Bab 11

10.4K 582 3
                                    

                Seharian ini, aku tidak fokus dengan kuliahku. Bahkan sejak semalam, aku terus memikirkan ajakan Alexander. Kemana pria itu akan mengajakku? Kegiatan memacu adrenalin apalagi yang akan dilakukannya denganku. Jika kemarin ia mengajakku ke balapan liar sampai di uber-uber polisi, mungkin hari ini dia akan mengajaku lebih dari itu. terjun daritebing tanpa pengaman, atau pergi ke tempat perjudian.

Pukul dua lebih sedikit, setelah basa-basi sebentar pada Abian dan mengarang-ngarang cerita sedikit karena dia mengajakku nonton nanti sore. Akhinya aku berhasil turun dari area kampus, menuju jalan besar. Dimana Alexander sudah menungguku dengan mobil hitamnya.

"Mau kemana?" tanyaku setelah duduk di sampingnya. Aku merasa was-was, tapi anehnya aku meng-iya-kan saja ajakannya tanpa berfikir dua kali.

"Ngikut aja."

Heraaan....kenapa sih susah sekali bilang dengan jelas tujuannya kali ini kemana? Lagipula aku juga tak akan menolak dan balik pulang karena sudah berada di dalam mobil. Dan juga, meskipun aku tidak suka dengan sikapnya, namun aku selalu penasaran dengan hal apa yang akan dilakukannya. Ya seperti sekarang ini.

Hidup Alexander kukira jauh dari kata monoton. Setiap hari mungkin ia akan melakukan kegiatan berbeda dengan yang kemarin. hidupnya memang tidak jelas, namun aku yakin jika itu sangat menyenangkan. Tidak seperti hidupku yang hanya terpancang dengan kuliah, kos, rumah, mama dan papa juga Abian. Semua itu positif, namun aku pikir-pikir, apa hebatnya hidup dengan datar seperti itu. mungkin memang sekali dalam hidup seseorang harus membuat kesalahan, agar bisa belajar dan menghargai orang lain.

Aku tidak tau persisnya dimana, namun Alexander membawaku jauh sekali. Melintasi pinggiran kota, lewat jalan tol, masuk kampungdan entahlah aku sudah tak ingat apa-apa lagi karena aku tertidur.

"Bangun!" Seebuah tangan dengan gerakan intens menggoyangkan badanku.

Aku mengerang lirih, melemaskan otot-otot leherku sebelum membuka mata. Kulihat cowok berkaus hitam itu sudah bersiap turun.

"Ini dimana?" tanyaku, dan jelas saja tak dijawab olehnya. Alexander lantas turun dari mobil dan menuju bagasi belakang. Meskipun masih terasa linglung, aku mengikutinya turun dan mendekatinya.

"Ini dimana sih?" aku menggaruk kepalaku. Kami berdua berada tempat yang gersang. Hawanya panas sekali, disekelilng kami banyak sekali gerbong-gerbong kereta tak terpakai, juga rel kereta api yang tampak sudah tua. Bunga ilalang yangmenguning tampak memenuhi hampir seluruh bagian.

"Bawain nih...." Alexander menjeda lamunanku, menyerahkan sebuah kardus di tanganku. Sedang ia juga membawa sebuah kardus lain yang lebih besar. Aku bertanya-tanya apa isi dari kardus ini. sedikit berat dan sepertinya ini bukan makanan.

"Berat." Komentarku.

"Cuma sebentar." Katanya lalu berjalan mendahuluiku. Aku mengangkat dagu, tak ada pilihan lain selain mengikutinya dari belakang dan berharap kali ini ia tak mengajakku ke tempat ekstrem seperti malam itu.

Cowok itu terus berjalan tanpa suara. Jalannya lebar-lebar, sampai aku kewalahan mengikutinya dan tanganku mulai terasa pegal. Kami menyusuri gerbong-gerbong tak terpakai yang berjejer rapi, dengan karat dan beberapa kotoran sisa makanan di sekitarnya.

"Kak Ale......!" Sebuah Suara riuh memaksaku untuk memfokuskan penglihatan.

Aku tertegun. Tak jauh dari kami, ada banyak sekali anak kecil tengah melompat-lompat kegirangan memanggil nama Alexander. Mereka tampak kumal dan lusuh, bahkan ada beberapa diantaranya yang memakai baju sobek-sobek.

iL Legame (tamat)Where stories live. Discover now