BAB 1

37.8K 1K 9
                                    

                " Jadi lo yakin pindah ke mari?" Abian menatapku penuh penghakiman setelah beberapa saat yang lalu ia sudah mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar dan menilainya sedetail mungkin.

"Ya!" aku mengangguk mantap, mengambil alih kardus terakhir berisi buku-buku pelajaranku yang masih berada di tangannya. "Please, give me a freedom from now." Wajahku memelas. Memintanya untuk percaya jika pilihanku kali ini benar.

Abian menghela nafas, lalu menjatuhkan bokongnya di pinggiran kasur dengan dipan terbuat dari kayu jati berwarna coklat. "Baiklah. "Jawabnya singkat, lalu mengalihkan pandang ke balkon sebelum akhirnya kembali menatapku yang mulai sibuk menyusun buku-buku di rak kosong. "Pemandangannya luar biasa cantik, tapi gue sedikit ragu karena ini kos bebas campuran cewek cowok. Padahal seingat gue lo paling nggak suka yang namanya kebebasan. Bagi lo hidup bebas itu adalah sebuah kesalahan."

Aku belum menyahut, menyelesaikan buku terakhirku kemudian menatapnya tidak suka. "Jangan seperti mama dan papa!" jawabku ketus. "Itu mungkin versi gue ketika masih SMA.Gue sudah kuliah Abian, dan gue rasa sedikit memberikan ruang kebebasan buat gue tidaklah terlalu berlebihan."

"Lagipula, guetermasuk jenis manusia introvert. Jadi tenang, gue nggak akan pernah berurusan dengan penghuni kos lain. Cuma kuliah,pulang, lalu tidur." Jelasku. "Sayang sekali jika gue nggak menepati tempat ini. selain bersih dan luas, pemadangan dari balkon juga sangat romantis." Aku melempar pandangku ke luar sambil tersenyum. Aku yakin jika tempat ini akan membuat mood-ku selalu bagus. Banyak yang bilang kalau tugas kuliah akan memberikan stressor yang tinggi. Jadi aku ingin membayar stressku dengan melihat pemandangan ini setiap malam.

Abian mendengus.

"Baiklah..." ia berjalan mendekati rak, merapikan buku-buku yang tadi telah ku susun. Sepertinya ia mencoba untuk tak terpengaruh dengan ucapanku, meskipun aku tahu jika wajahnya berkata lain.

Alasanku memilih kos di tempat ini adalah selain karena kamarnya yang bersih, dengan fasilias lengkap disertai dapur kecil dan kamar mandi dalam juga pemandangan dari balkon lantai dua kamarku yang cukup luar biasa. Kos baruku berada di tempat yang lebih tinggi di tengah kota, jadi ketika malam, dan saat aku menginginkan sebuah view yang menarik, aku bisa membuka pintu balkon lebar-lebar, mempersilakan angin malam masuk lalu menatap kerlipan lampu kota di bawah sana.

Lagipula aku pikir Abian dan kedua orangtuaku berlebihan. Memang sih, sejak kecil aku di ajarkan untuk berjalan lurus sesuai keinginan mereka. Jangankan urusan sekolah dan tempat tinggal, urusan pakaian, makanan dan make-up saja orangtuaku yang mempertimbangkan. Jadi saat aku mengatakan ingin kuliah di luar kota dan nge-kos di tempat yang sedikit 'bebas', mereka awalnya melarangku. Alasanku kos di tempat seperti ini hanyalah agar tak mendapat jam malam, karena aku yakin akan sering pulang telat karena tugas kuliah.

"Baiklah...., gue pulang kos sekarang karena ada tugas yang perlu gue kerjakan." Ia menyelesaikan pekerjaannya, lalu menatapku."Jika ada sesuatu, hubungi gue." Ia mengacak-acak rambutku sebelum akhirnya berjalan menuju pintu.

"Dan jangan lupa makan!" cowok berambut cepak itu menoleh sebelum benar-benar hilang dari balik pintu, dan tentu saja hanya ku jawab dengan anggukan.

Abian bukan pacarku. Bukan! Dia adalah anak dari sahabat ibuku, yang akhirnya menjadi sahabatku juga sejak kami SMP. Meskipun dia setingkat di atasku, namun kami bisa bersahabat baik. Jadi apa kalian perlu tahu kenapa akhirnya kedua orangtuaku mengijinkanku sekolah di luar kota? Alasannya adalah Abian! Mereka mengijinkanku kuliah di Jakarta, dengan syarat harus satu kampus dengan Abian.

iL Legame (tamat)Where stories live. Discover now