♔ 21 ♔

2.8K 229 3
                                    

Tidak ada yang berubah semenjak Aily dan Cameron berpisah. Mereka tidak saling diam, semua kembali seperti semua sebelum menjadi kekasih. Pun teman-teman mereka, tidak ada yang mempermasalahkan meski masih saja ada yang tanya soal kebenaran hubungan mereka.

"Kau benar-benar berpisah dengan Camie?"

"Kenapa? Kalian bertengkar?"

Agak sulit untuk dijawab. Aily sendiri tidak tau alasan sebenarnya kenapa Cameron memutuskan untuk berpisah. Apa seperti dugaan Demien atau malah Cameron punya alasan tersendiri.

Akhirnya Aily selalu menjawabi dengan gelengan kepala, dan senyuman, lalu mengalihkan obrolan mereka. Benar-benar tidak tau apa yang harus Aily katakan pada teman-temannya. Lagipula, anggap saja kalau itu bagian dari privasi Aily, pun Cameron.

Tanggal pementasan drama bisu mereka hanya tinggal menghitung hari. Semua sibuk latihan, ya yang mendapat peran, ya yang menari, yang membuat properti, menyiapkan kostum, semua anak di kelas Aily jadi sibuk, termasuk wali kelas mereka.

Aily merasa diuntungkan dengan kesibukan ini, teman-temannya jadi tidak harus melulu menanyai hubungan Aily dan Cameron, yang seumur jagung, baru bersama sudah berpisah. Jadi dengan sibuknya mereka dengan persiapan pementasan, semua lupa.

Hampir tiap hari Aily pulang malam, Joel mulai banyak protes sampai menyuruh supir Aily tetap menjemput seperti biasa dan memastikan kalau Aily memang latihan. Padahal Aily sudah mengatakan yang sebenarnya, namun rasa khawatir Joel yang berlebihan menghancurkan segalanya.

"Astaga Camie, kau serius berpisah dengan Aily?"

Gerak Aily terhenti begitu ia siap membuka pintu bilik toilet. Ia dengar namanya disebut, dan ia tau suara siapa itu. RK, atau Rayan Kenwood. Teman sekelas selalu memanggil inisialnya.

"Kami kan sudah lama berpisah, kenapa masih dibahas sih?" Kali ini terdengar suara Cameron.

Aily menajamkan lagi pendengarannya, mencaritau ada siapa saja di luar bilik toiletnya.

"Kami semua tau kau sangat lengket dengan si model cantik itu, Camie. Ayolah. Apa yang sebenarnya terjadi. Aneh sekali kalau kau bisa begitu saja berpisah degannya. Apa ia yang minta pisah?"

"Bukan." Jawab Cameron lesu. "Aku yang minta."

"Karena?"

Tidak terdengar apapun, Aily mendelik ke langit-langit toilet pria ini. Terang benderang oleh lampu. Ia yakin di luar hanya ada Cameron dan RK. Aily masih belum mau keluar, ia masih ingin tau.

"Kau tidak mau cerita?" suara RK terdengar lagi, namun kali ini lebih pelan.

"Bukan begitu. Sebenarnya sama sekali tidak ada masalah, malah kurasa ini hanya keegoisanku saja." suara Cameron melemah di akhir. Aily bisa dengar ada helaan napas pelan sebelum Cameron memulai kalimatnya lagi. "Ia mantan model, mana cocok dengan orang sepertiku? Dan sepertinya... ia juga tidak benar-benar menyukaiku. Ia menolak setiap aku ajak untuk pergi, atau untuk ini-itu. Kami hanya bertemu di sekolah, di luarnya, kita hanya bertukar pesan. Apa bedanya dengan berteman biasa?" helaan dalam napasnya terdengar lagi. "Entahlah. Aku tidak mengerti. Jadi kuputuskan untuk berpisah saja."

"Hee... begitu..."

"Hm."

"Ya sudah. Cari gadis lagi saja. Lagipula, aku sempat kaget kau tiba-tiba berpacaran dengan ia. Meski ia cantik, ia tetap pria sepertimu."

"Haah! Mau kau bilang begitu pun, rasa sukaku pada Aily dulu benar-benar tulus karena aku suka ia. Bukan karena ia mantan model atau cantik."

RK terdengar cekikikan, tidak membalas kata-kata Cameron.

dear, Aily (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang