27. Modus

4.9K 233 7
                                    

Liburan kenaikan kelas membuat Rachel yang memang anak rumahan, sebenarnya, menjadi enggan beranjak dari comfort zone nya daripada berkeliaran tidak jelas di luar sana. Bahkan sudah beberapa kali Rachel menolak tawaran untuk jalan-jalan pergi entah kemana bersama Miko.

Yang jelas sih saat ini Rachel sedang dalam mode magernya.

Jadi selama beberapa hari yang nyaris seminggu ini Rachel hanya berdiam diri di dalam rumah. Melakukan kegiatan tak berarti, sekedar menonton televisi, bermain ponsel, makan camilan, pesan makanan secara delivery, dan lain sebagainya.

Walaupun yah, Rachel lebih gemar melakukan semua kegiatan itu di dalam kamarnya sambil berbaring di atas kasur kesayangannya.

Oh, jangan lupakan sebagai anak gadis di dalam keluarganya Rachel juga kerap membantu Bunda nya untuk membersihkan rumah atau membantu membuat masakan.

Dan sungguh Rachel dengan sangat senang hati membantu pekerjaan rumah Bundanya itu.

Oh bukan bukan, Rachel bukanlah cewek pemalas yang bahkan enggan melakukan pekerjaan rumah yang jelas biasa semua perempuan lakukan, mungkin. Ia hanya merasa sedikit enggan melakukan semua perkerjaan itu sebab Bundanya yang menurutnya sangat cerewet itu kerap kali mengomentari bagaimana hasil dari pekerjaannya itu. Maklum, ibu-ibu.

Rachel kembali mendengus ketika mendengar teriakan, yang berasal dari lantai bawah, yang merupakan suara Bundanya menggema entah sudah keberapa kalinya itu.

Dengan perasaan enggan Rachel melangkah dengan gontai, membuka pintu kamarnya dan keluar melalui celah yang terbuka akibat kenop pintu yang diputarnya, dan turun menuju lantai dasar. Menemui Bundanya, siapa lagi.

"Kenapa, Bun?" Rachel menatap enggan ke arah Bundanya. Biar dikata durhaka, tapi sungguh Rachel ingin sekali menenggelamkan seluruh tubuhnya agar tak terlihat oleh Bundanya, sehingga ia dihindarkan dari segala macam perintah-perintah menyebalkan ini.

Bundanya membawa sebuah wadah tertutup yang bertuliskan tupperware itu ke arah Rachel, lalu menyodorkannya tepat di hadapan Rachel.

"Jadi Bun, Rachel disuruh nganterin ini ke siapa?" Rachel yang peka dengan apa yang nantinya akan disuruh oleh Bundanya itu langsung berseru.

"Anterin ke rumah Angga."

"Okᅳ" ucapan Rachel langsung terputus kala sekelebat ingatan datang dari dalam otaknya. Tunggu, sepeda motor di rumahnya sedang digunakan oleh Bayu, adiknya yang berselisih 3 tahun dibawahnya yang bahkan belum cukup umur untuk sekedar mengendarai kendaran bermotor itu. Tipikal masyarakat Indonesia sekali. Omong-omong Rachel sebenarnya juga belum cukup umur. Hey, tapikan Rachel sudah SMA, dan dia sebentar lagi berumur 17 tahun, walaupun masih lama.

"Eh, Bun, motornya dipake Bayu, gimana dong?"

Bundanya tampak berpikir. Namun dengan gesitnya sekelebat bayangan licik datang dari otak Rachel saat Bundanya masih memikirkan cara bagaimana bisa mengantar makanan yang rencananya diberikan untuk keluarga Angga, sepupu Rachel.

"Rachel pake mobil aja Bun!" seru Rachel girang.

Kan, padahal untuk mengendarai motor saja ia bisa dibilang masih ilegal, apalagi untuk mengendarai kendaraan beroda empat itu. Jangan dicontoh teman-teman.

Bundanya langsung menatap Rachel sengit. Lalu dengan tegas menolak. "Nggak. Untuk pake motor sih boleh, tapi buat mobil, harus 17 tahun dulu!"

Rachel merengut. Nah, terus ia naik apa untuk mengantarkan pesanan Bundanya itu.

"Yaudah, berarti nggak jadi."

Bunda Rachel kian menatap Rachel sengit. Lalu sedetik kemudian tersenyum, yang Rachel yakin penuh dengan tipu muslihat, oke hanya bercanda, kerutan di sudut-sudut bibir Bundanya bahkan kian melebar.

BACK TO YOU [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant