Chapter 12 (Psyco Friend?)

36K 2.3K 292
                                    

Sudah seminggu ini aku tinggal bersama Jeff dan sudah seminggu pula aku mengikuti arahannya untuk membunuh semua orang yang ia suruh. Sebenarnya beberapa orang yang dia suruh untuk aku bunuh adalah orang orang yang agak aku benci dimasa lalu. Jadi, ada untungnya juga ini untukku.

Aku telah membunuh 7-8 orang yang jeff suruh. Lucky for me, 2 dari 5 teman SD ku dulu sudah terbunuh. 3 more to go.

Jangan kira aku bahagia tinggal dengan Jeff. Kadang kadang aku suka geli melihat kelakuannya. Ia kadang membawa bagian tubuh korban. Entah untuk dimakan atau sekedar 'kenang kenangan' saja. Aku biasanya hanya mencolek darah korban untuk dijilat. Aku tidak pernah membawa organ organ korbanku. Dendam batinku akhir akhir ini memang agak surut karena adanya Jeff.

"Kamu mau tau rahasia, Rose?"

"Eh Jeff? Rahasia apa? Apa itu menyangkut hidup pribadimu?"

"Iya. Tentu saja"

"Baiklah, aku ingin dengar"

"Aku tidak pernah mau menjadi monster seperti diriku saat ini. Aku tidak pernah ingin! Tetapi kadang suara suara di kepalaku terus berputar dan membuatku ingin mengayunkan pisauku kesana dan kemari"

"Kamu senasib banget denganku"

"Kamu juga?"

"Iya, aku juga... Aku sebenarnya agak menyesal telah membunuh beberapa orang yang belum waktunya pergi.. Tetapi pikiranku yang mengacaukan jiwaku hingga.. Ya aku seperti ini. Mungkin sekarang kita lagi waras.. sebentar lagi kita akan kembali menjadi monster.."

"Aku tau.. Aku tau.. Tetapi membunuh sudah tertanam di diriku"

"Di diriku juga.."

Aku hanya tersenyum dan memegang tangannya yang dingin seperti mayat itu perlahan. Untuk ukuran sepasang pembunuh, aku dan Jeff mungkin masih memiliki perasaan.

"Jadi apa yang akan kamu lakukan jeff? Mumpung kita masih waras"

"Aku akan meneruskan apa yang sudah menjadi takdirku. Membunuh orang yang sudah tidak pantas hidup"

"Aku juga.. Aku tidak bisa melihat orang orang tertindas oleh para pem-bully"

"Aku bangga pada kita berdua"

"Aku juga"

Jeff melebarkan senyumnya dan tertawa. Tawaannya lucu sekali apalagi giginya yang putih dengan bercak bercak merah darah terlihat dari ujung ke ujung. Menurutku itu tidak mengerikan kok..

Malamnya, aku hanya diam di kamar Jeff sembari melihat beberapa koleksi pisau yang Jeff miliki. Pisau favorite Jeff pasti yang paling besar dan paling panjang. Aku sebenarnya penasaran mengapa kulit Jeff bisa seputih kertas, matanya bisa hitam terbakar dan bibirnya ia sayat seperti itu.

"Rose, kamu lagi ngapain sama pisau pisau aku?"

"Panjang umur Jeff! Baru saja aku memikirkanmu"

"Memikirkanku? Tentang apa?"

"Aku penasaran dengan asal usulmu.."

"Tentang fisikku?"

"Sort of"

"Ceritanya mungkin sangat panjang dan bahkan aku tidak ingat"

"Kamu gak inget?"

"Tidak sama sekali.."

"Oh.. Baiklah"

"Yang aku ingat, aku telah kelepasan membunuh orangtuaku dan kakakku Liu Woods"

"Aku turut berduka"

Aku memasukkan kembali pisau pisau Jeff ke dalam lacinya yang penuh dengan belatung. Ew.

"Apa kamu siap untuk membunuh lagi?"

"Aku selalu siap.."

"Baiklah, ayo"

Jeff mengambil pisau yang paling besar dan paling panjang. Knew it. Aku pun menyelipkan pisau cadanganku didalam sepatuku dan mengikuti Jeff keluar dari rumahnya.

Semua ini sempat membuatku berpikir. Darimana Jeff tau banyak orang yang berbuat tidak baik diluar sana sedangkan ia hanya duduk dikursi rumahnya sepanjang hari yang aku lihat. Apa firasatnya yang mengatakan itu?

Jduk!!
Ah sial! Aku terlalu banyak berpikir dan sekarang aku terbentur pohon. Thank you brain.

"Rose? Do you really need to kiss that tree?"

"Jeff! Bantu aku kek, apa kek, eh malah ngejek!"

"Ya maaf, aku suka aja ngejekin kamu"

Jeff hanya tersenyum padaku dan melanjutkan perjalanannya. Huh, kelakuannya membuatku makin jengkel. Tetapi sedikit demi sedikit retakan di hatiku dapat terobati olehnya. Maybe aku bisa mempercayainya sedikit.

"Siapa target selanjutnya, jeff?"

"Guru SMA mu dulu"

"What? Kamu gila.."

"Aku memang gila.."

"Baiklah.. Ia dulu pernah menjemurku dilapangan karena sesuatu yang bahkan bukan kesalahanku. Ok ok aku kesana"

Aku berlari ke rumah guruku dan memasuki jendela seperti biasanya. Jeff hanya memperhatikanku dari liat dan tersenyum. Ok sekarang aku merasa canggung.

~Jeff's P.O.V~

Rose ini cewek paling aneh, lucu dan paling galak yang pernah aku temui. Langka jika ada cewek seperti dirinya. Biasanya cewek cewek zaman kini kan, galau dan menangisi mantan pacarnya? Cewek ini? Ia malah membunuh mantannya. So incredible..

Saat ia memasuki kehidupanku, aku tidak merasa kesepian lagi. Aku mempunyai seseorang yang mengerti keadaanku dan rasanya sedikit demi sedikit insanityku menghilang walau.. Ya aku masih hobby membunuh, sama sepertinya. Tetapi kami membunuh untuk kebaikan semua orang.

"Rose? Sudah selesai?"

Aku hanya dapat berbisik dari luar. Tidak ada sapaan darinya dan hanya ada jeritan guru abal abalan itu. Pasti Rose baru saja membunuhnya. Aku bangga mempunyai teman sekaligus rekan sepertinya.

"Ok jeff sudah selesai"

"Oh iya, ayo balik pulang lagi aja"

"Iya, eh tau gak? Darahnya pak guru gak semanis darahnya Reyna lho"

"Iya, karena darahnya sudah tercampur alkohol"

"Maybe, yaudah ayo balik ah"

Aku hanya menatap rose yang sedang mengemut jarinya yang berlumuran darah. Pasti dia sangat menyukai darah dan itu sangat aneh untuk perempuan karena biasanya perempuan menyukai yogurt atau jus. Ah sudahlah, daripada pikiranku kemana saja lebih baik aku mengikutinya daripada ia nekat membunuh anak orang.

Aku tidak akan membiarkan dia membunuh anak tak bersalah walau ia dendam dengan ibu atau ayahnya. Aku juga tidak akan biarkan dia tertangkap polisi dan dihukum mati seperti yang ada pada peraturan. Aku harus dapat menjaga Rose dan diriku sendiri.

Jangan kalian salah, Even a pyscopath have feelings too..

~Hi everyone! Thanks for reading my story!! How you like it so far? Menurut kalian kelanjutannya kayak gimana? Jangan lupa comment sama vote yaaaa, thank youuuu~

A Psychopath LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang