Chapter 19 (Turn Into What?)

27.6K 1.6K 74
                                    

"Hello Julia"

Aku dan Jeff memasuki rumah Julia lewat jendela seperti biasanya. Kulihat ia tersenyum penuh dengan tekanan batin. Aku senang-senang saja melihatnya begitu.

"Hi Rose, Jeff.."

"Kamu bisa tersenyum huh?"

"Yeah. Karena kalian harus mengadopsiku"

"Why?"

"Kalian membunuh orangtuaku dan juga kakakku. Aku tidak mungkin bisa tinggal sendirian dan tidak punya pilihan lain. Aku akan tinggal bersama kalian dan melakukan apapun yang kalian mau.."

"Finally kamu mau mengikuti perintah kami setelah kamu kehilangan keluargamu? Kenapa tidak dari awal? Kenapa harus menunggu mereka meninggal? Kau bodoh"

"Iya aku tau aku bodoh!!! Iya aku bodoh!!"

Ia terlihat makin stress hingga ia dapat menjambak rambutnya sendiri. Senyuman pada bibirku makin melebar. Aku bisa membuatnya menjadi seperti ini. Aku senang melihat orang susah. Aku tidak mau ada orang bersenang senang didepan mukaku.

"Kami akan membawamu, dengan satu syarat. Kamu tidak akan menelfon polisi atau.. Ya kau tau"

"Aku tau.. Aku janji.."

Jeff yang daritadi hanya diam melihat sekitar rumah Julia dan mengambil salah satu boneka Julia. Apa yang mau ia lakukan?

"Kalau kamu ingin tinggal bersama kami, kau tidak akan berfikir jernih"

Jeff mengambil pisaunya dan merobek robek boneka yang ia pegang. Julia menjerit dan menarik bonekanya. Mungkin boneka itu sangat special untuknya. Tapi memang iya, kalau dia mau tinggal bersama kami ia tidak akan berpikiran jernih lagi.

"Bonekaku!! Ini boneka pertama yang orangtuaku berikan padaku dan kau merobeknya!"

"Kau terlalu manis! Matilah kau sendiri disini!"

Jeff menjambak rambut Julia dengan agak kuat. Tak tau mengapa rasanya aku tidak tega dan melepaskan jambakan Jeff.

"Jeff sudahlah jangan menjambaknya. Dia masih bocah"

"Aku 1-"

"Aku tidak peduli berapa umurmu, kau bertingkah seperti anak kecil"

Aku menendang boneka tersebut kepojokan rumahnya. Ia terus menangis tanpa daya. Aku melihat Jeff yang memegang dagu Julia dan menyayatkan senyuman di bibirnya seperti miliknya. Julia menjerit jerit kesakitan tetapi Jeff tidak menggubrisnya sama sekali. Untuk apa coba Jeff melakukan itu? Menandai korbannya? Atau memperbanyak populasi dirinya? Haha..

"Kau tidak boleh kalah dengan rasa sakit, kau ini payah"

~Julia's P.O.V~

Tidak boleh kalah dengan rasa sakit?! Damn! Dia baru saja menyayat samping bibirku dan rasanya sakit sekali! Aku tidak mau bertampang sepertinya! Aku sudah menyerah, mereka masih menyiksa jiwa dan ragaku! Mau mereka apa sih sebenarnya?!

"Sakitttt!"

"Dasar anak lemah"

Jeff terus merendahkanku. Rasanya batinku makin terganggu. Ingin bunuh diri tidak bisa, ingin bertahan juga tidak bisa. Kejam sekali mereka ini.

"Ayo kita kembali ke cabin"

"Ba.. Bagaimana.. Bagaimana denganku?"

"Apa aku harus bilang padamu untuk kedua kalinya? Apa aku harus bilang untuk masing masing orang?"

"Ti.. Tidak Rose.. Maaf"

Aku memasukkan boneka dari kak justin dan dari mama papa ke tas ranselku juga beberapa bajuku lalu menyusul mereka melompati jendela. Aku menoleh kembali pada rumahku. Disana tempat kenangan kenangan terakhirku. Kenangan kebersamaan kami, pertengkaran hingga saat kami bermaafan dan kembali kompak. Bayangkan jika keluarga kalian meninggal karena dibunuh tanpa salah apa apa. Itu pasti sangat menyakitkan, bukan?

"Julia! Kau lama sekali! Ayo kita pergi atau kita tinggal kamu!"

"Iya Rose maaf"

Aku langsung berlari menghampiri Rose sambil mengelap airmataku. Dadaku berdegup kencang menahan kesedihanku. Belum selesai aku berduka untuk papa, mama menyusul dan hari ini kak Justin menyusul mereka juga.

*********************

"Kau ditinggal oleh keluargamu, bukan?"

"Stop Rose.."

"Apa polisi mementingkan kematian keluargamu? No"

"Rose.."

"Apakah ada orang disekitarmu seperti tetangga, teman atau kerabat dan saudaramu yang langsung mendatangimu untuk menanyakan keadaanmu dan keluargamu? Apa ada yang melaporkan aku dan Jeff pada polisi setelah mendengar bahwa keluargamu dibunuh?"

"Mereka.."

"Tidak ada orang didunia ini yang peduli Jul, mereka semua selfish. Mereka datang hanya pada saat mereka butuh"

"Rose apa maksudmu.."

"Kau sendirian sekarang. Apa aku benar?"

Kepalaku terasa berputar mendengar semua hasutan Rose. Ia membuatku berpikir bahwa tidak ada yang peduli padaku dan keluargaku. Aku jadi berpikir bahwa orang orang didunia ini semuanya munafik. Rose ada benarnya, tidak ada orang yang datang padaku pada hari itu juga untuk menenangkanku. Aku berduka sendirian.

"Apa kamu akan membiarkan mereka bersenang senang disana sedangkan kau disini terus tenggelam dalam kesedihan?"

Kalimat yang terakhir Rose ucapkan ini terus terngiang di pikiranku. Muncullah rasa dendamku secara tiba tiba. Rasanya aku ingin memusnahkan semua orang yang orangtuaku dan kakakku kenal tetapi tidak terlihat batang hidungnya pada saat pemakaman mereka. Emosiku terasa melunjak dan aku segera mengambil pisau yang ada di laci meja tempat Rose barusan menyimpan pisaunya. Aku mengambil pisau yang cocok dengan seukuranku dan menggenggamnya erat erat. Aku menoleh pada Rose yang tersenyum jahat seperti biasanya.

"Rose, Aku benci semua orang"

A Psychopath LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang