/1/
Apa kabar Ketuhanan Yang Maha Esa? Mari bertanya kepada saudara sebangsa yang dipersulit menemui Tuhannya. Gereka dibakar. Vihara dijadikan abu. Kuil dirusak. Masjid disabotase, rumah radikal dalihnya. Tempat sembahyang berdiri dilarang.
Mari bertanya lagi kepada saudara setanah air yang didera aneka stigma. Kitab suci dilecehkan. Sang pembawa pesan dimaki. Hari raya diricuhkan. Diskriminasi abadi. Rumah sembahyang dibuang.
/2/
Apa kabar Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab? Mari bertanya kepada Munir, Marsinah, Widji Thukul, Salim Kancil, dan aktivis Reformasi yang dipaksa lenyap. Bertanya pula kepada korban genosida paska '65. Negara lupa. Amnesia.
Tanyakan pula kepada insan Indonesia yang dirampas kemanusiaannya, dibedil dan dibiadabkan. Tanyakan pula kepada wong cilik yang dicekik pasal karet oleh orang licik. Bertanya kepada mereka yang dijadikan orang usiran karena tanah kelahiran bakal didirikan mainan investasi-investasian.
/3/
Apa kabar Persatuan Indonesia? Lihat elit yang memecah belah rakyat, menjadikan mereka kendaraan menuju empuk singgasana. Lihat elit yang saling sikut mengadu domba akar rumput. Memuaskan nafsu berahi dengan pecahnya satu negeri.
Tatap pula menjamurnya penjaja isu SARA. Fitnah bertahta, lara di mana-mana. Senang menjadikan Indonesia pecah dalam perang. Menyempurnakan syahwat, negeri indah terawat dijadikan tanah sekarat.
/4/
Apa kabar Kerakyatan dalam Permusyawaratan/Perwakilan? Senayan tidak lebih produsen kejar target memenuhi hukum pesanan. Rakyat dibuang, berjuang agar korporat dan aparat menang. Hukum menjelma kerangkeng, kaki rakyat dipasung.
RUU KUHP, RUU Cilaka, RUU Pertanahan, RUU Minerba, UU KPK. Hukum adalah pesanan.
/5/
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?
Keadilan teruntuk elit dan pengusaha penindas seluruh rakyat Indonesia.
II/IV/MMXX
