🍒#17. Declaration of love

4.7K 563 27
                                    

Rosé POV

Hampir setengah jam gue ngobrol sama Trio ubur-ubur, mulai dari membahas hal penting sampai yang gak penting. Mereka juga ceritain semua hal yang terjadi sewaktu gue koma.

Lisa bilang kalau dia sangat merasa kehilangan dengan sosok perusuh kayak gue. Belum lagi kalau udah liat muka Jaehyun yang mellow mulu. Bawaannya jadi mau bersedih hati aja sepanjang hari.

"Setelah hasil nya keluar, saya akan segera memberitahu Nona. Sekarang Nona boleh kembali ke ruang inap." jelas salah seorang perawat setelah selesai melakukan pemeriksaan di kepala gue.

Gue pun kembali di antarkan ke ruang Inap lagi. Semuanya masih di sana. Mulai dari Mama, Papa, Tante Irene, kak Chanyeol, kak Wendy dan juga sahabat-sahabat gue tercinta.

Di sini emang banyak orang. Tapi entah kenapa gue ngerasa masih ada yang kurang. Sampe sekarang Jaehyun belum juga datang. Padahal tadi katanya mau balik lagi jengukin gue.

Gue sedikit merasa bersalah sama dia. Gue yakin sejauh ini gue udah banyak ngerepotin dia. Walaupun gue itu orang nya suka seenaknya, tapi gue orang nya suka gak enakkan.

Pusing kan lo? Sama kok, gue juga.

"Apa yang kamu rasain sekarang sayang? Ada yang sakit?" Tanya Mama Irene.

Gue menggeleng pelan, "Gak ada, Ma. Udah agak mendingan daripada tadi." Jelas gue.

Dia tersenyum sambil bilang, "Syukurlah, Jaehyun pasti happy banget bisa ngeliat kondisi kamu perlahan mulai membaik."

Gue mengangguk canggung. Gue bingung mau jawab kayak apa. Masalahnya gue belum percaya-percaya amat kalo Jaehyun itu suka sama gue. Jadi masih agak aneh kalau misalkan ada yang bahas Jaehyun tapi Jaehyun nya gak ada disini.

"Menurut kamu anak Mama itu gimana sih, sayang?"

"Dia baik Tante, apalagi kalau pas Rosé jatoh, dia bakalan jadi orang yang tertawa paling keras." Jelas gue becanda. Tapi itu fakta juga sih sebenernya.

Mama Irene langsung tertawa, "Terus perasaan kamu gimana sama Jaehyun?" Tanya nya agak ragu-ragu.

Gue terdiam sejenak.

"Kenapa nanya nya gitu, Ma?"

"Gak papa, Mama cuman ingin memastikan aja, kalau cinta anak Mama gak bertepuk sebelah tangan," jawabnya.

Gue pengen ngumpat aja. Gue baru juga sadar dua jam yang lalu. Dan sekarang setiap orang ngobrol sama gue selalu aja membahas soal Jaehyun, Jaehyun dan Jaehyun.

"Gimana ya, Ma? Rosé juga bingung jelasinnya gimana." Balas gue.

"Kalo gak mau cerita juga gak papa kok sayang. Asal hubungan kalian baik baik aja itu udah cukup. Tapi kalau kamu have feelings itu lebih baik lagi,"

Untuk pertama kalinya gue ngeliat Mama Irene senyum setulus itu ke gue. Disaat gue bingung memikirkan perasaan gue sendiri, Tiba-tiba Jaehyun datang sama Papa nya. Sekarang dia udah berdiri di sisi kanan gue.

 Sekarang dia udah berdiri di sisi kanan gue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kenapa dia jadi seganteng ini?

Padahal kemaren-kemaren gue liat mukanya gak ada yang istimewa. Kok sekarang dia kayak karakter Webtoon yang  hidup di dunia nyata?

Terus sekarang Jaehyun tersenyum manis ke gue. Dan secara spontan jantung gue berdetak gak karuan. Ini bukan pertama kalinya gue sama dia melakukan kontak mata. Tapi kenapa tatapan kali ini rasanya beda? Bukannya gue lebay, tapi darah gue rasanya berdesir hebat.

"Get well soon, Rosie." Ucap nya seraya memberikan gue sebuket bunga Mawar.

Sontak aja makhluk julid yang masih berada di ruangan gue pada teriak ngecie-cie in.

Dengan ragu-ragu gue mengambil bunga tersebut sambil berkata, "Thank you."

Setelah itu Jaehyun duduk di dekat gue. Dia cukup lama diam sampai akhirnya dia bilang, "Actually, I wanna tell you something," katanya.

"Hm, mau ngejelasin apa?" Tanya gue.

"Mungkin menurut kamu apa yang akan aku jelasin ini sesuatu yang tiba-tiba. Tapi sebenarnya ini sesuatu yang udah lama aku pendam."

"—Selama aku kenal sama kamu, kamu sering banget bikin aku kesel sampe rasanya aku pengen jambak rambut kamu sampe kamu botak." Sambung nya.

"Tapi makin kesini, aku udah terbiasa dengan sikap kamu. Aku udah mulai nyaman sama hal aneh yang kamu lakuin. Andaikan aku punya kantong Doraemon, aku pengen masuk ke pintu masalalu. Aku pengen ngulang hari-hari yang kita habiskan bareng-bareng. Lebay banget emang. Gara-gara deket-deket kamu sih, lebay nya jadi nular." Ucap nya sambil memukul pelan tangan gue.

Dia masih aja ya pengen ngajak ribut? Padahal di awal-awal omongannya kayak serius banget. Tapi ujung-ujungnya nabokin tangan gue.

"Selama ini, aku juga pernah sedih. Tapi aku gak pernah sesedih saat ngeliat kamu terbaring koma disini. Aku sanggup kehilangan Evelyn, tapi aku gak akan bisa kehilangan kamu. Kamu tau kenapa?" Tanya nya.

"Karna lo cinta sama gue?"

Dia ketawa terus bilang, "Iya, aku cinta sama kamu. Kalau aku ngelamar kamu sekarang, kamu mau?" Tanya nya sambil ngeluarin sekotak cincin.

"Aku akan menjaga kamu, Rosé. Aku akan selalu ada untuk kamu. if necessary, I will take the world for you. Let me be the last love in your life."

"Jadi, bersedia kah kamu menikah dengan aku?" Tanya nya dengan tatapan yang begitu mendalam.

Gue kaget banget permirsa. Kalau soal dia mau menyatakan perasaannya ke gue, ya gue udah memperkirakan itu akan terjadi. Kalau soal dia ngelamar gue buat jadi istri dia, gue sama sekali gak kepikiran anjir.

Gue masih bocah, dia juga bocah. Masa bocah sama bocah nikah?

"Lo serius, Jae?" Tanya gue.

"Lebih dari serius." Jawabnya mantap.

Sumpah gue bingung mau jawab apa. Menikah itu hal yang sakral. Di usia gue sekarang mana sanggup gue ngejalanin rumah tangga. Gue masih terlalu kekanakan. Lagian gue juga punya target sendiri nikah di umur berapa. Dan gue gak pernah expect nikah di umur segini.

Gue menoleh ke arah Mama, "Ma," lirih gue.

"Kalau kamu juga suka, terima aja. Mama menyetujui apapun keputusan kamu."

"Terima aja nak, Jaehyun pria baik-baik, He could treat you better, Rosie." Sahut Papa gue.

Kemudian gue menatap Jaehyun lagi. Dia tersenyum ke gue sambil menanyakan hal yang sama, "Will you marry me, Rosie?"

"TERIMA!! TERIMA!! TERIMA!!" Teriak Jisoo, Jennie dan Lisa.

Gue gak tau keputusan yang akan gue ambil ini baik atau bukan. Tapi tangan gue perlahan terulur ke arah Jaehyun dan gue mengangguk seraya mengatakan,

"Yes, I will."

Jaehyun tersenyum lebar. Dia pun memasangkan cincin itu ke jari manis gue, lalu dia mengecup punggung tangan gue cukup lama. Baru setelah itu dia meluk gue dengan erat. Semua orang yang ada disini langsung bersorak sorai.

"Lamarnya udah, nikahnya kapan?!" Teriak abang gue.

"Secepatnya bang!" Jawab Jaehyun semangat.

"Ih jangan lah, gue kan masih pengen kuliah!" Sahut gue.

"Kalaupun kalian nikah nya sekarang, kamu bakalan tetap bisa kuliah, sayang." Balas Papa sambil menatap ke arah gue yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit.

TRUE LOVE || JAEROSÉ ✓ Where stories live. Discover now