Chapter 11 (Jeff The Killer?)

37.2K 2.2K 136
                                    

"Jeff siapa?"

"Kamu gapernah denger tentang aku?"

"Nope, kamu siapa?"

"Dasar kampungan"

"Hey aku gak kampungan!"

Aku menggeggam erat pisauku dan sudah setengah jalan akan menusuknya. Tetapi tusukanku gagal. Jeff dapat menangkisku dengan sangat cepat dan membantingkan tubuhku ke lantai lalu menginjak punggungku.

"Jangan coba coba kau. Kalau kamu macam macam, aku bersumpah darahmu akan menghiasi dinding rumahku"

"Okay fine! Lepaskan aku sekarang juga!"

Jeff melepaskanku dengan sangat kasar. Aku hanya dapat mendengus dan duduk. Huh, ternyata aku tidak selevel dengan psycopath ini. Mungkin aku bisa belajar banyak darinya.

"So, begitu prinsipmu untuk membunuh mangsamu?"

"Apa?"

"Kamu membunuh mangsamu karena mangsamu itu merendahkanmu?"

"Maybe, why? Apa itu masalah untukmu?"

"Prinsipmu itu old style banget. Dan gampang sekali untuk ditebak"

"I swear to god I will kill you in your sleep"

"My lady, I never sleep"

Senyuman Jeff makin melebar hingga luka sayatan bibirnya makin terlihat. Gross!

"Okay, jika kamu kira kamu lebih pintar dariku beritau aku beberapa trikmu"

"Well, aku biasanya mengancam salah satu dari targetku untuk meninggalkan sidik jarinya di tubuh mayat yang aku bunuh. Jadi tidak akan ada yang tau pembunuhnya adalah aku"

"Itu berarti pure killing dong?"

"Memang kamu bagaimana?"

"Aku membunuh orang, lalu mengubah posenya seperti kecelakaan"

"Bagus juga"

"Tetapi tadi kamu bilang trikku payah"

"Sebelum aku mendengar trik mu yang barusan kamu beritau"

"Whatever, aku memegang janjimu untuk melindungiku dari polisi, Jeff the Killer"

"As you wish"

Jeff hanya mengangguk dan duduk di sofanya yang sudah usang dan berdebu. Aku mendengus kembali dan duduk disebelahnya.

"Aku tidak punya rumah lagi, aku akan tinggal bersamamu. Tetapi jangan kau pikir untuk membunuhku"

"Aku tidak ingin membunuh nenek sihir sepertimu"

Ah! Dia ini bikin BT saja deh. Kalau dia ini sama seperti teman temanku yang susah aku bunuh, mungkin detik ini juga akan kubunuh dia.

"Kamu mau ngebunuh siapa emangnya jeff? Kamu punya dendam sama siapa?"

"Aku dendam pada kita semua. Kaum manusia."

"Same. Tetapi kamu hanya membunuh random people saja?"

"Aku membunuh orang orang yang tidak pantas hidup. Seperti orang yang suka mencuri, berjudi, menjual narkoba, kdrt dan sebagainya"

"Tapi t-"

"Tidak ada hubungannya sama sekali dengan kehidupan personalku"

"Ok kamu ini insane"

"Kamu bukan psycopath jika kamu membunuh orang secara sadar. Jika kamu membunuhnya secara sadar, kamu pembunuh bukan gangguan jiwa"

"Kamu aneh"

"Ok kamu ikut aku sekarang, aku butuh kau untuk membunuh sesuai dengan perjanjian kita"

"Tetapi.. Kamu janji kan gaakan biarin polisi nangkep aku?"

"Nope, tenang aja"

"Ok aku ikut, aku sudah merindukan air merah"

"Darah?"

"Darah"

"Ok kalo gitu langsung deh"

Jeff menggenggam erat lenganku hingga aku meringis kesakitan. Masa iya sih dia mengira aku akan kabur? Toh aku memang hobi membunuh.

"Ok Jeff, target pertamamu siapa?"

"Reyna. Dia ini 'lobang berjalan'."

"Oh.."

"Ada apa?"

"Dia dulu teman sd ku yang pernah menipuku"

"Well baguslah, kamu punya dendam yang ingin disampaikan"

Ah iya juga, baguslah aku ikut ikutan jeff. Aku mungkin dapat menemukan beberapa teman SD ku dulu. 5 orang yang telah menipuku. Dan 5 itu bukanlah sedikit.

Aku dan Jeff terus berjalan hingga terlihay jalan raya didepan kami. Baru saja aku menoleh, Jeff sudah berlari dengan kencang ke arah perumahan. Aku sedikit kaget dan berlari mengikutinya walau kakiku masih agak pegal karena tadi berlari berjam jam dari polisi.

Beberapa saat kemudian, sampailah kita di suatu perumahan mewah dengan air mancur tepat di depan gerbang masuknya. Pasti Reyna tinggal disini. Tidak aneh sih, dia memang orang kaya.

"Jeff, disinikah Reyna tinggal?"

"Iya. Disini. Aku pernah liat dia berjalan ke arah rumah itu"

"Ok, aku ikut"

Aku terus mengikuti jeff ke rumah yang pagarnya paling tinggi. Jeff memanjat pagar itu tanpa ragu ragu. Aku mengikutinya saja walau kakiku agak terbeset ujung pagar yang agak tajam.

"Kau saja yang masuk Rose, aku tinggu disini"

"Kamu tau namaku?"

"Tidak penting, kamu masuk saja"

Jeff memasang nada mengusir dan menunjuk jendela. Mungkin ia menyuruhku untuk masuk jendela. Aku membuka lebar jendela itu dan dapat melihat Reyna yang sedang tidur dengan tenang. Aku memasuki kamar Reyna perlahan lahan dan mengambil pisauku. Sabarlah Reyna, kau akan lebih tenang dari ini.

"Goodbye Reyna, see you in hell"

Aku menusuk Reyna di perut bagian kiri hingga Reyna bangun dan berteriak keras. Aku menusukkan makin dalam, mencabutnya dan langsung berlari keluar lagi dari jendela karena adik Reyna yang bernama Katren berteriak kaget dari kamar sebelah.

"Sudah beres Rose?"

"Sudah! Ayo kabur!"

"Untuk apa kabur? Santai saja"

Jeff hanya tertawa dan melompati pagar kembali. Santai?! Santai?! Ia mau santai dan disate oleh orang tua Reyna?!

Aku menaiki pagar dengan panik juga terburu buru. Gara gara Jeff aku deh yang harus terburu buru. Huh menyebalkan sekali.

~Hi guys! Gimana? Ceritanya bagusan ada 2 psyco atau cuma Rose sendirian? Comment sm votenya donggg, makasiiih~

A Psychopath LifeWhere stories live. Discover now