LIMERENCE_SEVEN

287 174 36
                                    

LIMERENCE |seven|

--seven. Meet again--

"Cuekin terus sampe gue secantik Ariana Grande biar lo nyesel nyuekin gue, Kak."

NOW PLAYING | Begin Again - Kim Jaehwan

***

"Permisi" suara itu datang setelah pintu kelas XI IPA 2 diketuk beberapa kali. Bertepatan dengan dilangsungkannya pelajaran lintas minat Sejarah yang membuat rasa kantuk para Siswa buyar seketika. Terutama--err kaum hawa.

Ia adalah Revan, Revan Djanuandra Alvaro. Sang mantan Ketua Osis dan digadang-gadang memiliki otak jenius walaupun kerjaannya bolos. Memanfaatkan kekayaan kedua orangtuanya untuk mengistirahatkan diri dan belajar dengan gayanya sendiri.

"Wah Kak Revan!" Pekik beberapa Cewek yang entah hilang kemana kantuknya. Terlihat betul bahwa mereka adalah para fans Revan.

"Bu Neil tersayang. Izin ngambil tasnya si Jihan ya?" Ucap Revan yang membuat siswa disana shock. Jihan? Ada apa dengan murid baru itu.

"Revan.." ucapan Bu Nei mengudara saat beliau memperbaiki hijab pashminanya yang terlilit-lilit dikepala. Untung guru muda, cantik pula.

"Nama Saya Bu Inei. Bukan Neil!" Protes Bu Nei, walaupun dalam hati ia terhibur.

"Kalo marah entar cantiknya hilang. Digantiin Bu Maysara loh." Dan ucapannya berhasil mengundang gelak tawa. "Lagian Ibu kan separuh jiwa saya." Gombalnya.

Siapa sih yang tak mengenal Bu Maysara. Guru BK sekaligus Wakil Kepala Sekolah yang galaknya minta ampun. Bahkan untuk pembuat onar sekelas Revan saja takut berhadapan dengan beliau.

"Heh!" Tegur Bu Nei sambil tertawa hingga gingsulnya terlihat manis sekali.

"Jadi boleh ga nih?"

"Kenapa dia? Saya saja belum tau yang mana anaknya."

"Tenang, Ibu bisa follow IGnya. Seleb tuh Bu. Permisi!" Ucap Revan lalu menggotong Tas serut milik Jihan dan pergi dari ruangan tersebut. Menyisakan keirian para Siswi perempuan yang ada disana.

-Flashback on-

"Jadi?" Tanya Revan yang kemudian diangguki samar oleh Jihan.

"Tapi ambilin tas." Pinta Jihan. Oke, anggap Jihan tak tahu sopan santun. Tapi ia benar benar malas untuk bertemu si Lastri.

Haha, memikirkan namanya saja membuat Jihan ketawa. Mau namanya Yoon Jae Lastri kek, Yoona Lastri lee kek, Jung Lastri ong kek. Tetap saja Lastri. Awokwokwok benar benar kearifan lokal yang tiada tara.

Revan merengut kesal, "dih. Kok ngatur?"

"Yaudah gue ke kelas aja Kak. Makasih atas tawarannya." Namun disaat Jihan hendak bangkit, Revan mencengkram pelan lengannya.

"Baperan." Ejek Revan. Padahal Jihan tahu kalau Revan mengatakan hal tersebut untuk memperbaiki suasana.

Pria itu gampang tertebak.

Jihan menggeleng sambil tersenyum, "gapapa kok Kak. Aku masih kuat. Makasih yaa."

Revan lagi lagi mencekal lengan Jihan, "eits.. denger dulu Ya Tuhan!" Sepertinya Revan frustasi.

"Gini. Kita disini simbiosis mutualisme. Lo untung gue untung. Lo untung karena bisa berobat dirumah dan gue untung karena bisa bolos. Sampe sini paham?"

LimerenceМесто, где живут истории. Откройте их для себя