18. sunshine

4.9K 577 215
                                    

Ini sudah dua hari. Jisung tidak pulang, tidak sekolah, tidak menyalakan ponselnya, pokoknya Jisung ingin menjauh dari kehidupannya dulu dan hanya bergelung manja dengan Hyunjin.

Hyunjin pun tidak keberatan. Ia juga selalu sedia menemani Jisung. Memusatkan seluruh dunianya pada Jisung sejak kemarin.

Ternyata melakukan hal seperti ini berguna juga.

Ada saatnya dimana kita mesti beristirahat dari semuanya. Maksudnya, benar benar semuanya.

Bersama dengan Hyunjin, Jisung tidak ingin mengkhawatirkan apapun untuk sekarang.

Tugas sekolah, absen, teman temannya, orang tua, perasaannya, pikiran pikiran buruk. Jisung lelah dengan semua itu. Biarlah untuk sementara otaknya kosong dan tenang.

Setidaknya, dengan begini Jisung bisa bersiap menghadapi segalanya kembali. Meskipun tidak mungkin untuk benar benar melupakannya, tapi tidak ada salahnya untuk berhenti sejenak.

"Sung?"

Jisung yg berada dalam pelukan Hyunjin berdeham tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi.

"Minho gak khawatir udah dua hari lo gak pulang?"

Bohong kalau Jisung tidak memikirkan itu juga. Jisung mana mungkin bisa sepenuhnya cuek pada Minho.

"Khawatir banget lah, pasti. Tapi gak tau, gue gak siap ngeliat mukanya setelah malem itu. Entah itu bakal bagus atau engga, gue gak tau. Yg gue tau, gue cuma mau sama lo doang untuk sekarang."

Hyunjin tersenyum mendengar penuturan panjang Jisung.

"Tapi, yg pasti lo juga harus pulang kan cepat atau lambat. Lo gak bisa selamanya menghindar, ujung ujungnya lo juga harus ngehadapi itu."

Iya, bagaimanapun juga Jisung harus kembali. Tapi berat rasanya dengan perasaan sialan ini.

Menghadapi ya?

"Kalau gitu, kita harus cepet cepet selesaikan ini kan?"

Hyunjin tentu mengangguk. Tapi tunggu dulu,

"Kita?"

Jisung mengangguk pasti, "iya, kita. Lo sama gue, kuncinya ada di kita berdua."

"Just tell me, lo juga capek kan begini. Walaupun lo gak bilang tapi gue tau lo juga kesulitan. Kalau kita beneran mau terus bersama, artinya kita harus nyelesaiin apa yg kita mulai dulu sebelum bener bener memulai yg baru."

Hyunjin mengerutkan alisnya, "caranya?"

"Ayo kita jujur tentang perasaan kita masing masing. Gue bakal ngomong sama kak Minho dan lo juga harus ngomong sama Felix."

Hyunjin melotot, "lo gila? Maksud gue, apa lo gak papa? Inget kalau Minho itu kakak lo Jisung, apa reaksi dia kalau denger pengakuan lo?"

Jisung sedikit menggigit bibir bawahnya. Sebenarnya dia juga tidak yakin seperti apa reksi Minho nanti. Kecewa? Pasti, mungkin juga jijik, marah, benci? Tapi Jisung juga tidak bisa hidup dengan perasaan seperti ini.

"Gue bakal baik–"

"Engga Sung. Lo gak bakal baik baik aja." Tegas Hyunjin di setiap kata.

Jisung menunduk, tangannya mengepal.

"Tapi gue harus Jin, lo gak tau seberapa frustasinya gue sama perasaan bodoh ini! Dari dulu gue nyimpan ini diem diem, berusaha ngebuangnya, tapi semakin keras gue berusaha semakin gue jatuh sama dia. Pernah ada saat dimana gue berpikir suatu hari dia akan sadar sama perasaan gue dan bakal ngebalas perasaan gue, tapi sekarang gue di titik dimana gue harus ngelepas semuanya. Ngelepas harapan gue, ngelepas perasaan gue, dan ngelepas orang yg gue sayang,"

Role Player | HyunsungWhere stories live. Discover now