14| Zen Dan Pangeran Hati

2.7K 298 161
                                    

Welkambek di yucup canel Ara, wkw salah.

Udah ah nggak lucu, yok dibaca,

Chapter ini sangat tidak tertata rapih, bahasa masih ngalur ngidul tidak jelas. Pokoknya dibaca dulu, entar direvisi.



Enjoy your day

Enjoy your day

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.












Mendebarkan.

Itu yang kamu rasakan saat ini, berdiri di depan pintu berwarna coklat dengan aksen klasik modern yang kamu lakukan sekarang. Berkali kali menarik napas dan membuangnya. Ruangan di depan kamu ini, kamar mamah Jeno.

Sesuai apa yang mamah Jeno minta, kamu menemuinya selesai sholat isya. Sebenarnya sekarang jam setengah sembilan, kamu ngaret sekali karena Jeno terus menahan kamu, dia bilang begini, "udah malam, jangan ke mana mana. Tidur aja, jadi gulingnya Jeno."

Kamu mau tertawa mendengar rengekan Jeno, laki laki itu dalam mode mengemaskan yang kampret, membuat kamu ingin mendepak mukanya, sayangnya kamu harus tetap menemui mamah, yah walaupun telat sekali. Ini saja menunggu Jeno tidur lebih dulu, baru bisa keluar kamar.

Tidak apa, mamah pasti maklum.

Sebelum benar benar mengetuk pintu di depan kamu ini, kamu menghela napas sejenak. Menyiapkan diri sebelum bertemu mamah Jeno, dan berdoa semoga ibu kandung Jeno masih terjaga. Dirasa sudah siap, kamu mulai mengetuk pintu itu dua kali ketukan. "mamah?" panggilmu.

Namun tidak ada jawaban. Terdiam sebentar lalu mengetuk lagi, kali ini tiga ketukan. "mamah? Ini Jiera." kata kamu sekali lagi, sayangnya masih tidak ada balasan.

"Udah tidur kali ya? Jam segini biasanya waktunya orang tidur. Kecuali manusia gabut macam gue." gumam kamu, setelahnya kamu berbalik badan. Hendak kembali ke kamar Jeno.

Sebelum benar benar meninggalkan tempat kamu tadi, suara pintu dibuka mengurungkan niat kamu untuk kembali ke kamar Jeno. Kamu menoleh, menemukan mamah Jeno tengah tersenyum sembari memegang gagang pintu. "oh udah datang? Sini masuk."

Kamu mengangguk mengiyakan, berjalan menuju kamar mamah mengikuti wanita itu masuk lebih dulu. Begitu kamu masuk kekamar mertua secara otomatis mata kamu menyapu ruangan itu, meneliti setiap sudut di ruangan. Kesan yang pertama kamu dapat adalah tenang dan wangi. Membuat siapapun yang masuk kesana merasa nyaman.

Mamah menunjuk kursi bundar di dekat lemari di sudut ruangan. Menyuruh kamu duduk sementara dirinya mengambil sesuatu di laci. Sabun cuci muka dan kawan kawannya rupanya. Pantas, muka mamah Jeno masih cantik tak terlihat keburikan di sana. Jiwa kentangmu iri seketika.

"Kamu tunggu dulu ya? Mamah mau cuci muka sama buang air sebentar." kata mamah yang kamu iyakan. Setelah dapat apa yang ia cari, mamah berjalan ke arah pintu lain yang ada di kamar itu, kamar mandi.

H U S B A N D Where stories live. Discover now