LIMERENCE_NINE

229 134 9
                                    

LIMERENCE |nine|

--09. Tak terduga--

"Kalo susah dapetin hati anaknya. Ya pepetin orang tuanya, repot amat."

NOW PLAYING | Beautiful - Wanna One

***

Jihan tak tahu menahu tentang seluk beluk kota Jakarta yang baru beberapa hati ini ia tinggali. Ia hanya mengetahui beberapa tempat yang pernah ia lewati saat menuju perumahannya. Itupun hanya lewat, bukan mampir.

Kesialan menghampiri Jihan lagi, ia lupa menCharge ponselnya yang kini tegeletak tak berdaya. Mau menangis pun Jihan sudah lelah.

"Padahal bisa ngecharge di mobil, kenapa kabel datanya ga gue bawa sih?" Ujar Jihan geram. Padahal niatnya ia ingin mencari Cafe untuk melepas penatnya lewat google maps.

Karena bimbang Jihan pun memutar arah, memutuskan untuk ke Cafe yang ia lewati tadi. Cafe bernuansa hijau yang Jihan harap dapat membuat sisi kekanakannya hilang juga stresnya.

Sangat gila bukan jika tiba-tiba Jihan kembali kerumah dan memasang wajah tak karuan seperti sekarang bukan? Yang ada ia hanya akan membuat beban fikiran sang Ayah bertambah.

Setelah sampai, Jihan pun memarkirkan mobilnya di parking area yang disediakan dan lantas memasuki Cafe tersebut.

Benar-benar Cafe yang teduh, memakai konsep outdoor di dalam ruangan yang pencahayaannya sangat jauh dari kata minim dan terlihat segar karena didominasi tumbuhan hijau ditiap sisi-sisi ruangan. Bahkan meja dan kursinya di design dari kayu yang Jihan tebak adalah Jati. Sungguh pemilihan furniture yang sangat natural.

Belum lagi panggung mini di depan Cafe yang membuat Jihan gatal untuk kembali bernyanyi.

Ah.. ia merindukan Da One Band. Band andalannya yang selalu menjadi pelarian ketika ia bertengkar dengan Ayah atau memiliki problem dengan hidupnya.

Lupakan itu. Jihan pun memutuskan untuk duduk dikursi pojok, dekat pendingin ruangan. Tempat yang sangat stretegis untuk menyendiri dan menyesali sikap chilldisnya itu.

"Pesan apa, Dek?" Tanya seorang pelayan dengan apron hitam bertulis "tea(t)able" dengan senyumnya yang ramah sembari menyodorkan buku menu.

Jihan menerimanya lalu membaca satu satu menu tersebut, "Bayarnya bisa pakai kartu debit?"

Pelayan itu mengangguk, "Bisa Dek."

"Bebek bakar kecap satu porsi, kentang goreng spicy, sama Jus mangga ga pakai gula satu gelas." Pesan Jihan.

Setelah mengulang pesanan Jihan, Pelayan itupun undur diri dan membawa kembali menu itu.

Kembali hening.

Fikiran Jihan kembali pada moment Ayahnya yang memarahi Jihan. Jihan tak marah kepada Ayahnya, ia hanya kesal.

Bayangkan ketika kamu mendapatkan sesuatu yang sangat membanggakan tiba tiba oranglain menganggapnya sepele hanya karena hal seperti itu. Menyakitkan.

Dalam sudut pandang Jihan, ia bukan pihak yang salah! Ayahnya yang salah karen tak mengetahui sifat dan kelakuan Jihan. Ia bukan anak pembuat onar dan cenderung dapat  menahan emosi,

Lantas mengapa Ayahnya lebih dulu memarahinya daripada mengkhawatirkannya?

***

Samuel sudah selesai dengan kegiatan Basketnya. Berhubung akan ada turnamen Basket antarsekolah bulan depan, timnya memutuskan untuk giat berlatih walaupun terus terusan dimarahi Kepala Sekolah karena sebagian dari mereka kini sudah kelas dua belas, termasuk Samuel.

LimerenceWhere stories live. Discover now