Bab Dua Puluh Delapan

262 35 13
                                    

Semoga tidurmu nyenyak dan dihiasai oleh mimpi yang indah. Dan hiraukan hening yang menganggu, karena aku ada disisimu.

***

Hai hai!!!

Kalian kalau menemukan sebuah typo atau kalimat rancu, tolong ingatkan ya!!

Happy Reading guys!!!

🍁🍁🍁

Kini mereka berdua berada di sebuah taman yang tak jauh dari rumah Seulgi. Keduanya terlihat saling diam, tidak ada yang memulai percakapan.

Seulgi sesekali melirik kearah samping kanannya, dia melihat Jimin yang sedang menatap kearah depan.

"Aku minta maaf," suara Jimin terdengar memecahkan keheningan yang tercipta, namun membuat Seulgi memandang Jimin dengan was was.

"Minta maaf buat apa?" Resah Seulgi saat mengucapkannya.

"Maaf telah membuatmu khawatir,"

Seulgi tersenyum seraya "Tidak apa," tangan kanan Seulgi yang bebas kini mengelus pelan pipi chubby milik pria tersebut.

"Kenapa pipimu menjadi tirus seperti ini?" Mata Seulgi memperhatikan Jimin dari ujung kepala hingga ujung kaki, dia melihat ada yang aneh dari Jimin "Kenapa tubuhmu menjadi kurus, Jim?" Celetuk Seulgi, yang membuat Jimin terdiam.

Selama tiga hari ini, tubuh Jimin kembali lemah. "Emang aku kurus, Seul. Kamu baru nyadar?" Tanya Jimin yang mengalihkan pembicaraan Seulgi.

Seulgi menatap curiga Jimin, "Kamu jangan coba berani untuk diet ya!" Seulgi menatap tajam Jimin, dan dibalas oleh senyuman.

"Kamu mau ikut aku? Itung-itung tanda maafku selama tiga hari ini."  Seulgi terlihat berpikir, kemudian menganggukkan kepalanya dengan antusias.

Jimin terkekeh melihatnya, tangannya refleks mengacak rambut kekasihnya.

"Ihh, jangan di berantakin dong Jim." Gerutu Seulgi sambil menepis tangan Jimin yang sedang mengacak rambutnya.

Jimin memandang Seulgi dengan senyuman, Seulgi, aku mencintaimu. Ingin Jimin mengatakan kalimat tersebut, namun bibirnya seolah menolak Jimin untuk melakukannya.

Mereka kini berjalan kembali untuk meminta izin kepada Bunda Seulgi. Tak butuh waktu yang cukup lama, hanya dengan berjalan kaki saja cukup menghabiskan waktu 15 menit.

"Ayo kita pergi, tapi pamit dulu sama Bunda Seul." Seulgi mengangguk setuju, wanita itu perlahan mendekati sang Bunda yang sedang sibuk menyirami tanaman bunganya.

"Bunda," panggilnya yang membuat Bunda menghentikan kegiatannya.

"Ada apa sayang?" Seulgi tersenyum lebar "Seulgi mau minta izin, Bun." Bunda mengernyitkan keningnya, dia heran dengan anak perempuannya. Padahal tadi dia cemberut tapi kenapa sekarang ceria begini?

"Mau kemana?" Bunda Kepo. Seulgi menunjuk kearah Jimin, dan seketika sang Bunda paham kenapa anak perempuannya ceria seperti ini.

Bunda tersenyum, "Oh Bunda paham, ya sudah. Bunda izinin, tapi pulangnya jangan terlalu malam ya." Seulgi memeluk Bunda senang, karena telah memberikan izin kepadanya.

Epiphany | Park Jimin ( Completed )✔Место, где живут истории. Откройте их для себя