♔ 11 ♔

3K 264 8
                                    

Semenjak diberhentikannya semua berita tentang Aily, Demien justru jadi semakin hati-hati. Ia jadi tidak tau bagaimana perkembangan pencarian Joel. Sekali pun ia pergi ke Super Cellar, tidak banyak yang membicarakan soal Aily atau Joel, Demien jadi semakin sedikit mendapatkan informasi.

Dugaan Aily, Joel telah mengetahui kalau Aily melarikan diri dan Demien membenarkan dugaan Aily. Ia juga menduga hal yang sama, jadi baik Demien atau Aily, keduanya jadi harus semakin hati-hati.

Aily sendiri semakin menikmati hidupnya di rumah Demien. Ia memanjakan dirinya sendiri, dengan paket perawatan yang Demien berikan untuknya. Bahkan, tidak jarang Aily menarik Demien untuk ikut mamakai masker wajah. Yaa memang agak memaksa, akhirnya Demien hanya bisa pasrah, Aily melulurkan masker pada wajah Demien.

Demien lihat pun Aily terlihat jadi lebih terawat, seperti kulitanya kembali lembab dan rambutnya tidak lepek. Memang Demien hanya bisa memberikan perawatan biasa, ia tidak mengerti tentang itu, semuanya dibelikan saudara perempuannya, mau memilih pun Demien tidak mengerti. Toh, Aily juga tidak protes dan tidak mengalami efek samping, palingan Demien hanya mengecek kandungan bahan-bahannya saja. Demien tidak perlu terlalu memikirkannya.

Ya pokoknya selama Aily senang dan tidak menganggunya, Demien bisa tenang.

"Demien..."

"Hmm." Demien hanya menyahut sekenanya, ia bahkan tidak menoleh, masih memfokuskan mata ke layar laptop, mencari berita soal Aily.

"Demien... tenggorokanku rasanya panas sekali."

"Kurang minum."

"Sudah banyak.." Aily duduk di samping Demien di sofa, melipat kakinya di atas, menghadap Demien. "Demien, rasanya sakit."

"Itu berarti kau radang."

"Lalu gimana?"

"Ya banyak minum." jawab Demien debgan nada suara agak tinggi. Ia meletakan laptopnya di meja depan sofa dan bangkit.

Aily hanya diam memegangi lehernya yang terasa sakit, matanya melirik, melihat apa yang Demien cari di internet, ternyata tentang dirinya, Aily bisa tau dari foto yang tertera disana.

"Buka mulutmu."

Matanya mendelik, melihat Demien kembali dengan senter khusus berbentuk pulpen, bahkan ia lihat Demien juga membawa stetoskop. Aily hanya menurut, membuka mulutnya seraya Demien mengarahkan senternya ke dalam. Mata Aily hanya melirik ke kanan dan kiri. Bingung mau melihat kemana karena entah kenapa ia jadi canggung.

"Kau radang, tenggorokanmu merah. Besok aku bawakan obatnya dari Rumah Sakit, aku tidak menyimpan obat radang disini."

"Kay.."

Lalu tanganya diletakan di kening Aily, lalu leher, dan kemudian lengan. "Mulai agak demam. Jangan begadang, minum lebih banyak."

"Kay." sahut Aily lagi. Matanya kembali mendelik, melihat Demien meletakan stetoskopnya di meja dan kembali mengambil laptopnya, Aily pikir; lalu untuk apa ia bawa itu?

Demien kembali fokus ke layar laptopnya, tidak menggubris Aily yang masih di sampingnya. Demien harus mencari cara agar ia bisa tau perkembangan pencarian Joel pada Aily. Demien tidak yakin kalau dihilangkannya berita tentang Aily sama dengan berhentinya pencarian Joel. Demien malah berpikir hal terburuknya, kalau Joel menggunakan cara lain untuk menemukan Aily.

Napasnya dihela dalam, kepalanya terasa sakit karena terlalu lama menatap layar laptop. Demien mematikan laptopnya dan meletakanya di meja. Ia bersandar dan memijat-mijat keningnya. Jam menunjukan sudah lewat jam 11 malam. Ia baru sadar kalau Aily terlelap di sampingnya. Mau tidak mau, Demien yang harus menggendong Aily kembali ke kamar. Untuk malam ini Demien tidak tega membangunkannya, karena waktu ia periksa, Aily sudah demam.

dear, Aily (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang