9. psycho

5.5K 634 107
                                    

Keluarga Minho sangat baik. Meskipun mereka terkadang hanya di rumah untuk sarapan dan makan malam, Jisung tidak pernah kesepian karna ada Minho yg menemaninya.

Sering kali Jisung bercerita soal Felix alias Lixie pada Minho. Bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama, kerinduan Jisung pada sahabat kecil yg tidak di ketahui keberadaannya sejak dua tahun terakhir. Minho adalah pendengar yg baik.

Tapi suatu hari, Minho berubah. Minho berhenti tertawa, sering tidur, berhenti mendengarkan cerita Jisung, tidak mau makan. Jisung kesepian.

Jisung hanya anak kecil yg tidak tau apa apa. Saat Minho tiba tiba di larikan ke rumah sakit, Jisung hanya terisak pelan. Bertanya pada orang tuanya apa yg terjadi dengan Minho, lalu berhenti menangis saat orang tuanya bilang Minho baik baik saja.

Jisung percaya. Seminggu sekali Jisung ke rumah sakit untuk melihat Minho, kakaknya itu hanya tertidur pulas.

Jisung kesepian. Meskipun punya teman di sekolah, Jisung selalu sendirian. Orang tuanya jadi jarang di rumah karna selalu menjaga Minho.

Lalu 2 bulan kemudian, Jisung masuk ke sekolah menengah pertama. Sebenarnya Jisung tidak begitu bersemangat mengikuti masa orientasi yg membosankan ini. Tidak ada Minho. Walaupun satu sekolah dengan Minho percuma saja, Minhonya sedang tertidur pulas.

Tapi siapa sangka? Walaupun tidak ada Minho, Jisung bertemu semangatnya yg lain.

"Sungie?"

• • •

Genap satu bulan sejak Hyunjin dan Jisung menjalin hubungan. Dalam waktu singkat, mereka sudah menjadi pasangan paling terkenal di sekolah. Paling sering di gosipi tentunya.

Banyak orang orang yg iri dengan keromantisan pasangan ini. Kadang Hyunjin yg suka jail, dan Jisung yg suka marah marah lucu. Setidaknya itu yg terlihat.

Karna nyatanya, mereka berdua itu cuma sepasang orang gila yg kebetulan bertemu.

Bagaimana pun Hyunjin memerankan Minho sebaik mungkin untuk Jisung, atau seberapa mirip Jisung yg memerankan Felix untuk Hyunjin, keduanya tetap jatuh untuk orang yg nyata.

Apapun keadaannya, Hyunjin tetap berdebar dan kehabisan kata kata saat Felix tiba tiba mendatanginya.

"Gue cuma mau ngembaliin ini kok," Felix menyodorkan sebuah buku kecil berwarna putih.

Demi apapun, Hyunjin lemah. Senyuman Felix sungguh menghipnotis Hyunjin.

Hyunjin tersenyum, "makasih ya" lalu mengambil buku yg di berikan Felix itu.

Felix mengangguk lucu, "tadi gue nemu ini di aula, takutnya nanti di buang sama petugas kebersihan jadinya gue ambil."

Mendadak, Felix mengubah ekspresinya seperti bocah yg baru saja membuat kesalahan. "Maaf ya, lo pasti tadi nyariin trus gak dapet karna sudah gue ambil duluan-"

"Eh, enggak kok, gakpapa. Lagian gue bersyukur kok bukunya elo yg nemuin"

Bohong. Hyunjin bahkan tidak peduli sama sekali dengan buku itu. Bahkan saat sadar sudah meninggalkannya di aula, Hyunjin tidak ke sana untuk mengambilnya.

Mendengar jawaban Hyunjin, Felix tersenyum lebar.

"Yaudah, gue pulang dulu ya. Lain kali jangan di tinggal lagi, dadah"

Felix berbalik, hendak berlari bahagia meninggalkan Hyunjin. Tapi baru beberapa langkan, Hyunjin mencegatnya.

"Kenapa" tanya Felix sok bingung.

Role Player | HyunsungWhere stories live. Discover now