Bab 38

7.7K 346 0
                                    

                5 tahun kemudian....

Aku menghela nafas lega plus tersenyum sumringah melihat pekerjaan kantorku yang sudah selesai tepat pada waktunya meskipun aku harus pulang paling akhir. Besok akhir pekan, dan aku tidak mau masih disibukkan dengan pekerjaan. Aku ingin menikmati waktuku dengan papa dan mama atau sekedar malam-malasan di dalam kamar, seperti biasa.

Sore ini udara kota Bandung cukup bersahabat setelah beberapa hari ini diguyur hujan. Hanya terlihat segumpal awan berwarna putih yang berarak di langit. Sementara angin senja cukup nyaman saat menerap wajahku. Seharian berkutat di dalam kubikel rasanya sangat membosankan, dan meregangkan tubuh sepulang kantor seperti ini adalah hal paling menggembirakan.

Belum sempat aku melangkah keluar pagar kantor untuk mendapatkan taxi, sebuah tepukan pelan mendarat di punggungku. Sekejap aku menoleh, lantas senyumku mengembang sempurna.

"Alisha......!" belum sempat aku membuka mulut, Tere sudah memanggilku lebih dulu.

"Loh ngapain kemari?" tanyaku penasaran. "Lo nggak ke Jakarta nemuin Glen?"

"Enggak. Hari ini dia keluar kota." Jawabnya. "Makanya gue mau menghabiskan akhir pekan gue sama lo." Ia merangkulku.

Aku mencebik. "Ati-ati lho....alesan keluar kota aslinya selingkuh." Aku menakut-nakuti.

"Nggak bakalan!" tegasnya. "Kan kita udah ada ini." ia memperlihatkan cincin tunangannya dengan bangga.

Aku mencebik.

"Halaaaah.....pamerin terus, pamerin deeeeh cincin itu. gue mau ngomong, kalau lo lebay!"

Tere tergelak.

"Gue yang sekarang harusnya ngomong sama lo......" gumam Tere kemudian.

"Ngomong apa?!" tolehku.

"Kapan lo bisa cari cowok. Keburu tua nggak ada yang mau!" kekahnya. "Abian aja katanya udah dapet cewek, masak lo belum dapet cowok?"

Aku terkekah. "Kalau gue mah santai.... nungguin anak lo lima dulu, baru gue nikah!"

"Yaelaaah...pinter banget sih mulut lemes lo ngeles! Nunggu anak gue lima, lo udah punya kaki tiga tau!"

"Kok bisa?" Aku mengerutkan alis.

"Iya, udah pakek tongkat soalnya." Kekah Tere yang juga kubalas dengan kekahanku.

Lima tahun bukan waktu yang singkat, dan lima tahun ini banyak yang sudah berubah. Siapa sangka justru hubungan Tere dengan Glen langgeng sampai sekarang dan mereka akan menikah, dan siapa sangka juga jika akhirnya Abian memacari bosnya sendiri di kantor yang jarak usianya terpaut hampir lima tahun. Dan siapa sangka pula jika aku juga belum bisa membuka hati orang lain setelah kehilangan cinta pertamaku.

Jalan orang memang tidak ada yang tau.

Hidupku terbilang bahagia. Aku punya orangtua yang sangat memperhatikanku, sahabat-sahabat yang menyayangiku dan pekerjaan yang layak untukku. Jadi aku pikir meskipun aku tak memiliki pacar pun juga tak masalah, toh aku sudah bahagia. Apalagi yang kubutuhkan.

Eh Sha..." Tere mengaburkan lamunanku. "besok ke Jakarta yok....."

Aku menoleh. "Ngapain?"

"Kampus kita dulu.....eh maksud gue kampus gue dulu. Kan lo pindah ya waktu itu...." ia terkikik sendiri. "Ada acara dies natalis. Kabarnya sih bakalan seru gitu karena ada pameran lukisan. Anterin gue kesana ya pleaseee...." ia menangkupkan kedua tangannya. "Gue sama siapa kalau nggak sama lo? Glen lagi pergi!"

iL Legame (tamat)Where stories live. Discover now