/1/
Ke utara Tan Malaka meramu perjuangan merubuhkan jeruji dan menggempur tirani.
Tentulah tulang punggung Bapak Republik terlampau keras untuk membungkuk kepada Dai Nippon ataupun Kompeni mengharap merdeka.
Kebebasan mutlak dilahirkan seratus persen. Ia tidak peduli walau kemerdekaannya dirampas sebagai tumbal persalinan kemerdekaan tanah air.
/2/
Ke selatan engkau menggodok perlawanan, memulangkan pemeras ke negeri asal.
Tentulah kepalamu terlalu kaku untuk mengangguk setuju rampok yang meminta upeti selepas leluasa menjarah.
Tentulah tiada pernah tuan rumah sudi mengobrol terlebih menuruti angan penyamun yang tengah mencuri dan membakar rumahnya.
/3/
Ke barat sang revolusioner menanak kekuatan, bertempur habis-habisan mempertahankan tanah kelahiran.
Tentulah tanganmu terlalu asing mengibarkan bendera putih.
Tentulah tanganmu senantiasa setia kepada Dwiwarna yang harus menghias cakrawala dan mahsyur berkibar selama-lamanya.
/4/
Ke timur Sutan Ibrahim menyulam gerilya menjumpai takdir sebagai pesakitan.
Petinggi tiada suka dengan engkau yang badannya najis menyembah rampok serakah dan kepalanya angkuh mengiyakan hasrat penyamun yang minta upeti.
Timah panas lalu merobek badanmu, dijagal saudara sendiri, dibungkam republik yang susah payah engkau lahirkan. Gugur sebagai putra yang teramat mencintai Sang Ibu Pertiwi.
/5/
Namamu Tan Malaka. Badanmu boleh remuk dikubur dalam tanah namun idemu tetap bergerilya dan berlipat ganda.
Dari kubur suaramu keras terdengar.
XXXI/I/MMXX
