Bab 25

5.7K 265 0
                                    

                "Hai Alisha.....!" Tawa Samuel berderai, memperlihatkan gigi-giginya yang putih bersih itu. di belakangnya ada Alexander dan Bagas yangmengikutinya keluar dari mobil.

"Udah siap?" Alexander mengambil tas hitam yang berada di tangaku. Berisi beberapa makanan ringan yang akan aku berikan untuk anak gerbong.

Semalam Alexander mengabariku bahwa dia akan mengajak Bagas dan Samuel bertemu anak-anak, dan aku juga boleh mengajak Tere jika dia mau. Maka pagi ini, mereka sudah berkumpul di depan kosku untuk berangkat bersama-sama.

Sha....tungguin gue dong!" Tere berlarian di trotoar. Pakaiannya yang berwarna merah terlihat mencolok dengan rok jeans pendek di atas lutut. Dia juga membawa sebuah topi dan tas besar yang entah apa isinya.

"Yaelah Ter, lo mau kemana?" Goda Bagas. Rupanya Tere sudah mengenal Bagas dan Samuel cukup baik.

"LO bakalan nyesel pakek pakaian kayak begitu!" timpal Samuel. "Emang lo kata kita mau piknik?!"

"Kenapa? Ada yang salah sama pakaian gue?!" protes Tere memuta tubuhnya. "It's perfect! And i'm sexy!"

"Serah lo deh ya....ntar kalau kaki mulus lo gatel-gatel, jangan salahin gue!"

"Enggak bakalan!" Cibir Tere kesal.

Aku terbahak. Belum tau dia aja medan yang akan kami tempuh nanti.

"Udah...udah....yok berangkat. Kalau kesiangan panas." Aku melerai mereka, pandanganku beralih pada tas besar yang berada di pundak Tere. "Tuh Apa'an Ter?"

"Ini?" tere menepuk tasnya. "Buku-buku bekas. Siapa tau mereka butuh."

"Bagus Ter, gue juga belum ada duit buat ngebeli'in mereka buku-buku lagi." Alexander yang sejak tadi diam angkat bicara.

Tere tersenyum bangga. "Iya dong....Tere emang manusia paling peka sedunia sama yang namanya masalah sosial!" ia menepuk pundaknya yang hanya dibalas decakan malas dari kami.

*****

Anak-anak gerbong terlihat lebih bersemangat saat kami datang. Mungkin karena yang datang kali ini bukan hanya aku dan Alexander, jadi mereka lebih merasa antusias dan terhibur.

"Gila, jadi selama ini kalian jadi orangtua asuh buat mereka?" Tere berdecak tak percaya. Sejak tadi mulut kecilnya terus ternganga karena takjub.

"Kayaknya kalau orangtua asuh terlalu berlebih deh." Elakku. Kami hanya datang sekali waktu, dan hanya bisa memberikan buku dan makanan kecil. jadi menurutku terlalu berlebihan jika Tere menyebut kami sebagai orangtua asuh. "Gue kesini karena diajak sama Alexander. Daripada gue, dia lebih ngerti sama anak-anak disini."

"Gue nggak nyangka, kalau cowok lo ternyata hebat juga." kali ini Tere tak segan-segan memberikan pujian pada Alexander. "Gue kira di otaknya cuma mikir selangkangan aja. Nggak taunya dia juga masih peduli sama anak-anak ini."

"Gue bilang juga apa, nggak ada manusia di dunia ini yang bener-bener baik dan bener-bener buruk. Baik buruk tergantung dari sudut pandang yang menilai aja."

Tere membungkuk hormat.

"Baiiiik bu guru!"

"Apa'an sih."

Tere tertawa, matanya sejak tadi tak lepas dari tingkah polah anak-anak yang sedang asik ngobrol bersama Alexander, Samuel dan juga Bagas di depan sana.

iL Legame (tamat)Where stories live. Discover now