A. 3 [Arsana, SMA/B Semarang]

2.7K 368 30
                                    

Jika siswa/siswi zaman sekarang memegang gawainya sepanjang waktu untuk membaca cerita-cerita tidak masuk akal di Wattpad sembari berangkat ke sekolah, berbeda denganku. Jika aku tiba-tiba jatuh ke dalam selokan, itu karena aku terlalu fokus membaca buku sejarah yang semalam belum selesai kutamatkan. Pagi ini pun aku ditemani Sang Merpati dari Bengkulu. Tahukah kalian, siapa Merpati dari Bengkulu tersebut? Beliau adalah Inaugural First Lady of Indonesia, the third wife of the first president of Republic Indonesia, the one and only, Ibu Fatmawati.

Dalam buku yang berjudul Bung Karno Masa Muda, terbitan Pustaka Antar Kota tahun 1978, Fatmawati mendapatkan julukan Merpati dari Bengkulu. Di mana sosoknya menggambarkan keanggunan, kecantikan, dan ketegasan. Ibu Fatmawati memang begitu, betapa anggunnya dia ketika berada di dekat Bung Karno, cantiknya dia hingga dapat memikat Bung Karno, dan ketegasannya digambarkan saat Bung Karno melamarnya.

Sejarawan asal Bengkulu, Alcala Zamora mengatakan Ibu Fatmawati memberikan syarat yang berat pada Bung Karno. "Ceraikan istrimu jika ingin menikahi aku, pernyataan ini yang menjadikan dia sebagai sosok anti Poligami," ujar Alcala  di Bengkulu. Sosok yang anti poligami itu juga dibenarkan ketika Ibu Fatmawati memilih meninggalkan Istana Negara saat Bung Karno hendak menikahi Hartini.

Sedikit melupakan Fatmawati karena saat ini aku sedang melewati Kantor Pelayanan Pastoral Keuskupan Agung Semarang, di Jalan Imam Bonjol 172, Semarang. Aku selalu membayangkan, andaikata aku melihat Pierre Tendean berdiri tegak di depan gerbang. Ya, Kantor Pelayanan Pastoral Keuskupan Agung ini dulunya ialah rumah keluarga dr. A.L. Tendean semasa hidup di Semarang. Rumahku juga tak jauh sebenarnya dari Jalan Imam Bonjol. Tak jarang aku lari pagi hingga ke daerah ini.

Selain itu, aku juga sekolah di SMA/B Semarang atau SMAN 1 Semarang di masa sekarang. Dulu, sekolahku ini ialah tempat Pierre Andries Tendean menuntut ilmu pada tahun 1955 hingga selesai. Terkadang aku sengaja keliling sekolah, mengunjungi tempat-tempat yang dulu pernah menjadi tempat favorit Pierre Tendean. Tak banyak siswa di sekolahku yang tahu, bahwa SMAN 1 Semarang telah melahirkan pahlawan revolusi, di mana ia harus gugur secara mengenaskan, dan berakhir di lubang buaya.

Sampai di sekolah, aku masih melanjutkan bacaanku tentang Fatmawati, namun saat tiba pada patah hati Fatmawati, aku kembali kecewa. Laiknya Laras yang sering emosional terbawa tokoh fiksi dalam Wattpad, aku juga sering emosional membaca kisah cinta Bung Karno. Entah dengan Oetari Tjokroaminoto, Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, Ratna Sari Dewi, Haryati, Kartini Manoppo, Yurike Sanger, bahkan terakhir Heldy Djafar. Mudahnya Bung Karno jatuh dan melepaskan, menyebalkan, bukan? Tapi begitulah kenyataannya.

Bruk...

Aku menabrak sosok laki-laki dengan tinggi 175 cm yang sedang membungkuk, mengambil gawai pintarnya yang terjatuh di lantai.

"Maaf, maaf," kataku membungkuk-bungkuk, seperti orang Korea Selatan yang meminta maaf.

Sosok dengan badan tegap itu mengangkat tubuhnya, menatapku datar, lalu beralih pada buku yang ada di tanganku. Menggeleng heran dan berkata, "Di saat semua perempuan mengelu-elukan tokoh fiksi pujaannya dalam sebuah novel remaja atau mengelu-elukan sosok tampan dalam serial film kesukaannya. Ternyata masih ada perempuan yang suka meleng karena baca buku sejarah. Istirahatlah sejenak, matamu terlalu lelah menelusuri masa lalu, Lia," katanya lalu pergi begitu saja.

Aku? Benar, aku hanya bisa mematung kaku dengan jantung yang meletup-letup gembira. Bukankah pantas jika aku memanggilnya Arsana? Sebab ia selalu menggembirakan. Tunggu, dia mengenal namaku? Aku menoleh ke belakang, tersenyum, mengikuti gerak langkahnya menjauh, merasa amat sangat terhormat. Laki-laki terpopuler di sekolah saat ini. Baiklah, aku harus sadar bahwa aku juga populer dengan julukan si Kutu Buku Kuno. Hanya Bunda dan Almarhum Ayah yang memanggilku Merpati dari Semarang.

Arsana [Tersedia Di Shopee]Where stories live. Discover now