping anak yang sedang tertidur lelap didalam gelapnya kamar tersebut.

Aku memasukinya perlahan dan bertapa terkejutnya aku, Anak ini sudah dalam keadaan babak belur. Sekitar matanya biru, di pipinya terdapat bekas tangan dan rambutnya sedikit botak di bagian paling atas kepalanya. Sekarang aku mengerti kenapa aku harus membunuh polisi ini. Polisi ini mirip sekali dengan ayahku.

Ia menyiksa anak perempuannya yang masih kecil..

Aku membelai rambut anak ini perlahan dan berjalan keluar kamarnya diam diam. Tetapi sangat tidak beruntungnya aku. Lelaki berparas tinggi besar telah berdiri didepan pintu kamar anaknya dengan pistol tersodor padaku. Aku terdiam kaget dan mengangkat kedua tanganku.

"Akhirnya buronan kota sampai juga dirumahku"

"Sir, aku hanya menjalankan tugasku.."

Dengan cepat aku mengambil pisau dari sepatuku dan menusukkannya ke dada lelaki itu. Ia menembakku di bahu sebelum ia tergeletak tak bernyawa. Saat sedang menahan sakit yang luar biasa, aku dapat mendengar suara anjing yang menggonggong dan sirine mobil polisi yang tiba tiba saja menyala. Aku baru sadar kalau komplek ini adalah komplek tempat tinggal para polisi. Jeff.. Help me..

Anak perempuan dari kamar tadipun terbangun dan hanya menangis melihat ayahnya yang tidak berdaya. Anak ini sangat kuat. Ia masih menyayangi ayahnya walau ayahnya telah menyiksanya.. Tidak sepertiku yang tiba tiba berubah seperti ini.

Aku dengan cepat berlari melompat keluar jendela dan melarikan diri sebisa mungkin walau beberapa anjing pelacak dan mobil polisi sudah berlomba lomba mengejarku. Jumlah mereka makin banyak dari hari ke hari. Aku merasa agak kesulitan melarikan diri dari mereka.

Ternyata, kecepatan berlariku tidak dapat menyaingi anjing anjing bulldog milik polisi itu yang langsung menggerogoti ujung baju dan celanaku. Aku berusaha kabur sambil menahan darah yang mengalir dari bahuku. Percuma saja, tubuhku makin lama makin melemah dan akupun lemas tak berdaya hingga akhirnya pingsan. Hal terakhir yang aku ingat yaitu ada seseorang yang memegangiku sebelum aku pingsan. Mungkin polisi atau siapalah itu. Aku tidak dapat berharap lagi bila Jeff akan datang dan menyelamatkanku.

~skip~

Entah berapa lama aku pingsan akhirnya aku dapat kembali tersadar. Aku menoleh pada bahuku yang sudah diperban dengan rapi dan melihat bahwa aku masih ditempat terakhir saat aku pingsan. Akupun memegang aspal dan jeans hitam berlumur darah dimana kepalaku bersandar. Wait, Jeans? Berlumur darah?

"Jeff?"

"Dasar bodoh. Tadi kan aku bilang jangan sampai kau ketahuan"

"JEFF!"

Aku duduk dan memeluknya erat erat. Ia hanya mengelus elus pelan punggungku begitupun BEN yang ada disampingku dengan memakai salah satu kalung cucuk milik anjing pelacak yang sudah berlumur darah. Pasti mereka membunuh anjing anjing dan polisi itu untuk.. Menyelamatkanku?

"Jeff bagaimana kamu bisa tau aku disini?"

"Well, lokasi yang aku dan BEN tuju gak jauh jauh amat dari sini. Jadi kami dapat mendengar gonggongan dan sirine itu dengan jelas. Dan kami tau itu pasti karenamu, dasar payah"

"Iya, iya aku tau aku payah.. Tetapi.. Makasih ya udah mau nyelamatin aku"

"Ini kebetulan aja kok, lain kali hati hati. Aku capek jagain orang payah"

Jeff hanya mengacak rambutku. Aku tertawa haru dan memeluknya lagi. Walaupun bau kami masih hanyir darah aku tidak peduli karena aku sangat senang mengetahui bahwa di dunia ini masih ada yang peduli padaku, walau itu psycopath sekalipun..

Jeff dan BEN pun membantuku berdiri dan juga membantuku berjalan pulang kembali ke cabin. Mereka ini sebenarnya orang baik, aku jadi heran mengapa orang seperti mereka bisa menjadi killers.

"Rose kamu kenapa tadi bisa ketahuan?"

"Well BEN, tadi itu.. Aku kan lewat jendela kamar anaknya karena jendela kamarnya dijaga oleh anjingnya. Saat aku memasuki kamarnya aku melihat lihat dulu fisik anak tersebut.. Ia disiksa, sama sepertiku. Mungkin karena terlalu lama disana aku ketahuan lewat jendela yang terbuka. Dan saat aku keluar, targetku sudah ada didepan pintu dan menyodorkan pistol padaku"

"Tetapi ia mati? Kau bunuh kan?"

"Ia sudah mati.. Tetapi.."

"Kau juga ikut tertembak dan kau ada di komplek tempat tinggal para polisi.."

"Iya BEN"

Aku hanya mengangguk dengan agak datar. BEN menoleh pada Jeff yang sedaritadi diam saja. Jeff agak mengerutkan dahinya. BEN mulai yakin kalau Jeff merasa bersalah dan itu adalah pertama kalinya BEN melihat Jeff seperti itu. Yea, Jeff patut merasa bersalah karena ia seperti memasukkan anak burung kedalam kandang buaya!

A Psychopath LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang