♔ 16 ♔

2.9K 280 12
                                    

Sebisa mungkin Aily membiasakan diri tinggal bersama keluarga Demien, meski tanpa Demien. Aily mengakrabkan diri dengan Demiela dan ibunya, Lavalda. Setelah menikah, Demiela menggunakan nama keluarga Ivan, namun tetap tinggal di rumah orangtuanya karena memang lebih dekat dengan tempat kerja mereka. Lagipula, Lavalda hanya tinggal sendiri, Demien sudah memilih tinggal di apartemen, jadi tinggal Demiela yang menemani Lavalda.

Demiela menjaedkan menulis sebagai pekerjaan utamanya. Ia tidak perlu keluar rumah dan bisa menyelesaikan pekerjaan di rumah. Juga, Demiela tidak menggunakan nama asli sebagai nama yang tertera di novel-novelnya. Nama penanya yang selalu menjadi sorotan utama para peminat novel bergenre horor.

Aily agak bingung, jelas Demiela sangat berbeda dari Demien, setelah mengenalnya lebih dalam pun, Demiela tetap perrmpuan yang lembut di mata Aily, tapi imajinasi Demiela yang sungguh mengerikan. Aily pernah membaca satu chapter dari novel Demiela yang ada di kamar Demien, dan itu sukses buat Aily tidak bisa tidur. Mulai saat itu, Aily tidak bisa sembarangan menilai Demiela. Perempuan itu mengerikan.

Demiela pernah cerita soal kekesalannya. Pernah satu dari sekian banyak novelnya diangkat ke layar lebar, bukannya bangga, Demiela malah sangat amat kecewa. Kenapa? Ceritanya banyak diubah dan Demiela sama sekali tidak tau soal itu. Sampai akhirnya ia menuntut untuk menarik semua film dari bioskop. Mulai dari sana, Demiela selalu menolak jika ada yang tertarik dengan novelnya dan berniat menjadikan film. Demiela berprinsip, bahwa lebih baik tidak menghancurkan imajinasi dari membaca sebuh cerita dibanding melihat adegan tambahan yang justru malah memperburuk cerita.

"Demi, kapan adikmu itu keluar dari Rumah Sakit?" tanys Lavalda dengan nada agak tinggi karena Demiela ada di ruang tengah.

"Masih belum ada kabar Bu. Mungkin masih perawatan atau mengurus hal lain."

Aily mendelik, tangannya masih memilin-milin adonan kue kering bersama Lavalda. Padahal ada banyak kue kering di meja ruang tengah dan meja makan, tapi kata Demiela, Lavalda memang hobi membuat kue. Bahkan ada kuenya yang dikirim ke toko roti. Tidak selalu, karena memang bukan toko roti besar, hanya toko roti biasa.

"Aily, tetap disini saja meski Demien sudah keluar Rumah Sakit."

"Umm.. aku tidak tau. Semalam Ivan memberitau ku kalau hak asuhku memang tidak bisa diapa-apakan sampai aku usia dewasa. Jadi mungkin... kalau semuanya sudah selsai, aku akan kembali tnggal bersama ayahku."

"Kau yakin?"

"Itu pasti juga bersyarat kan?" Aily mengembangkan senyumnya, "Walau sudah kembali tinggal disana, aku akan sering kesini. Aku tidak mau kembali jadi model, jadi aku tidak akan memikirkan pekerjaan."

"Lalu?"

"Entahlah... Demien pernah bilang ia berniat memasukan ku ke sekolah. Aku mau saja, setelah kupikir-pikir, tapi pasti sudah sangat telat kan?"

Lavalda mengangguk, jemarinya lihai memotong adonan panjang jadi kecil-kecil. "Pokoknya Aily, kalau kau tidak punya tempat untuk berlari, kau bisa kesini. Hubungi Demien atau Demi, atau bahkan Ivan. Rumah ini selalu terbuka untukmu."

"Terima kasih Lavalda." senyum Aily mengembang lagi, "Kau mengingatkanku pada seorang suster di Sunny Summer dulu, di panti asuhanku. Ia ramah dan baik sepertimu. Namanya Suster Cecile. Tapi katanya sekarang sudah tidak ada... ia sakit, lalu meninggal. Sunny Summer juga sudah tidak ada sejak Ma meninggal."

"Ma? Ibumu?"

"Oh, bukan. Maksudku, Lune. Aku memanggilnya Ma."

"Hmm. Lune itu kulihat, dulu saat denganmu, ia lebih cocok jadi ibunya dibanding nenekmu."

Aily cekikikan, "Tapi yang mengadopsiku kan bukan ia, malah anaknya."

"Iya ya.."

Aily tidak membalas lagi. Memandangi adonan kue kering di tangannya. Tangan kirinya memang sudah tidak pakai arm sling sesekali, tapi tetap pakai brace. Gerak Aily masih terbatas. Untuk mandi dan pakai baju pun sulit.

dear, Aily (BL 18+) [COMPLETE]Where stories live. Discover now