05.

24.5K 2.1K 5
                                    


Meira yang melihat itu hanya melirik malas ke arah Kyline. "aku mengatakan itu agar kau tidak diam saja seperti patung!" Alibi Meira dengan tangan masih menggiring Kyline ke luar aula.

Sebenarnya, Meira juga melihat apa yang Kyline lihat cuma ia belum bisa memastikan apakah makhluk itu berbahaya atau tidak.

Sedangkan Kyline yang melihat guardiannya mencoba mencari alasan hanya terkekeh senang. "ahh, perhatian sekali sepupuku ini."

"Diam kyline atau akan aku buat kekacauan nanti!" ancam Meira tanpa sadar.

Kyline langsung menatap Meira dengan ekspresi aneh.

Seperti berkata 'Apa yang membuatmu jadi seperti ini?'

Meira yang melihat tatapan Kyline hanya menggeleng dengan cepat.

"Tidak, bukan seperti yang kau pikirkan!" Meira tergagap saat melihat ekspresi Kyline

"Tenanglah, aku tidak akan memberi tau siapa-siapa Meira." Kyline langsung meninggalkan aula.

••••

"Hormat hamba, Yang Mulia." Seorang pria berjubah berdiri tegap dibelakang pria bermata sehitam malam dengan pandangan menunduk.

"Apa kau sudah mencari tau asal-usul wanita itu Basil?" Tanya lelaki bermata hitam dengan pandangan lurus menembus jendela kamarnya.

Pria yang dipanggil Basil itu mengangguk dan mengeluarkan selembar kertas.

"Dia gadis yatim piatu yang tinggal dengan seorang nenek-nenek tua di tengah hutan dyrand, dia dibesarkan oleh nenek tua itu. Mereka tinggal bertiga bersama sepupunya yang juga yatim piatu, orang tua mereka telah mati sejak perang ratusan tahun lalu. Nenek yang tinggal bersama mereka juga telah mati dua tahun yang lalu." Jawab lelaki yang bernama Basil.

"Apakah kau sudah cari tau tentang asal-usul kedua orang tuanya Basil?" Lelaki itu menoleh ke arah bawahannya.

"Sudah Yang Mulia, menurut penduduk sekitar orang tua mereka hanya petani biasa di desa Savana. Mereka sempat menitipkan anaknya ke nenek tua ditengah hutan dyrand. Karena mereka tau kala itu akan ada perang besar yang akan memporak- porandakan desanya. Ada satu lagi yang mulia konon kata penduduk desa pernah terlihat seekor Griffin di dalam hutan dyrand, namun belum ada yang berani memastikannya karena takut yang mulia."

Lelaki itu mengerutkan keningnya mendengar penjelasan bawahannya.

Griffin?

"Cari informasi lebih detail lagi tentang gadis itu, lalu bawa penyihir kelas atas menuju hutan dyrand untuk memastikan apakah hewan legenda itu benar ada disana atau tidak." Ucap lelaki bermata hitam itu dengan final.

Kenapa firasatku justru mengatakan hal sebaliknya?

••••

"HAMERA!" Panggil seorang gadis bernetra violet setelah sampai di kamarnya.

Lalu muncul sesosok wanita cantik bersurai merah keemasan. Pakaiannya yang mewah nan elegan menunjukan betapa terpandangnya wanita ini.

Tubuhnya bersinar seperti seorang dewi.

Wujud keduanya— Hamera.

Hamera juga memiliki wilayah kekuasaannya sendiri dibagian barat Benua Teria. Tapi ia lebih sering menghabiskan waktunya dengan Kyline.

"Hamera menghadap, Lady." Hamera membungkukkan setengah tubuhnya ke arah Kyline.

"Cari tau tentang bayangan yang ada di aula tadi, aku merasa tidak asing dengannya." Kyline mengalihkan pandangannya ke arah Hamera.

Hamera mengerutkan keningnya karena mendapat perintah mendadak tersebut. Ia menatap netra violet gadis di depannya seakan-akan membaca apa yang tidak ia tau selama di academy ini.

Hamera tersenyum tipis.

"Kyline kau sudah bertemu dengan sepupumu itu? Apakah dia tampan?" Tanya Hamera dengan pandangan menggoda.

Kyline yang mendapat pertanyaan mendadak dari guardiannya langsung memutar bola matanya malas.

"Oh ayolah Kyline kau kaku sekali. Bagaimana kau mendapat kekasih jika sifatmu seperti itu?" Hamera menatap tuannya dengan pandangan prihatin.

"Aku tidak membutuhkan kekasih....Selama ada kalian." Kyline hanya mengedikan bahu acuh mendegar Hamera berbicara seperti itu.

"Biarkan saja Hamera, dia akan menjadi perawan tua. Tadi dia sempat digoda oleh lelaki tampan tapi apa kau tau? dia menolaknya! Malang sekali nasib pria itu." sambung Meira.

Kyline yang melihat salah satu guardiannya ikut campur hanya mendelik kesal kearahnya.

"Aku bukannya menolak, tapi dia ingin menyentuhku Meira." Kyline mendengus kesal mengingat hal tadi.

"Hahaha, kau mungkin harus berguru lagi untuk bersosialisasi ke duyung yang kau temui beberapa minggu lalu." Hamera tak henti-hentinya tertawa melihat tingkah konyol Kyline karena diajak menikah dengan seorang duyung.

Menurutnya itu kejadian lucu dan langka di saat bersamaan. Mengingat Kyline berteriak histeris karena melihat duyung di dalam kolamnya.

Apalagi perkataan pedas Kyline yang masih sangat diingat jelas oleh Hamera.

Lucu memang kala itu melihat Kyline bisa berintraksi dengan makhluk lain tanpa kaku sedikitpun.

"Sudahlah Hamera, aku memanggilmu bukan untuk menertawakan kekonyolan duyung itu." kesal Kyline karena Hamera tak henti-hentinya menertawakannya.

Padahal kala itu, ia hanya berendam sebentar di air terjun dekat kediamannya, tak disangka-sangka disana ada duyung yang sedang memergokinya berendam dengan hanya menggunakan sehelai kain.

••••

Satu hari menjelang kelas pertama hanya diisi Kyline dengan bermalas-malasan di dalam kamar.

Sungguh, ia terlalu malas untuk melihat kegiatan di luar kamarnya, makan pun sudah disiapkan Meira. Kecuali makan malam karena seluruh penduduk academy akan berkumpul di ruang makan supaya jalinan diantara murid dan guru academy tetap terjalin utuh.

"AYO KYLINE, KELAS KITA AKAN DIMULAI SEBENTAR LAGI!" Teriak Meira dengan lantangnya dari arah ruang tamu.

Sungguh sangat sopan bukan? Melihat guardiannya meneriakan tuannya seperti itu. Tapi memang ini yang selalu terjadi dulu di kesehari-harian mereka.

"Ck, berisik."

Tiba-tiba Kyline sudah berada tepat di sebelah Meira, ia melangkahkan kakinya keluar kamar meninggalkan Meira yang sudah lima belas menit menunggunya.

Meira menghela napas mencoba bersabar.

Ntah apa yang dilakukan Kyline selama itu, Meira pun tidak tau.

Sampainya di dekat mading mereka melihat banyak murid baru yang sedang membaca tulisan di dalamnya, ntah apa isinya.

Kyline menatap sekitar lalu tidak sengaja matanya tertuju ke arah taman di depannya, di taman itu terdapat berbagai jenis bunga yang yang mengingatkannya pada seseorang, lantas pandangan Kyline menjadi sayu. Ia mengingat perkataan bundanya dahulu jika academy ini dibangun oleh teman baiknya.

Tidak berselang lama Kyline tersadar lalu menggelengkan kepalanya pelan, ia datang ke academy ini bukan untuk mengenang bundanya tetapi untuk tujuan lain.

Kyline langsung menoleh ke arah Meira lalu bergumam pelan. "Apakah kita akan berdiri trus seperti ini guardianku? Apa kamu tidak ada niat untuk melakukan apapun?" Ucap Kyline dengan nada sarkas.

Meira yang mendengar ucapan Kyline lantas berdecak pelan lalu memutar bola matanya, ia tau jika Kyline hanya malas saja untuk berinteraksi dengan murid baru di academy ini, padahal Meira sengaja tidak melakukan apapun agar Kyline bisa berinteraksi dengan murid-murid disini, tapi apa boleh buat.

Meira juga sudah menduganya cepat atau lambat Kyline juga akan beradaptasi di tempat ini, karena tempat inilah yang kelak akan menentukan arah tujuan Kyline nantinya.

••••

Me And My GuardianWhere stories live. Discover now