37- Pelukan dan Hujan yang menenangkan

568 49 68
                                    

"Siapa?" tanya mereka serempak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Siapa?" tanya mereka serempak.

"Ya, siapalagi kalau bukan Dara," jawab Aldo dengan percaya diri.

Silya dibuat diam tak menggubris apapun. Pikirannya mulai kacau, berpikir kesana kemari. Sementara Naira berpikir keras saat itu, ia sendiri tak begitu mengenal Dara.

"Nggak mungkin, Do," ungkap Silya. Mengejutkan kedua spesies manusia yang ada disana bersamanya.

Aldo mengerutkan dahinya bingung, dan tidak lagi bersandar dipohon. "Lho? Kenapa lo bilang nggak mungkin? Yang selama ini ngajak ribut itu kan dia," heran Aldo. Tak paham dengan jalan pikiran Silya kali ini. Sudah jelas pelakunya adalah Dara. Dara mulai menjadi musuh Silya semenjak ia mengira Silya dan Ezra sedang dekat.

"Dia nggak pernah tau masalah koran itu," ujar Silya kembali.

"OH IYA!!"

Teriakan Naira membuat Silya dan Aldo terkejut dan terheran-heran. Mereka bersamaan menoleh Naira yang tengah mengacungkan jari telunjuknya seraya tahu sesuatu. Mata Naira tampak berbinar-binar, ditambah dengan tersenyum merekah. Naira menoleh Silya dengan senyum yang sangat bahagia itu. Ntah kenapa dengan perempuan yang satu itu.

Silya bingung menatap tatapan Naira kepadanya." Kenapa, Nai?" tanya Silya heran.

"Nggak apa-apa sih," balas Naira tenang. Dan kembali ke bentuk wajahnya yang semula terlihat tidak tenang dengan masalah Silya tadi.

Dengan penuh kesabaran, Silya menahan emosinya, ingin sekali ia menoyor kepala Naira sekencang mungkin. Suasana genting seperti itu, masih saja ingin melawak namun garing.

"Ngomong-ngomong Ezra kemana, Do?" tanya Silya, ia sengaja mengalihkan perhatiannya sendiri, agar tidak terlalu memikirkan kejadian tadi dulu.

Aldo mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk. "Ezra sakit," balas Aldo.

"Sakit? Pantas dia nggak masuk hari ini," ujar Silya sambil mengangguk paham.

"Kangen lo sama Ezra?" goda Aldo.

"Nggak!" balas Silya cepat. Memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Lo yakin nggak mau pulang,Sil?" tanya Naira kembali.

Silya diam tampak berpikir, lalu menoleh. "Gue pulang aja. Rasanya gue akan jadi bahan bully'an kalau gue tetap disini," ujar Silya seadanya. Mungkin memang harus seperti itu.

Naira tersenyum lebar, dan memeluk sahabatnya itu. Ia tahu, keadaan Silya pasti membuatnya sedikit tertekan, dan butuh pelukan dari orang-orang terdekatnya. "Lo pulang aja. Gue yang bilang nanti sama sekretaris kelas. Lagipula hari ini guru-guru lagi males ngajar mungkin. Pada nggak masuk. "

Senyuman kembali hadir dibibir Silya, Naira memang sahabatnya yang sangat mengerti dirinya. "Makasi ya, Nai, Lo baik banget."

"Iya dong! Naira gitu lho.. cantik dan juga baaa--"

Z A A  &  L Y A (COMPLETED)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang