28- Ada apa dengan Ezra

627 56 40
                                    

Cahaya matahari menembus kaca jendela kamar Ezra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya matahari menembus kaca jendela kamar Ezra. Matanya tertutup lagi, ia harus membuka mata karena silaunya cahaya matahari yang masuk. Ezra menggeliatkan tubuhnya di kasur. Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Ia masih ingin berbaring di atas tempat tidur yang empuk itu, dan melanjutkan mimpi-mimpi indah yang tak pernah menjadi kenyataan.

"Bangun, Zaa. Cepat Mandi, nanti kamu kesiangan," celoteh Fera, masuk ke dalam kamar Ezra tanpa mengetuk, memang sudah menjadi kebiasaannya, namun sesekali juga Fera mengetuk dahulu sebelum masuk.

Fera datang dengan membawa beberapa tilapan pakaian. Harum wangi semprotan setrika memang sungguh menggoda, apalagi wewangian yang dipakai Fera tidaklah seperti yang ada dipasaran. Ia menaruh tilapan itu di lemari baju Ezra. Lantas pergi untuk menyiapkan sarapan pagi.

"Malas banget sih gue sekolah! Udah seperti nggak ada gairahnya sama sekali! Arghh!!" kesal Ezra. Berusaha beranjak dari kasur, dan mengambil handuk, lalu bergegas merapikan diri untuk pergi sekolah.

Tak butuh waktu lama untuk Ezra menyiapkan dirinya, meskipun begitu, penampilan Ezra masih seperti biasa, tidak ada yang berubah, masih tetap tampan, putih, dan pastinya tidak pernah pendek-pendek, selalu saja tinggi.

Ezra turun ke bawah untuk sarapan, ia menggendong tas sekolahnya dengan satu bahu. Penampilan Ezra kali ini agak sedikit kusut, bukan penampilannya sih, lebih tepatnya lagi, wajahnya itu, kusut sekali, tidak ada senyum yang terukir dibibirnya.

"Coba aja, ada penyemangat gitu buat pergi ke sekolah selain belajar!" umpat Ezra. Fera menoleh, karena mendengar ucapan Ezra saat ditangga.

"Bukan nya kamu punya, Zaa?" tanya Fera sambil menggoda. Dan menyediakan sarapan di meja makan. Menata piring dengan sangat rapi.

Ezra menarik kursi yang ada di meja makan. Dan duduk dengan kasar, namun juga bingung dengan yang Ibunya ucapkan. "Punya apa sih, Bu?" heran nya sambil berdecak.

"Itu lho! Yang kemarin memenuhi sel baru di otak kamu," goda Fera. Menuangkan susu hangat ke gelas di hadapan Ezra. Dan menyiapkan roti serta selai coklat untuk Ezra.

"Dih! Ogah punya yang seperti itu!" elak Ezra,meraih roti selai coklat yang tadi Ibunya siapkan, lalu dengan kasar melahapnya. Ia mengunyah sembari menatap Ibunya yang tersenyum mencurigakan.

"Dengerin--"

"Nggak!" potong Ezra dengan cepat. Dirinya tak ingin mendengar pribahasa yang Ibunya akan lontarkan di hadapannya, yang dipakai untuk menceramahi dirinya.

"Eh, kamu mau nanti surga ditelapak kaki Ibu nolak kamu untuk masuk? Mau?" ancam Fera.

"Ah, Bu. Jangan pakai ancaman segala dong. Ezra berasa di interogasi nih!" pasrah Ezra. Menghentikan aktivitas menguyah makanannya.

"Sudah, dengerin saja, kamu tuh ribet ya."

"Yang ribet itu bukan Ezra, perasaannya nih, Ah! Udah ya, Ezra berangkat dulu," pasrah Ezra. Meraih gelas yang berisikan susu hangat, dan menyeruputnya sampai habis. Ia meletakannya kambali, membenarkan gendongan tasnya, dan meraih tangan Ibunya, dan mencium nya. Lalu bergegas pergi ke sekolah.

Z A A  &  L Y A (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang