Bab 20

7.5K 373 6
                                    

            "Kamu mau bawa aku kemana?" tanyaku, saat kami sudah melaju di jalan raya. Kugigit sepotong roti yang sempat aku beli di kantin tadi.

"Aku mau itu..." ia mengedik tanpa menoleh ke arahku.

"Roti?" aku menimbang-nimbang roti isi selai kacang yang masih berada di tanganku.

Dia mengangguk.

Ku ulurkan roti itu dan menyuapkannya. Dia menerimanya dengan senyum kecil.

"Belum makan ya?" tanyaku lalu mengambil tissue dan mengelap bibirnya yang sedikit kotor kena sisa selai.

"Udah...." jawabnya. "Hanya saja saat lihat kamu makan aku pengen."

Aku tertawa kecil, kembali menggigit sisa rotiku yang tinggal sedikit. Jika tau dia juga suka, mungkin aku akan membeli lebih dari satu.

"Besok mama udah boleh pulang." Katanya kemudian.

"Beneran?" Wajahku berbinar, namun meredup seketika. "Sayangnya aku tidak bisa ikut menjemput mamamu besok."

Dia menoleh.

"Kenapa?"

"Mama rindu sama aku, dan pengen aku pulang." Jawabku.

Alexander mengulurkan tangannya dan mengusap kepalaku.

"Enggak apa-apa. Lagipula mama kamu juga butuh kamu."

Aku meringis, memiringkan kepalaku lalu tidur dipundaknya. Damai rasanya punya kekasih yang sangat pengertian seperti Alexander.

****

Halaman rumah ini luas, namun terkesan sepi. Maklumlah, hanya ada mamanya, beberapa asisten rumah tangga serta sopir di sana.

Saat Alexander pulang, dia bilang rumahnya sedikit lebih ramai. Meskipun tak seramai rumah-rumah keluarga orang normal yang diisi dengan cengkrama dan canda tawa saat berkumpul. Yang jelas, ada makhluk lain selain tante Risa dan asisten rumah tangga yang hilir mudik naik turun tangga.

Pertama kali melangkah kaki di halaman, ada sesuatu yang mengusik perhatianku. Yaitu seekor anjing Labrador warna coklat dengan kaki berbalut perban dan terpincang-pincang.

"Hai...." aku menghambur mendekatinya lalu berjongkok. Mengusap-usap kepalanya dan anjing itu sama sekali tak protes.

"Dia suka sama kamu." Sela Alexander. Tiba-tiba saja dia sudah berdiri di belakangku.

"Lucu sekali, siapa namanya?"

"Baylon." Jawab Alexander, membungkuk di sampingku lalu mengusap bulu-bulu halus Baylon yang terawat. "Sebenarnya aku bukan pemilik aslinya."

Aku menoleh.

"Beberapa minggu yang lalu, aku menemukannya terkapar di pinggir jalan. Mungkin ditabrak orang. Aku bawa dia pulang dan merawatnya."

Aku tertawa kecil, saat kepala Baylon mengusap-usap tanganku.

"Nggak salah dong berarti kamu ambil jurusan kedokteran hewan?" aku beranjak dari posisiku. "Baylon terlihat sehat meskipun kakinya sakit."

Dia tersenyum, belum menjawab. kami berdua berjalan beriringan masuk ke dalam rumah, meninggalkan kandang Baylon.

"Menjadi dokter hewan sebenarnya juga bukan keinginanku." Katanya dingin, lalu membuka pintu. suasana sepi, Alexander bilang kalau semua asistennya sedang berada di rumah sakit menemani mamanya.

iL Legame (tamat)Where stories live. Discover now