30. Cool is Rachel's Middle Name

4.9K 231 11
                                    

Yg ga vomment anak dajjal:)

***

Keren.

Satu kata yang terucap di benak Miko kala melihat lagak Rachel beberapa menit lalu. Yang hingga sekarang masih menempel di benaknya.

Kenapa dia baru sadar jika pacar, eh maksudnya mantan, nya, si Rachel, bisa bersikap sekeren itu.

Bahkan Miko yang notabene, kata orang-orang keren, tidak bisa bertindak sekeren apa yang dilakukan Rachel tadi. Maksudnya, dia saat itu bahkan bingung ingin menjawab seperti apa pertanyaan yang dilontarkan mahluk biadab, tolong coreng kata terakhir itu yang sedikit kasar, nan tidak peka, sohib SD nya, Angga.

Padahal si mahluk yang merangkap sebagai manusia jadi-jadian itu terlibat friendzone dengan tetangganya. Yang katanya sih sekelas dan satu sekolah dengan bocah planet pluto itu.

Jangan tanya kenapa Miko bisa tahu gosip-gosip layaknya seorang perempuan. Alasan dia mengetahui satu hal yang menurutnya tidak penting-penting amat itu adalah karena dia dulu berpacaran dengan Rachel. Tolong anggap saja kata dulu di kalimat sebelumnya itu invisible.

Iya, dia tahu gosip, rumor, atau apalah itu, yang menyangkut betapa ngenesnya Angga, dari Rachel. Kata cewek itu sih Angga punya sahabat cewek tapi dia sendiri bahkan nggak peka dengan perasaannya pada cewek itu.

Duh, kasihan sekali.

Oke berhenti bersimpati tentang betapa kasihannya cewek yang naksir Angga dan terlibat friendzone dengan cowok itu. Karena dia sendiri pun juga, ngenes.

Kalau perlu pakai huruf kapital semua di satu kata itu. Iya, NGENES. Dia maksudnya. Yang ngenes.

"Mik, jangan bengong. Buruan itu udah lampu hijau."

Miko mengerjapkan matanya berkali-kali, lalu tersadar. Beberapa mobil dibelakangnya sudah dengan tidak sabaran memencet klakson mereka.

Miko menekan pedal gas pada mobilnya, beberapa mobil dibelakangnya yang menyalip mobilnya memberikan klakson, yang Miko yakini bukan klakson menyapa dan beramah-tamah, melainkan klakson memperingati. Mungkin saja pengemudi di mobil-mobil itu juga memberikan umpatan padanya.

Untungnya Miko tidak peduli. Toh, dia tidak dengar umpatan apa yang mereka lontarkan padanya. Hehehe.

"Makanya jangan bengong." Tegur Rachel sambil memakan camilan yang ada di dalam toples.

Tunggu, tunggu.

Miko rasanya familiar dengan toples itu. Sepertinya ia pernah melihatnya. Dan juga isi di dalam toples itu, Miko sama merasa familiarnya. Tapi dimana.

WOW.

Tiga huruf satu kata itu yang langsung muncul dalam benak Miko. Ia tahu toples siapa itu. Kenapa juga rasanya ia familiar melihat bentuk, rupa, dan isi toples itu.

Hell, itu toples yang ada di rumah Angga!

Bisa-bisanya Rachel membawa setoples penuh camilan yang merupakan milik Angga, dan dengan tenangnya memakan isi dalam toples itu. Tanpa dosa lagi

"Itu bukannya toples di rumah Angga?"

Miko melihat di sudut matanya, Rachel yang duduk di sampingnya sontak terperanjat mendengar penuturannya barusan.

"Eh, iya dong anjir! Kok kebawa!"

Miko cekikikan. Kenapa Rachel bisa se-absurd ini sampai tidak menyadari toples yang sedari tadi di genggamnya adalah toples milik Angga.

Semoga sohib nya itu tidak sadar bahwa ada satu toples, yang Miko harap adalah toples kesayangan ibu Angga, milik bocah itu yang hilang.

"Gapapa deh, nanti aku balikin. Kalo nggak lupa."

"Moga-moga aja lupa." celetukan itu sontak membuat Rachel menggeplakkan tutup toples ke kepala Miko.

"Bagus banget doa nya."

Miko tertawa ringan. Matanya masih fokus menghadap jalan raya, menuju tempat nongkrong favorit mereka. Sebenarnya favorit Rachel, tapi karena Rachel suka maka dia pun juga ikut suka.

Hm, mencium bau-bau kebucinan.

Dan sebuah keuntungan bagi Miko lagi. Karena letak tempat itu yang jauhnya naudzubillah, jadi dia bisa berlama-lama dengan Rachel. Istilahnya sih, jika rumah Miko, Rachel, dan Angga ada di Sabang, maka cafè itu berada di Merauke. Dekat, kan.

"Entah cuma perasaanku aja atau bukan. Kayaknya kamu beberapa hari ini kayak ngejauhin aku. Kenapa, hm?"

Rachel gelagapan. Lah, Miko kok peka sih. Oke, sebenarnya itu juga anugerah. Tapi ya untuk situasi seperti ini kadang bisa jadi bencana baginya. Dan itu sukses membuat Rachel, sedikit berharap jika Miko bisa seperti Angga, mahluk sok ganteng dengan segala ketidakpekaannya.

"Masa sih? Aku nggak ngerasa gitu. Biasa, hari libur ditambah cuacanya adem ayem, jadi enak aja gitu leha-leha di rumah."

Rachel tidak sepenuhnya berbohong. Karena memang cuaca bulan ini sejuk, jadi dia malas keluar rumah. Dan hal itu seolah mendukung rencananya untuk menghindar dari sosok Miko.

"Bener nih." Miko berucap dengan nada menyelidik.

Dan entah Rachel yang tertimpa kesialan apa semasa hidupnya ini, dia jadi gelagapan. "Iᅳiya lah."

"Oh? Yaudah."

Kan.

Kan.

Kan.

Pasti Miko ngambek. Nggak, Miko memang jarang menunjukkan kekesalannya, tapi Rachel, yang memang sudah berpengalaman dalam berhubungan dengan Miko, eak, jadi tahu reaksi apa yang akan Miko tunjukkan bila cowok itu merasa kesal dan, yah, ngambek.

MERAJUK istilah dalam KBBI nya.

Dan Rachel hanya tahu satu cara untuk memperbaiki mood cowok di sebelahnya ini. Yaitu dengan berterus terang. Oke, Rachel sebal dengan opsi itu. Tapi apa boleh buat.

"Sebenernya aku tau kalo kamu mau bahas itu."

Miko melirik Rachel bingung, namun sedetik kemudian tatapan bingungnya terganti dengan tatapan biasa. Yang bisa dibilang tatapan ketabahan. Apasi nggak jelas.

"Makanya kamu ngehindar dari aku?"

Rachel mengangguk lamat-lamat, enggan menjawab pertanyaan Miko dengan sebuah kalimat atau satu kata, yaitu ya atau iya atau terserah apapun itu.

Bodoamat kalau Miko tidak tahu anggukannya itu. Yang penting kepalanya yang bergerak ke atas ke bawah sudah menjelaskan semua.






Tbc

[A/N]
Udah ya segitu aja, capek ngetik aku:v
Btw, title nya gajelas banget ya. Iya deh maap, aku emang ga kreatip. Bingung sih mo ngasi judul apa:)

Yasudah lah yg penting aku udh update, walo makin absurd aja.

Oiya, cerita ini akan menuju ke penyelesaian masalah. Intinya udh mau tamat.

Sorry for typo/'s
Pokok kudu vomment!

See u next

Na_Vania

29-04-2020

BACK TO YOU [END]Where stories live. Discover now