A. 15 [Apakah Aku Terlalu Bodoh?]

1.7K 264 13
                                    

Arunika masih setia mengantar pagiku, ia juga masih teramat baik menemani langkah kakiku. Semangat menuntut ilmu hingga lupa akan ada yang menyambutku dengan semua cerita fiksinya. Bagiku tak pernah penting, orang hendak menulis apa tentangku itu tidak lah penting. Sebab tak semua orang mengetahui realita kehidupanku. Toh, aku juga tidak pernah menuliskan kisah hidupku dalam sebuah biografi atau autobiografi. Tidak penting bagaimana kisah seorang Terisa Magnolia Geschiedenis, kecuali jika suatu saat aku bisa mendirikan sebuah kerajaan yang mampu menguasai dunia. Mungkin akan ada buku yang menuliskan buku non-fiksi untukku.

Baiklah, cukup. Untuk apa berhalusinasi membangun kerajaan dan menguasai dunia. Jika hidupku terlalu apatis untuk urusan birokrasi. Waktuku juga habis untuk membaca kisah-kisah, membaca buku yang rasanya tak pernah kutemui halaman terakhirnya. Aku terlalu sibuk mendalami kisah seseorang dan bagaimana negara ini berdiri. Bahkan sejarah satu negara saja tak pernah cukup kupelajari dengan waktu hidupku. Apalagi sejarah dunia, sampai mati pun mungkin aku tak menyanggupinya. 

Percayalah, sekali kamu membaca sejarah. Sekali kamu memiliki satu buku sejarah. Jika kamu benar-benar membaca dan mengilhaminya. Itu tidak akan cukup. Sejarah itu banyak dan terikat. Tidak bisa hanya dijelaskan dengan satu buku atau sekali baja saja. Mungkin benar, buku itu menggenggam dunia. Akan tetapi, sedikit salah ketika kamu hanya membaca 1 buku tetapi sudah merasa menggenggam dunia. Pecandu buku selalu merasa haus dan tak pernah merasa cukup. Justru orang-orang yang tak pernah benar-benar membaca buku akan menjadi angkuh dan merasa tahu semuanya.

Aku terlalu banyak berpikir, hingga tak sadar bahwa kakiku baru saja menginjak gerbang sekolah. Ramai seperti kemarin, rasanya tak ada sekolah yang sepi kecuali saat masa pandemi atau hari libur. Pertama, aku merasa tak percaya diri. Bukan takut cerita fiksi itu akan dianggap nyata, meskipun ada sedikit fakta. Aku hanya merasa tak percaya diri bertemu dengan Nino hari ini. Ia pasti akan membicarakan pertemuanku dengan sang Mama. Tadi malam saja ia terus bertanya kapan pertemuan itu bisa berlangsung.

"Wow, artis Wattpad," seru seorang perempuan. Setahuku ia kawan sekelas dari Irish. "Tahu nggak siapa yang nulis?"

Tidak kujawab. Aku tak pernah benar-benar dapat bukti yang valid. Hanya berdasarkan apa yang Nino katakan. Maka aku tak mau membuka suara sedikit pun.

"Aku penasaran sama yang nulis, sejauh apa dia tahu soal hubunganmu dengan Nino. Aku juga penasaran, kenapa bisa seorang Nino jadian dengan perempuan kaku semacam ini? Atau sebenarnya kamu sudah tidak kaku dan kuno lagi? Apa kamu mempelajari masa depan sekarang? Sudah bosan menjelajah masa lalu?" Perempuan dengan rambutnya yang tergerai, rok panjang yang longgar, dan bibir lembabnya. Ia nampak hangat tapi ternyata ketus dalam kata.

"Apakah sebelum kamu jatuh cinta, kamu tahu nantinya kamu akan mencintai siapa?" tanyaku menghentikan langkah di depan kelasnya. "Tidak ada yang tahu siapa yang akan kamu cintai nantinya. Mungkin Nino begitu. Tidak pernah tahu sebelumnya bahwa di akhir cerita, ternyata ia mencintaiku." Tersenyum lalu berjalan santai menuju kelas.

Benar, aku tidak tahu apa yang aku katakan. Aku hanya asal bicara dan agaknya terlalu sulit untuk dipahami. Aku hanya ingin menantang saja, tetapi sebenarnya nyaliku sudah ciut lebih dulu. Bukan, bukan kata ketusnya. Nyaliku menciut karena aku ragu Nino benar-benar mencintaiku.

"Lia," panggil Nino ternyata sudah menunggu di depan ruang ujianku.  "Aku khawatir ada yang mengganggumu, jadi aku berangkat pagi-pagi sekali. Ternyata kamu jutsru datang mendekati waktu masuk."

"Untuk apa orang menggangguku, Nino?"

"Ya, karena kamu kekasihku sekarang. Mungkin akan banyak yang mengusik, terutama perempuan-perempuan yang..."

Aku mendekatinya, menatapnya dengan jarak dekat. "Sekhawatir itu sama aku?"

Nino mengangguk, dengan senyum mataharinya yang bersinar. 

Arsana [Tersedia Di Shopee]Where stories live. Discover now