Chapter 9 (Vacation for Me)

35K 2.1K 123
                                    

~Rose's P.O.V~

Ok, first target. Berry, Hongkong, Disneyland. Mungkin aku akan masuk dulu saja. Sekalian liburan lah sekaligus mengerjakan 'tugas' ku.

"1 adult ticket please"

Aku membayar tiket ke disneyland ini yang mungkin lumayan mahal tetapi tak apa lah.

Kenapa aku ingin membunuh Berry? Asal kalian tau, Berry ini selain suka membully, dia ini termasuk 'sahabatku' saat SD dulu yang ternyata menghianatiku.

Well, aku tidak akan menyesal sehelai rambutpun karena merenggut nyawanya.

Dapat kulihat dari jauh Berry berlari girang masuk kedalam disneyland. Hah, sifatnya masih saja kekanak kanakan. Tidak berubah sama sekali.

"Oh my god! Disneylaaannnddd! Finally I'm hereee!"

Berry berputar putar girang hingga tidak sadar aku telah menariknya ke gudang tempat pembangkit listrik untuk wahana wahana. Saat Berry berhenti berputar, ia baru saja menyadari ia tidak lagi ada diluar.

"Eh aku dimana?"

"Kamu ada di mimpi burukmu"

"Hah? R.. Rose? Kenapa kamu bisa ada disini?"

"Humans.. Foolish creature"

"Jelaskan padaku!!"

Tubuh Berry mulai merinding ketakutan hingga membuatku tertawa. Aku mengambil pisau dari sepatuku (yang mungkin sudah termasuk kebiasaan) dan menyodorkannya pada Berry.

"Kamu pantas mendapatkan ini"

Aku menusuk lehernya hingga ia berteriak. Dengan cepat, aku membekap mulutnya dan menusukkan pisau tersebut lebih dalam lagi hingga kemudian ia langsung tidak sadarkan diri.

"Lebih baik posisinya dibagaimana kan ya?"

Dengan santai, aku mencabut kabel dan memegangkannya di tangan mayat Berry agar terlihat Berry mati tersetrum. Pada lehernya, kubalutkan selendang rajut lamaku dan keluar perlahan dari ruangan tersebut. See? Tidak ada yang mencurigaiku.

Second target. George, London, Science fair.

Terbang dari Hongkong straight langsung ke London memang perjalanan yang sangat jauh, tetapi menurut perhitunganku aku akan sampai tepat waktu karena tiket pesawat milik George baru berangkat 2 jam lagi.

Di toilet bandara London, aku segera mengganti jeans dan hoodieku. Well, seorang pembunuh tidak boleh menampakkan identitas dirinya kan?

Mengapa aku membunuh George yang bisa dibilang kutu buku? Karena dari SMP sampai sekarang, ia selalu membully murid lain yang nilainya paspasan mentang mentang dirinya selalu ranking 1. Dan aku termasuk orang yang dia bully. Aku membunuh orang bukan karena masalah pribadi, tetapi untuk kebaikan seluruh orang tak bersalah diluar sana yang selalu di bully.

Sesampainya di London, aku terpaksa menukar uangku dengan poundsterling untuk memesan taxi. Jujur, badanku terasa remuk seharian bolak balik. Tetapi demi revenge, aku rela kok bolak balik sampai beberapa negara juga dalam sehari.

Science fair. Huh, akhirnya sampai. Whoops, betulkan posisi sepatu bootsku. Tidak ada yang mau melihat ada pisau yang tiba tiba mencuat dari sepatu kan?

Saat kuberikan tiket pada penjaga, dapat kulihat George yang berlari kegirangan didalam gedung. Huh, childish. Sama seperti Berry.

"Finally sience fairrr!"

George tertawa senang dan berulang kali melihat semua invention yang ada disana. Aku memasuki ruangan tersebut perlahan dan mencari tempat yang mungkin untuk membunuhnya.

Kutemukan beberapa rangkaian listrik yang sangat rumit dipojok gedung. Hah, sangat perfect.

Aku mengambil suntikan yang sudah kuberi obat bius dari kantung baju hoodieku. Aku berjalan perlahan ke belakang George dan menyuntik George dengan cepat.

Seketika George tidak sadarkan diri dan dengan mudah, aku dapat menariknya ke pojok dan menyetrumnya dengan agak lama dengan rangkaian listrik tadi yang sudah kucabut hingga George sudah tidak terasa lagi denyut nadinya. Kubiarkan kabel tersebut meng cover dirinya dan aku berlari kecil keluar dari science fair itu.

Luckly, tidak ada kamera CCTV pada fair barusan sehingga aku dapat kabur dengan mulus. Aku bukan Rose jika aku tidak punya rencana. Haha, aku bisa tidur dengan tenang malam ini.

~Perry's P.O.V~

"Georgeeeee, Berrryyyyy where are you guys?"

Aku membolak balikkan handphoneku dengan khawatir. Hampir saja aku menangis karena mengkhawatirkan George dan Berry. Sekarang sudah tengah malam dan mereka belum juga mengabariku. Padahal mereka kan janji akan mengabariku nanti.

Rose pun belum terlihat batang hidungnya. Tadi sore aku sempat berkunjung kembali ke rumah Rose tetapi ia masih tidak ada di rumahnya. Oh god, jangan sampai sahabat sahabatku menjadi korban Rose..

Tetapi aku tidak boleh berpikiran negative! Sama saja seperti aku telah mendoakan sahabatku seperti itu. Aku yakin mereka disana baik baik saja dan terlalu bersemangat hingga lupa untuk mengabariku.

A Psychopath LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang