6| Nyanyian Malam Hari

4K 478 123
                                    

Makasih 20+ votenya, seneng loh aing dikasih vote segitu.

Eh iya,

Gais tau nggak caranya aing ngasih tau kalian info selain buat chap di buku ini? Biar nggak nyampah.

Post percakapan ya namanya?

Bingung aing nanyanya gimana. Pokoknya gitu deh.

Betewe aing up khusus aa Jeno yang lagi b'day.

Maaf ya lupa mau up kemaren kamaren.

Udah deh langsung aja, wkw.



Enjoy your day

Enjoy your day

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.










- H U S B A N D -







Di sabuah ruangan bernama ruang tamu terasa tegang menurut kamu. Ekspresi maupun aura yang dipancarkan dari dua lelaki itupun saling beradu. Sedangkan kamu tengah duduk dirundung rasa cemas.

Di samping kamu ada mamah kamu yang tengah mengelus punggung tanganmu. Sedangkan disebelahnya ada sang suami. Atmosfir yang membuat kamu cemas timbul dari orang yang ada di depan papah kamu, orang itu adalah papah Jeno. Sang anak ada di sofa single yang berada di sebelahnya, kemudian sang istri duduk dengan manis di sampingnya.

Kamu bukan takut, tapi khawatir akan akhir malam ini atau malam malam selanjutnya. Karna sesuai yang papah Raden minta kepada Jeno untuk mengajak orang tuanya bertandang kerumah ini. Untuk apa? Untuk membicarakan pernikahan aneh- setidaknya ini menurut kamu.

Papah Raden berdehem sebentar sebelum membuka obrolan ini. "sebelumnya terimakasih sudah mau datang." katanya, hanya sekedar basa basi dan dibalas dengan anggukan singkat oleh papah Jeno. "to the point saja." kata papah Jeno.

Kamu melirik papah Jeno tak suka. Alamak, nggak berubah juga. Masih judes. Batin kamu.

Dari pertemuan pertama hingga yang kedua ini, papah Jeno tetap sama, tidak peduli dan masa bodoh. Padahal hal ini menyangkut sang anak, tapi dirinya tidak bereaksi lebih. Bahkan responnya tidak sesuai.

Kamu masih tidak habis pikir sampai tidak sadar papah Raden sudah mulai berbicara lagi. "mengenai Jeno dan Jiera. Saya sudah mempertimbangkan keputusannya." katanya lalu membuang napas pelan. "saya terima Jeno untuk menikahi Jiera."

Papah Raden melirik kamu, sedangkan kamu menunduk, diam diam mata kamu mulai panas, air mata mendesak untuk turun. Kamu hanya takut, tidak siap dan bingung mau bagaimana lagi sampai air mata kamu mulai menetes. Kamu sudah duga ini terjadi.

H U S B A N D Where stories live. Discover now