Bidak Budak

174 8 0
                                    

Di setiap langkah demi langkah sang junjungan tidak terhitung pion-pion yang tergeletak mati, memenuhi takdir sebagai tumbal. Pion begitu lugu, belum mampu mengindera angkara di hadapannya, tidak juga mampu melawan nista yang sebentar lagi melahapnya. Pion sekadar hamba sahaya, tunggangan bagi junjungan untuk mulus menduduki singgasana. Pion sekadar sapi perah. Yang berharga darinya adalah puja-puji mengagungkan sang junjungan yang berambisi merebut istana. Yang bernilai darinya adalah militansi konyol yang senantiasa membenarkan setiap sabda junjungan.
               
Selepas mati-matian berseteru dengan lawan, para pion kini bermasygul ria. Sang junjungan terlihat akrab dengan pemimpin sang lawan. Kebingungan memuncak saat junjungan ditemui ia bersabda, "Anda siapa?" Sia.
                   
                
               
               
              
XV/I/MMXX

Abad Inersia RayaWhere stories live. Discover now