Epiphany - 0;1

9.2K 539 19
                                    

Epiphany -  [01]•Awal Mula•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Epiphany -  [01]
•Awal Mula•

-

Apa yang akan dirasakan jika saudara yang sangat kalian sayangi, malah sebaliknya sangat membenci kalian?

Apakah sedih? Terpuruk? Atau—sakit? Pasti jawabannya ada di salah satu pilihan tersebut.

Ah, atau bahkan mungkin semuanya?

Entahlah, coba tanyakan saja pada Chaeyoung. Gadis berusia 18 tahun yang hidupnya jauh dari kebahagiaan.

Selama hidupnya Chaeyoung hanya merasakan kesendirian, kesedihan, keterpurukan. Ia merasa hidup sendiri di antara miliaran manusia yang hidup di bumi ini. Setiap hari Chaeyoung selalu menangis, meratapi nasib hidupnya yang sangat rumit.

Jika ditanya apakah Chaeyoung lelah? Jawabannya adalah, "Lelah, sangat lelah."

Chaeyoung berharap di setiap harinya akan ada orang yang mau bersedia bertukar nasib dengannya. Ah, jangankan bertukar nasib, orang tersebut mau mendengar keluh kesah yang Chaeyoung rasakan saja Chaeyoung sudah sangat senang.

Seperti sekarang, Chaeyoung sedang terduduk di balkon kamarnya, menghirup udara yang berembus di malam hari ini. Menatap langit yang menampilkan bulan dan para bintang. Chaeyoung tersenyum kecut ketika melihat bintang-bintang itu menjauhi bulan. Bulan itu seperti dirinya saja, yang selalu sendiri dan dijauhi dengan orang-orang.

"Apakah kebahagiaan itu haram untuk aku rasakan, ya Tuhan? Semenjak papa dan mama pergi, sampai saat ini aku belum pernah merasakannya lagi," Chaeyoung berucap lirih. Bertanya pada Tuhan tentang nasibnya, barangkali Tuhan mau menjawab pertanyaannya? Ya, walaupun Chaeyoung tidak pernah mendapat jawaban. Bertanya itu tidak salah, bukan?

"CHAEYOUNG!!!"

Chaeyoung langsung menghapus air matanya ketika mendengar suara teriakan kakak pertama memanggil namanya. Berdiri dari duduknya dan langsung berjalan menghampiri di mana suara kakaknya berada.

"Ada apa, unnie?" tanya Chaeyoung saat sudah berdiri di depan saudari-saudarinya.

Kakak pertama Chaeyoung yang bernama Jisoo bangkit dari duduknya setelah Chaeyoung sudah berada di hadapannya. Mata double lids-nya menatap Chaeyoung dengan tatapan yang sangat marah.

"Apa kau tidak lihat ini sudah jam berapa?!" bentak Jisoo di depan wajah Chaeyoung.

Chaeyoung beralih menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7.18 malam. Ia kembali menundukkan kepala. Merutuki dirinya sendiri karena sudah lupa membuatkan makan malam untuk saudari-saudarinya. Ah, ini pasti karena ia terlalu lama menangis tadi.

"Ma-maaf, unnie."

Jisoo berdecak kesal, "Untuk kali ini aku maafkan! Cepat buatkan makan malam untuk kami bertiga! Tidak pakai lama, paham?!"

Biru [SUDAH TERBIT]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang