♔ 14 ♔

2.7K 250 11
                                    

Sekujur tubuh Aily gemetaran, terutama kakinya. Ia harus melarikan diri dari tangga darurat dan itu dari lantai sembilan.

Masih jelas di ingatan Aily bagaimana Demien menatapnya tadi. Air mata Aily masih belum bisa berhenti bercucuran, tangannya menggenggam erat kepala shower yang ia bawa dari karmar mandi tadi. Aily tidak tau harus melindungi diri dengan apa lagi. Aily takut, Aily ingin kembali dengan Demien, tapi tidak mungkin.

Di telinganya terus terngiang suara pistol yang meledak keras. Ia takut kalau itu tembakan untuk Demien. Aily benar-benar takut, tapi ia sama sekali tidak punya pilihan lain selain melarikan diri. Dengan mendengar suara ledakan tadi, Aily makin tau kalau ia tidak akan pernah bisa bersama Joel lagi.

"B-bertahan.. Demien.. tunggu aku.." tidak hentinya pula Aily mengucapkan kalimat itu dengan suara bergetar. Sangat ketakutan.

Sesekali Aily melongokan kepala, melihat seberapa jauh lagi ia sampai di bawah. Kakinya tidak sanggup berlari karena takut terjatuh, tapi Aily harus cepat melarikan diri, ke kantor polisi seperti yang Demien katakan tadi. Menyerahkan flashdisk dan mereka berdua akan selamat.

Aily siap untuk mempercepat langkahnya, sampai-

GREB!

"Aaak!" Aily menjerit kencang waktu seseorang menarik kupluk sweter hingga rambutnya. "Lepas!"

"T-tuan Aily!"

Aily sontak menolen dan melihat Luke berlari mendekat. Ia berontak mencoba melepas genggaman pria berparas tak ramah itu. Aily mengakat tangannya tinggi-tinggi, lalu dengan sekuat tenaga Aily memukul pria yang menariknya dengan senjatanya.

"Aargh!" Ia mengerang kesakitan memegang kepalanya yang terkenal hantaman kepala shower, seiring dengan tubuh Aily yang gontai dan terhempas, terjatuh dari tangga darurat lantai satu.

Untungnya hanya dari lantai satu. Aily masih selamat meski banyak luka di lengan dan kakinya, pun wajah Aily yang tersungkur setelah lengannya. Dadanya terasa sesak bakas hantamam tadi.

Aily menoleh ke atas, orang yang menariknya tadi masih di sana kesakitan, sementata Luke melihatnya dengan tatapan kaget. Ia bangkit sebisa mungkin. Lalu mulai berlari secepat yang Aily bisa. Telapak kakinya terasa perih karena tidak beralas. Juga, luka-luka yang Aily dapat bekas terjatuh tadi. Bahkan rasanya tangan kiri Aily patah karena terjatuh dari lantai satu apartemen.

Sabil terus menangi, Aily berlari, ia tidak punya uang untuk naik taksi, lagi pula, orang-orang akan segera menyadarinya karena ia memang sedang 'hilang'. Aily hanya mengeratkan kupluknya dan terus berlari.

Tubuhnya terasa remuk, entah sudah seberapa jauh Aily berlari. Ia sempat bersembunyi ke dalam kedai kopi saat mobil Luke lewat. Napasnya sangat berat. Saat pegawai kedai mendekatinya, Aily berlari lagi, lebih cepat dari sebelumnya meski sakit yang ia rasa juga semakin menjadi.

Tangisan Aily terpecah hebat. Ia mendorong pintu toko dan langsung berlari masuk.

"H-hei! Kau tidak boleh masuk!" Seorang pegawai mencoba menahan Aily.

"Luluuu!" Aily menjerit, seraya terus tangan kirinya ia pegangi erat-erat.

"H-hei. T-tolong jangan buat keributan disini. Tolong keluar." Sekali lagi pegawai perempuan yang memegang bahu Aily ini mencoba membawa Aily keluar toko.

Namun Aily terus berontak, perutnya terasa sakomit bekas berlari jauh. "Luluuuu!" Panggil Aily lagi dan kali ini sukses membuat pelanggan yang datang takut dan kebingunan.

"Lil?! Astaga Lil?!"

"Lulu! Tolong aku. Demien dalam bahaya. Hubungi polisi. Aku dengar suara tembakan, aku yakin mereka menyakiti Demien. Ia dalam bahaya-"

dear, Aily (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang