Berbineka Ria

178 8 0
                                    

Bagaimanapun juga daun-daun belia berwarna cerah yang menghuni pucuk pohon tidak pernah memandang rendah akar yang keras dan kusam yang berada jauh menghujam ke dalam tanah. Daun selalu mencintai akar, toh apalah guna memanen cahaya dan menangkap zat asam arang tanpa kehadiran hara beserta air. Daun tetap saja daun, ia tidak pernah membeda-bedakan makanan yang telah dimasak diperuntukan kepada siapa. Tiada pernah ia jemu karena sehari-hari senantiasa meramu makanan untuk seluruh tubuh pohon, ia tulus, bahkan mengabdikan dirinya menjadi kanopi yang meneduhkan.
                   
Demikian pula akar, tiada pernah memandang sinis daun-daun berada di puncak yang tubuhnya cerah senantiasa kenyang disiram sinar matahari. Akar senantiasa mencintai daun, toh apalah guna menambang air dan hara tanpa adanya sinar dan karbon dioksida yang dipanen daun. Akar tetap saja akar. Kepada pembuluh ia sampaikan bahwa air dan zat hara yang selama ini ditambang setelah sebelumnya mengindera jauh ke dalam tanah dibagikan secara adil ke masing-masing bagian pohon. Akar tetap saja akar, tiada pernah mengeluh. Ia tulus bahkan mengabdikan dirinya menjadi pondasi yang teguh dan kokoh.
                   
             
            
             
          
XVI/I/MMXX

Abad Inersia RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang