LIMERENCE_SIX

311 197 44
                                    

LIMERENCE |six|

-- six. Tragedi UKS--

"Harusnya lo lawan. Cupu banget."

NOW PLAYING | Love Poem - IU


***

Setelah lengkingan suara Bu Maysara yang terdengar dari koridor dekat kantin hingga jalan setapak Taman Sekolah dan pukulan penggaris kayu di bokong mereka--termasuk Jihan--semua, disinilah mereka mendekam. Di ruang BK yang angker katanya.

"Anak baru sudah berani berkelahi ya? Saya curiga kamu punya catatan hitam dari sekolah lama kamu!" Celoteh Bu Maysara menggebu-gebu.

Mentang mentang Jihan murid pindahan. Seenaknya saja asal sudzon. Untung guru.

Tapi kalau kalian bertanya mengapa beliau berkata demikian, jawabannya adalah karena tuduhan palsu Cewek-cewek yang lebih mirip Tante-tante itu. Bahkan si Cewek Korea sangat pandai ber-acting, seakan-akan disini ialah korbannya. Bahkan ia sampai menangis ala-ala orang yang terdzalimi.

Harusnya ia jadi trainee Agensi di korea. Nanti perannya tukang kebun yang ketahuan menjadi selingkuhan Tuannya. Biar mampus digebukin Istri pertama.

"Jihan Puteri Kejora!"

"Ya, Bu." Jawab Jihan malas. Malas karena ia harus membuktikan bahwa ia tak bersalah. Juga malas karena sedari tadi ia merasakan perih di telapak tangan dan lututnya.

"Kamu tidak mau meminta maaf sama Lastri? Asal kamu tahu Ayahnya adalah salah satu donatur SMA Kita." Pinta Bu Maysara sekaligus membanggakan Lastri--Tunggu, siapa Lastri?

"Bu, Saha teh yang namanya Lastri?" Tanya Jihan penasaran lalu tiba-tiba kesusahan menahan tawanya setelah Bu Maysara  menunjuk Cewek Korea.

Parah sih, Cantik-cantik namanya Lastri. Curiga Jihan Ibunya Lastri ngidam makanan Indo pas hamil dia.

"Gausah ketawa lo! Nama gue Yoon jae Lastri!" Klarifikasi Lastri yang merasakan kalau tatapan Jihan kini lebih dominan menghina daripada emosi.

Jihan mengangguk, "daripada Ibu marahin saya dan ngelaporin Saya ke OrangTua Lastri yang sangat kaya itu... kenapa Ibu ga cek CCTV? Kalau emang ga dipalsukan, bakal kerekam semua kok."

"Dan apa saya bakal dibela kayak Lastri kalau Ayah saya merupakan donatur tersebesar kedua setelah PT. Elang?" Sindir Jihan dengan smrinknya. Ia tak pernah takut guru, ia tak rela jauh jauh dari bandung namun sampai diJakarta malah diinjak.

Hal itu membuat mereka semua shock bukan main. Tak ada satupun dari mereka yang sadar kalau disana terdapat CCTV.

Dan kalian pasti dapat menebak ekspresi Jihan sekarang.

Diam tanpa ekspresi. Menatapi kealayan warga Jakarta.

Ia kehilangan jam makan siangnya karena adengan dramatis seperti ini. Buang-buang waktu.

***

Selepas dari ruang kontrol CCTV bersama lima orang--Lasti dkk, Bu Maysara, dan dirinya--tersebut Jihan tak langsung disuruh menuju kelasnya atau ke Kantin. Melainkan ke UKS.

Ia ingat betul bagaimana raut miris Bu Maysara ketika melihat kedua lutut dan telapak tangannya tergores dan mengeluarkan darah. Pasti menyakitkan. Maka dari itu Guru tersebut menyuruh Jihan ke UKS.

Hal lucu kembali menghampiri Jihan. Tak ada PMR disekolah ini, bahkan ekskul tersebut ditiadakan karena dianggap tak berkelas bagi para Siswa sehingga sekolah lebih memilih untuk mempekerjakan dokter sungguhan. Gila. Buang buang duit.

LimerenceWhere stories live. Discover now