♔ 09 ♔

3.3K 256 2
                                    

Suasana Rumah Sakit tidak ramai seperti biasanya. Demien pun hanya melayani beberapa pasien saja hari ini, tidak banyak.  Bukan masalah untuk Demien, ia malah senang karena lebih banyak waktu senggang.

Jam 4 sore, Demien sudah meninggalkan ruang praktiknya. Sudah bisa pulang, yaa lebih cepat dari biasanya. Sepanjang jalan menyusuri koridor menuju tempat parkir, Demien sibuk membaca berita di ponselnya. Masih berita soal Aily, sampai saat ini, belum redup juga berita tentang Aily, meski tidak seheboh di awal.

"Dokter Demien, ada paket untukmu."

"Oh?" Langkah Demien terhenti tepat di depan meja informasi. "Terima kasih." senyum Demien mengembang.

"Akhir-akhir ini kau sering dapat kiriman ya?"

"Ah yaa~ orangtua ku yang mengirim. Sengaja aku kirim alamatnya kesini karena kalau langsung ke apartemen, jadi bolak-balik, dari basement, ke lobby, baru ke rumahku. Haah itu merepotkan." jelas Demien, yang malah buat dua perempuan penjaga meja infromasi itu terkekeh lucu. Untuk beberapa saat Demien berbasa-basi mengobrol disana, sampai ia pamit dan langsung pulang.

Di pikiran Demien masih terngiang wajah Joel saat ia menemuinya kemarin. Ia terlihat berantakan dan benar-benar putus asa karena menghilangnya Aily. Di berita pun, kasus Aily bukan lagi penculikan, sudah jadi anak hilang. Diculik masih menjadi dugaan utama, tapi Demien mulai menyadari kalau mereka juga mulai berpikir kalau Aily sengaja melarikan diri. Ponsel retak dan rontokan kasar rambut Aily masih menjadi bukti kuat kalau Aily diculik. Tapi sudah selama ini, bahkan sampai meminta bantuan seorang detektif, rasanya aneh kalau mereka masih belum menemukan titik terang soal Aily. Bahkan... berita yang bermunculan makin aneh, mulai dari pembullyan sampai pembunuhan. Nyatanya, Aily masih bersama Demien di apartemen Demien.

Demien baru tiba di apartemennya sekitar jam 5 sore. Ia parkir di tempat biasa di basement, naik lift sampai lanyai 9, dan langsung menuju apartemen miliknya. Baru saja Demien masuk, ia langsung menemukan Aily berjongkok memegangi jari kakinya, dan meringis.

"Kenapa kau?"

"Kuku ku patah." jawab Aily makin meringis.

Mata Demien berkeliling, ia lihat vacum cleaner di dekat Aily, keadaan rumah juga lebih rapih dari biasanya, pun hidungnya mencium bau sedap. Akhir-akhir ini Aily selalu melakukan pekerjaan rumah seperti bersih-bersih, mencuci sampai memasak, sudah seperti asisten rumah tangga Demien.

"Makaya, potong kukumu."

"Sudah ku lakukan. Jangan malah menyalahiku dong! Aku kesakitan!"

"Salah sendiri tidak hati-hati." Demien malah melengos, melenggang meninggalkan Aily untuk ke kamar dan menyimpan tasnya serta ganti pakaian.

Aily hanya memicing sebal pada Demien. Semakin lama tinggal bersama, semakin tau seberapa memyebalkannya Demien ini. Hilang sudah pemikiran Demien yang pendiam dan ramah. Nyatanya tidak.

Pekerjaan rumah yang Aily lakukan belakangan ini, semua karena Aily lama-lama tidak betah hanya diam di rumah. Dan alasan lain, ternyata Demien punya sisi pemalas, kalau tidak benar-benar senggang, ia tidak akan bersih-bersih rumah, paling hanya membereskan kasur, sudah. Ditambah, meski Demien seorang dokter, ia lebih sering beli makan di luar dari pada masak di rumah. Demien bisa masak, Aily tau. Tapi jarang. Ya semua karena sisi pemalasnya dan faktor sibuk di Rumah Sakit. Meski masakan yang Demien beli juga tergolong sehat, semua makanan vegan, dan Aily menyukai itu.

Satu alasan lain lagi, karena Aily setidaknya ingin balas budi atas kebaikan Demien, meski akhir-akhir ini lebih banyak buat kesalnya.

Demien sering mengabaikan Aily, lalu meledek Aily suka mendumal, mengomel, hal-hal seperti itu, padahal Aily mengomel juga karena ulah Demien, lalu apa yang Demien lakukan? Bukan, bukan memperbaiki atau sekadar minta maaf, tapi malah tertawa. Gimana Aily tidak kesal? Baru kali itu Aily berhadapan dengan orang yang sama sekali tidak memanjakannya. Sangat berbeda dengan orang-orang yang Aily kenal dulu.

dear, Aily (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now