Bab 7

11.4K 591 2
                                    

                Kuliah hari ini berakhir lebih cepat dari biasanya. Tentu saja kami menghela nafas lega karena bisa segera pulang dan bersitirahat. Aku juga tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Ingin segera pulang dan tiduran di kamar sampai aku bosan.

"Sha...." suara Tere menjeda kegiatanku memasukkan buku-buku pelajaranku.

Aku menoleh, mendapati cewek itu menatapku dengan wajah cemas.

"Apa?"

"kayaknya sejak tadi lo ditungguin di luar deh sama seseorang." Ia mengedikkan dagu ke luar pintu. aku mengikuti arahnya, dan mendesah kesal saat tahu siapa gerangan yang sedang berada di luar sana. Cowok yang berdiri dengan bertumpu pada kusen pintu itu menatapku dengan tatapan dingin yang menakutkan.

"Biarin aja." Aku meraih tasku, berjalan dengan cepat agar segera bisa keluar dari kelas dan mencoba bersikap bodo amat dengan Alexander yang matanya terus mengekorku. Sedang Tere megikutiku dari belakang, menyamakan langkahnya denganku namun tetap waspada dengan hal akan terjadi padaku selanjutnya.

"Lo mau kemana?" tangan pemilik suara bariton itu tiba-tiba mencekal lenganku saat aku baru saja melewatinya. "Urusan kita belum selesai."

Aku tak menjawab, merasakan cengkeraman kokoh jemarinya yang sangat menyakitkan.

"Lepasin gue!" decakku kesal sambil mencoba mengibaskan tangannya dan gagal. Tangannya terlalu kuat untuk ukuran lenganku yang kecil. Sejenak aku melirik sekeliling dan beberapa mahasiswa menatap kami dengan heran. Mungkin mereka berfikir, bagaimana Seorang Alisha Anggara bisa kenal dengan cowok tidak baik seperti Alexander, atau mungkin mereka sedang berfikir, kenapa mahasiswa yang sudah kena skors 3 bulan mendadak muncul di kampus dan membuat kegaduhan di fakultas Ekonomi.

"Sha...." Tere berbisik di belakangku, namun ia kemudian tersenyum hambar saja saat mata tajam Alexander berganti menatapnya.

"Gue duluan ya Sha!" Tere menginterupsi, dan tanpa menunggu jawabanku, cewek itu sudah main pergi begitu saja tanpa peduli dengan panggilanku.

"Gue mau pergi, lo bisa lepasin nggak?!" Seruku galak, meronta agar dia melepaskan cengkeramannya. "Sakit tauuuu.......!"

"Jawab dulu pertanyaan gue kemarin." katanya santai. Melempar pandang pada anak-anak yang menatap kami. Dan entah kenapa, sedetik kemudian para penonton itu bubar satu persatu.

Aku memutar bola mataku malas, lantas mendesis tidak suka.

"Lepasin gue atau gue teriak?!"

Alexander mengedikkan bahu lalu mengangkat tangannya.

"Oke...oke gue lepasin. PUAS?"

Aku berdecak gusar, tak menunggu waktu lama langsung bergegas pergi dengan langkah lebar-lebar. Namun sialnya karena badannya yang lebih tinggi dariku dan kakinya yang lebih panjang, ia bisa menyamai langkahku dengan cepat.

"Gue Cuma mau jawaban lo." Ia berkata dengan menoleh kearahku.

"Dan gue nggak merasa kalau kemarin lo nanya sesuatu sama gue." Elakku tanpa menoleh kearahnya.

"Hah?" dia tertawa hambar.

"Lo pergi sekarang!" hardikku penuh penekakan. Berusaha keras untuk menjauh darinya, namun ia begitu santai mengikutiku.

"No!" jawabnya. "Give me answer honey!"

"Gue bukan 'honey' lo!"

iL Legame (tamat)Where stories live. Discover now